Seorang putri hartawan Amerika sudah menikmati kekayaan orang tuanya. Namun, ia merasa tidak bahagia karena belum bisa menemukan makna hidupnya. Pada saat mengikuti rombongan turis Afrika, ia terdampar di suatu daerah yang mayoritas penduduknya menderita penyakit. Ia tergerak ingin menjadi seorang perawat lepas di sebuah rumah sakit milik misi Katolik.
Semula ia agak gemetar menghadapi pasien menjijikkan dengan luka membusuk. Namun setiap kali ia selesai merawatnya, muncul sekelumit rasa bahagia. Rasa bahagia itu makin membuncah bila ia memandang wajah pasien yang tersenyum kepadanya. Tatapan mata pasien mengungkapkan rasa kagum, haru dan terima kasih.
Suatu ketika, sahabatnya datang mengunjunginya. Sahabat itu sangat terkejut melihatnya sedang membalut luka-luka pasien yang membusuk. Dengan rasa jijik ia berkata,"Sahabatku, biar diberi seribu dolar aku tidak akan melakukan seperti ini! Aku juga tidak, Kalau bukan karena ini!" Jawab sang perawat sambil menunjuk kepada salib yang tergantung didadanya.
Kita telah mengimani Kristus dengan meterai Sakramen Baptis dan mengemban tugas menjadi perpanjangan tangan Kristus dalam hidup sehari-hari. Masih banyak sesama kita yang menderita dan tidak bahagia. Mereka membutuhkan perhatian dan uluran belas kasih kita. Kita bisa menjadi penyembuh yang memberdayakan hidup bersama (Matius 15:30-31).
Tugas ini kelihatan sangat sepele, namun kita perlu berjuang untuk mengalahkan rasa malas, cuek, tidak peduli, atau jijik yang sangat menghalangi pelayanan kita. Sebaliknya, sikap belas kasih mendorong kita untuk berempati dan segera bertindak nyata. Bersama Yesus, kita merasakan keprihatinan dan penderitaan sesama.
Putri hartawan Amerika telah melakukan tugas mulia. Ia menjadi firman hidup yang membahagiakan para pasien di Afrika. "Tak ada yang membuatmu lebih bahagia, daripada saat Anda mengulurkan belas kasih pada sesama. Hidup adalah berbagi dan melayani. Layanilah sesama dengan sukacita, maka Anda akan bahagia," kata Beata Teresa dari kalkuta.
Mari kita tingkatkan rasa bahagia kita dengan melayani sesama hingga kelak boleh menikmati kebahagiaan sejati di dalam Kerajaan Surga. (Sumber : Willy, Cafe Rohani, Desember 2012, tahun C/1).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar