Batas tipis toleransi dan kompromi.
Ruhan, Raja Gereja, kali ini mengingatkan sidang jemaat di Tiatira, yang di satu sisi masih memiliki hal-hal yang indah, yakni kasih dan iman sebagaimana terungkap dalam pelayanan dan ketekunan mereka. Istilah ketekunan barangkali menyiratkan adanya rintangan-rintangan dalam pelayanan yang jeaat Tiatira kerjakan. Namun, mereka tidak undur dari pelayanan tersebut. Bahkan, kasih dan iman mereka itu berbuahkan pelayanan yang secara kuntitatif semakin meningkan (ayat 9). Jemaat Tiatira adalah jemaat yang aktif, dan itu berakar pada kasih dan iman mereka.
Namun demikian, kelemahan jemaat Tiatira juga tidak luput dari pengamatan Tuhan, Raja Gereja. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres dalam jemaat Tiatira. Ia mencela jemaat tersebut karena membiarkan ketidakberesan tersebut tanpa tindakan penanganan. Persoalannya, seperti halnya di jemaat Pergamus, di jemaat Tiatira berkembang suatu bidat yang sudah pasti “mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku” (ayat 20). Kesesatan itu bermuara pada perzinahan dan kompromi dengan tuntutan dunia yang menganiaya Gereja. ‘Seluk-beluk iblis’ yang dimaksud mungkin semacam ajaran sekaligus praktik ritus misterius yang bermuara pada pemuasan hawa nafsu berikut penyangkalan terhadapnya sebagai dosa dan kecemaran. Anehnya, sidang jemaat Tiatira membiarkan hal itu. Toleransi macam ini, dicela secara tajam oleh Tuhan, Raja Gereja. Ia tidak hanya tidak rela Gereja-Nya dirusak oleh penyimpangan ajaran dan praktik hidup yang tak bermoral, tetapi juga tidak rela Gereja-Nya mendiamkan pembusukan yang terjadi di dalamnya.
Dalam keadaan seperti itu, masih ada orang-orang yang tidak rela melihat keadaan tersebut. “Orang-orang lain di Tiatira” (ayat 24). Kelihatannya mereka adalah kelompok minoritas. Mereka mempertahankan diri agar tidak terbawa-bawa ke dalam arus penyesatan.
Renungkan: Berusahalah tetap setia pada kebenaran Injil dan hidup dalam kekudusan. Karena Tuhan, Raja Gereja meminta kita untuk tetap untuk memelihara kesetiaan tersebut.
Jumat, 17 Oktober 2014
Batas tipis toleransi dan kompromi. Wahyu 2:18-29
Label:
Tafsir Wahyu,
Wahyu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2014
(294)
-
▼
Oktober
(71)
- Ditolong Oleh Firman
- Musik Dan Pengeras Suara
- Dibayangi
- Menjaring Angin
- Menjaring Angin
- Menghalau Galau
- Anggota Baru Keluarga
- Anggota Baru Keluarga
- Semuanya Bersama
- Semuanya Bersama
- Pertolongan Pertama
- Pertolongan Pertama
- Pulau Kecil
- Pulau Kecil
- Menghalau Galau
- Membersihkan Lemari
- Membersihkan Lemari
- Orang Yang Mengerti
- Orang Yang Mengerti
- Pujian Yang Tak Layak Diterima
- Pujian Yang Tak Layak Diterima
- Perang Kata-Kata
- Perang Kata-Kata
- Fondasi Yang Benar
- Fondasi Yang Benar
- Sahabat Sejati
- Sahabat Sejati
- Batas tipis toleransi dan kompromi. Wahyu 2:18-29
- Bahasa pembusukan. Wahyu 2:12-17
- Miskin tetapi kaya. Wahyu 2:8-11
- Kehilangan kasih mula-mula. Wahyu 2:1-7
- Kristus yang Ilahi. Wahyu 1:9-20
- Pesan penting di masa gawat. Wahyu 1:1-8
- Melihat Lalu Mencari
- Melihat Lalu Mencari
- Dia Tak Pernah Terlelap!
- Jalan Memutar Yang Misterius
- Melihat Dengan Terbalik
- Perjumpaan Abadi
- Perjumpaan Abadi
- Wallpaper: Aku Tidak Akan Meninggalkan Engkau
- Perkataan Yang Tepat Pada Waktunya
- Perkataan Yang Tepat Pada Waktunya
- Tempat Beristirahat
- Tempat Beristirahat
- Kuasa Untuk Mengubah
- Kuasa Untuk Mengubah
- Pelajaran Dari Hula Hoop
- Sayap yang Patah
- Apa Yang Kamu Harapkan?
- Belajar Menanti Allah
- Kibarkan Bendera
- Mengapa Tuhan?
- Pelajaran Dari Hula Hoop
- Apa Yang Kamu Harapkan?
- Apa Yang Anda Harapkan?
- Belajar Menanti Allah
- Belajar Menanti Allah
- Kibarkan Bendera
- Kibarkan Bendera
- Mengapa Tuhan?
- Penolong Setia
- Penolong Setia
- Domba Merah Muda
- Domba Merah Muda
- Budaya Sekali Pakai
- Budaya Sekali Pakai
- Cahaya Yang Menyusup
- Perjalanan Sang Gadis Kecil
- Dalam Badai
- Dalam Badai
-
▼
Oktober
(71)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar