Mata jasmani bisa menyesatkan budi. Mata hati menjadi penjaga perjalanan hidup rohani. Mata kaki meneguhkan langkah pasti. Mata-mata berusaha mencari informasi tentang apa yang akan terjadi. Bagaimana kualitas mata kita? Buka mata! Banyak makna tersembunyi dalam setiap peristiwa. Ketajaman mata budi mempengaruhi kualitas seseorang untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Kesucian mata hati menjadi penjamin berlangsungnya hidup rohani.
"Kasihanilah kami, hai Anak Daud," seru kedua orang buta mata jasmaninya tetapi terbuka mata hatinya ! (Matius 9:27). Yesus berkata,"Ya Tuhan, Kami percaya," jadilah kepadamu menurut imanmu! Kata Yesus. Mata mereka pun terbuka.
Kita yang dianugerahi mata dan bisa melihat seringkali justru tidak mau melek terhadap realita di sekitar kita. Mata bisa melihat bukan jaminan bahwa dirinya mau dan mampu melihat yang terjadi disekelilingnya. Alasannya, Pertama, itu bukan urusan saya. Sudah ada bagiannya masing-masing yang mengurus hal itu. Kedua, persepsi bahwa itu akibat kesalahannya sendiri. Dialah yang harus menanggung konsekuensi dan risikonya.
Lain halnya dengan Yesus, Pertama, kepercayaan seseorang akan memelekkan mata. Selagi iman kepercayaan buta maka buta jualah mata kita! Maka, Yesus menantang dua orang buta dengan pertanyaan,"percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya!" Jawaban inilah yang membuat mata jasmani terbuka. Meleklah mata mereka.
Bagaimana dengan mata kita? Secara jasmani mata kita melek! Buktinya, kita mampu melihat dan membaca huruf yang dirangkai menjadi kata dalam kalimat paragraf renungan ini. Mampukan kita secara pribadi menangkap makna dan pesan mendalam dibalik sebuah tulisan atau peristiwa?
Kita bersyukur karena telah dianugerahi melek mata jasmani. Namun, mari kita juga mohon rahmat agar dianugerahi melek mata rohani sehingga pancaran cahaya mata kita mampu memelekkan mata hati orang lain yang kita layani. Bukan sebaliknya, tatapan mata kita membutakan bahkan mematikan pengharapan untuk melihat makna kehidupan yang lebih dalam.
Inspirasi dari : Mardi, Renungan Harian Bercitarasa Katolik, Cafe Rohani, Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar