Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2012 -
Baca: 1 Petrus 2:1-10
"Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah." 1 Petrus 2:5
Dalam membangun sebuah rumah diperlukan batu-batu yang berkualitas. Salah satu contohnya adalah tempat kediaman Salomo, tertulis: "Tembok dari semuanya ini dibuat dari batu yang mahal-mahal, yang sesuai dengan ukuran batu pahat digergaji dengan gergaji dari sebelah dalam dan dari sebelah luar, dari dasar sampai ke atas, dan juga dari tembok luar sampai kepada tembok pelataran besar." (1 Raja-Raja 7:9). Meskipun batu-batu tersebut memiliki kualitas tinggi dan berharga sangat mahal, batu-batu itu tidak bernyawa (tidak hidup). Hal ini berbeda dengan Bait Suci Tuhan yang adalah lambang kehadiran Tuhan di tengah umatNya. Rumah Tuhan dibangun bukan dengan batu-batu yang mati, tetapi dengan batu-batu yang hidup. Sebuah batu hidup adalah sebuah unit tunggal sebelum ia dibangun menjadi satu dengan yang lainnya. Tuhan Yesus berkata, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Matius 16:18-19).
Hingga kini masih banyak batu yang tetap tinggal sebagai unit tunggal, tercerai berai di sana-sini, independen, tidak berguna. Jika kita hendak membangun rumah, tidak mungkin batu yang akan kita pakai posisinya tercerai berai, tidak karuan. Kita pasti akan mengumpulkannya jadi satu, dan batu tersebut harus dibangun di atas batu yang lain sehingga kita akan tahu apakah batu itu cocok/pas satu sama lain. Jika batu-batu tersebut tidak bisa pas satu dengan yang lainnya, mustahil juga rumah itu bisa dibangun. Sebuah batu tunggal tidak akan berarti apa-apa.
Sebagai anak-anak Tuhan kita ini adalah batu-batu hidup, karena itu jangan hanya bersembunyi sendirian di semak belukar yang menjadi batu sandungan bagi mereka yang tidak waspada! Biarkan diri kita dibawa ke area pembangunan rumah Tuhan; kita dipersatukan atau dicocokkan dengan batu hidup yang lain; kita harus siap untuk dihaluskan serta dibuat jadi indah supaya bisa pas dengan tempat kita.
Proses penghalusan tersebut akan tidak nyaman dan terasa sakit, tetapi pada akhirnya Tuhan akan mempunyai tempat untuk Dia berdiam dan berkarya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar