Ayat bacaan: 1 Yohanes 3:18
=======================
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."
Mengatakan kasih lewat perkataan itu mudah. Tapi sebesar atau seserius apa kasih kita kepada seseorang biasanya justru akan terlihat dari sebesar apa kita mau berbuat sesuatu yang nyata buat mereka atau bahkan sejauh mana kita rela berkorban bagi orang-orang yang kita sayangi ini. Bagaimana orang yang kita kasihi itu percaya kita benar mengasihi mereka jika kita sama sekali tidak peduli terhadap keadaan mereka, walau kita terus membombardir mereka dengan kata-kata cinta? Maka muncullah kata gombal buat orang-orang yang menunjukkan perilaku seperti ini. Atau bagaimana mungkin kita mengaku mengasihi seseorang tapi kita menurut saja ketika mereka melakukan sebuah kesalahan, atau malah ikut-ikutan karena tidak tega mengecewakan mereka? Itu pun jelas salah. Mengaku mengasihi tetapi sering menyakiti, mengaku sayang tapi selalu menghilang ketika dibutuhkan, itu sama sekali bukan kasih yang sebenarnya. Kasih membutuhkan lebih dari sekedar kata-kata. Kasih membutuhkan perbuatan, tindakan nyata, dan harus dalam kebenaran. Itu idealnya, dan itulah yang jelas disebutkan di dalam Alkitab.
Banyak orang berpikir bahwa untuk menyatakan kasih kepada orang lain itu harus selalu mahal harganya. Padahal tidaklah demikian. Kita lupa bahwa sebuah senyuman sekalipun seringkali mampu membawa dampak positif yang bisa menguatkan atau memotivasi orang lain. Ada kalanya sebuah tepukan di pundak, atau berada disamping mereka ketika tengah menghadapi masalah, itupun bisa sangat berharga bagi yang membutuhkan. Seperti itulah bentuk istimewa sebuah kasih, yang bukan hanya berhenti sebatas perkataan tanpa disertai tindakan, tetapi justru harus terbukti lewat perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kebenaran.
Bentuk kasih dalam kekristenan berbicara mengenai sesuatu yang sangat luas. Seperti halnya Yesus sendiri mengajarkan "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13). Yesus tidak sekedar mengajarkan, tapi sudah mempraktekkan langsung hal ini. Dan itulah kemudian yang diberitakan oleh Yohanes dalam menyampaikan pengajaran tentang kasih. "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita." (1 Yohanes 3:16). Sebab bagaimana mungkin seseorang bisa mengaku memiliki kasih Allah tapi mereka menutup mata terhadap penderitaan saudara-saudaranya sendiri? (ay 17). Oleh karena itu Yohanes kemudian mengeluarkan pesan yang sangat jelas sebagai rujukan kasih seperti yang diinginkan Tuhan untuk dimiliki oleh anak-anaknya: "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ay 18). Jangan hanya berhenti dengan perkataan saja, tapi teruskanlah dengan perbuatan nyata, dalam kebenaran. In deed and in truth, in practice and in sincerity, demikian dikatakan dalam versi Bahasa Inggrisnya.
Mengenai kasih dalam bentuk tindakan nyata, kita bisa melihat contohnya dari jemaat di Makedonia yang disebutkan dalam 2 Korintus 8:1-15. "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan." (ay 2). Jemaat Makedonia disebutkan bukanlah jemaat kaya. Mereka juga bukan jemaat yang hidup nyaman tanpa masalah. Jelas dikatakan bahwa mereka itu sangat miskin, dan mengalami banyak penderitaan. Tapi lihatlah bahwa mereka tetap punya sukacita yang meluap dan begitu kaya dalam kemurahan. Lihatlah bagaimana Paulus bersaksi atas mereka. "Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami." (ay 3-5). Ini bentuk kasih yang menginspirasi dari apa yang dimiliki oleh jemaat Makedonia. Ternyata kasih memang tidak tergantung dari miskin dan kayanya seseorang, sedang nyaman atau sedang dalam pergumulan, karena jemaat Makedonia membuktikan mereka mampu menyatakan kasih lewat perbuatan nyata meski mereka sendiri hidup di bawah kemiskinan dan penderitaan.
Apa saja output yang keluar dari sebentuk kasih yang benar? Paulus menjabarkannya dengan lengkap dalam surat Korintus. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7). Lihatlah bahwa elemen-elemen kasih itu ternyata sangat berhubungan dengan tindakan-tindakan yang nyata.
Real love needs action. Dan perbuatan atau tindakan nyata ini harus sesuai dengan hukum-hukum kebenaran dari Kerajaan Allah. Jangan karena kita tidak tega lantas kita menjerumuskan orang-orang yang kita kasihi, jangan pula kita hanya berkata sayang tetapi terus menyakiti atau tidak mempedulikan mereka. Siapa orang yang anda kasihi saat ini? Sudahkah anda memberi yang terbaik buat mereka? Jika sudah, teruskanlah, tetapi jika belum, mulailah dari sekarang. Mari kita tampil menjadi orang-orang yang memiliki hati penuh kasih yang akan mudah dirasakan oleh orang lain lewat tindakan-tindakan nyata kita. It's time to spread our love with real action.
Kasih yang tulus dan sungguh-sungguh membutuhkan tindakan nyata
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar