Minggu, 30 September 2012
2 Okt
Renungan Harian Air Hidup: MEMPERSEMBAHKAN TUBUH UNTUK TUHAN (1)
| ||
| ||
|
Yesus: pembawa kelegaan di tengah kesesakan
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."
Renungan:
Nabi Yesaya mengajak umat Israel bergembira,bersorak-sorai, bersukacita. Mengapa? Tak terbayangkan setelah hidup begitu lama merana, terasing, terlantar, di daerah pembuangan, Babilon, mereka bisa kembali ke tanah leluhur mereka, Palestina. Memang benar, janji Tuhan memberi kenyamanan hidup ketika berada kembali di Palestina belum sepenuhnya tergenapi. Tetapi daripada menanti dengan hati galau, gelisah, mengeluh dan menuntut Tuhan segera memberi kenyamanan hidup, lebih baik melihat karya besar nyata Allah yang baru saja mereka alami lalu mensyukurinya, karena pelan tapi pasti Allah akan menggenapi janjiNya. Begitu Yesaya hadir membawa kelegaaan dan kesejukkan di tengah kegalauan hati umat Israel.
Biji Mata Tuhan
=====================
"Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya."
Bagi yang suka mendengar lagu-lagu rohani tentu tahu sebuah lagu terkenal karangan Jeffrey S Tjandra yang berjudul Seperti Bapa Sayang AnakNya. Hari ini saya mendengar lagu tersebut dalam playlist saya, dan salah satu bagian reffrainnya berbunyi:
Sperti Bapa Sayang Anaknya
Demikianlah Engkau Mengasihiku
Kau Jadikan Biji MataMu
Kau Berikan Smua Yg Ada PadaMu
Jeffrey menuliskan bahwa Bapa begitu sayang kepada kita, hingga Dia menjadikan kita biji mataNya. Ini tertulis di dalam Alkitab, yaitu dalam Ulangan 32:10 yang bunyinya: "Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya."
Mata adalah satu dari panca indra yang punya fungsi sangat penting. Tanpa mata maka segalanya akan terlihat gelap. Kita tidak akan bisa melihat apapun. Apakah itu berbagai keragaman ciptaan Tuhan, keindahan warna-warni dunia, segala karya seni tak tertandingi buah karyaNya akan luput dari penglihatan kita tanpa adanya sepasang mata. Mata pun merupakan salah satu objek keindahan tersendiri yang sering kita kagumi. Kita tentu pernah terpesona melihat mata yang indah milik seseorang? Contact lense dengan warna-warna menarik pun tersedia di mana-mana untuk mempercantik mata. Tidak hanya pada bola mata saja, tetapi wanita pun suka memoles area sekitar mata mereka dengan berbagai warna, baik pada kelopak, bulu mata dan alis. Agar tidak silau orang pun melindungi matanya dengan kaca mata hitam. Kalau anda bekerja sebagai pengelas, anda pun harus melindungi mata anda dari percikan api las dalam bekerja. Ini semua menggambarkan betapa berharga dan pentingnya mata bagi kita.
Jika manusia menganggap mata itu penting atas banyak alasan, demikian pula bagi Tuhan. Betapa indahnya ketika Tuhan menganggap kita bagai biji mataNya. Dia akan senantiasa menjaga, melindungi dan mengawasi kita bagaikan menjaga biji mataNya sendiri. Itulah yang tertulis di dalam Ulangan 32:10 tadi. Bagian ini termasuk dalam rangkaian nyanyian Musa yang ternyata cukup penting, karena kelak pada kitab Wahyu nyanyian ini kembali disebutkan. "Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!" (Wahyu 15:3). Pada akhir jaman nanti, mereka yang menang atas binatang dan patungnya dan orang-orang yang ditandai dengan angka (bilangan) akan menyanyikan kembali nyanyian Musa, bersama-sama dengan nyanyian Anak Domba dengan diiringi kecapi Allah. (ay 2). Luar biasa bukan? Artinya pernyataan kita sebagai biji matanya Tuhan akan terus ada hingga akhir jaman.
Adakah orang yang akan dengan sengaja merusak matanya sendiri? Tentu tidak. Jika kita merusak mata kita sendiri, sama artinya dengan merusak diri kita sendiri. Tidak ada bagian tubuh kita yang tidak berguna, Tuhan telah melengkapi kita secara luar biasa, termasuk di dalamnya mata, salah satu organ tubuh yang sangat penting agar kita dapat melihat. Semua keindahan alam beserta keragamannya, jutaan budaya berbeda-beda dengan daya tariknya sendiri-sendiri, segala kebesaran Tuhan lewat ciptaan-ciptaanNya yang luar biasa, semua bisa kita saksikan lewat mata. Kita membaca betapa Daud menyadari betul keindahan ciptaan Tuhan yang menunjukkan kebesaranNya dalam Mazmur 104:1-35. Lihatlah salah satu petikan dari perikop itu. "Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu." (Mazmur 104:24). Mata merupakan salah satu organ terpenting yang memampukan kita untuk menikmati itu semua. Tanpa mata akan sulit bagi kita untuk melihat keindahan ciptaan Tuhan. Betapa indahnya mengetahui bahwa kita yang tidak ada apa-apanya dan kerap mengecewakanNya ternyata begitu penting bagi Tuhan. Begitu penting sehingga akan selalu Dia perhatikan seperti halnya Dia memperhatikan biji mataNya sendiri.
Mari kita lihat sebentar sebuah bagian dari kisah hidup Daud. Ketika Daud dikejar-kejar musuh, Daud pun mengaitkannya dengan biji mata ini dalam menantikan perlindungan Tuhan. "Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu, terhadap orang-orang fasik yang menggagahi aku, terhadap musuh nyawaku yang mengepung aku." (Mazmur 17:9). Lalu marilah kita lihat bagaimana bunyi Firman Tuhan yang memberi jaminan pemeliharaan atas hidup kita. "Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu--sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya" (Zakharia 2:8). Firman Tuhan berkata: barang siapa menjamah kita anak-anakNya itu sama artinya dengan menjamah biji mataNya. Bagi mereka-mereka ini, demikian kata Tuhan: "Sesungguhnya Aku akan menggerakkan tangan-Ku terhadap mereka, dan mereka akan menjadi jarahan bagi orang-orang yang tadinya takluk kepada mereka. Maka kamu akan mengetahui bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku." (ay 9). Sebuah jaminan perlindungan luar biasa sudah dinyatakan Tuhan sendiri atas kita, dengan menyatakan bahwa kita itu begitu penting seperti biji mataNya sendiri.
Jika Tuhan sudah menjanjikan sebuah jaminan pemeliharaan yang sama pentingnya seperti melindungi biji mataNya sendiri, maka itu artinya kita tidak perlu khawatir, tidak perlu ragu, tidak perlu takut dalam menatap hari depan. Meskipun itu semua belum bisa kita lihat, meski mungkin hari ini kita masih berhadapan dengan ketidakpastian atau bahkan jika himpitan berbagai masalah kehidupan masih terus menekan kita, jangan khawatir, karena biar bagaimanapun Tuhan sudah menyatakan bahwa kita merupakan biji mataNya sampai kapanpun. Begitu berharganya kita di mata Tuhan, Dia akan senantiasa ada bersama kita, mengawasi dan melindungi kita dari segala hal agar bisa mendapat hidup yang aman lengkap dengan segala kelimpahannya. Apapun yang kita hadapi hari ini, yakinlah bahwa kita akan selalu menjadi biji mata Tuhan sampai kapanpun. Puji Tuhan dan bersyukurlah untuk itu.
Kita berharga di mata Tuhan seperti biji mataNya sendiri
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
renungan harian online: Biji Mata Tuhan
| ||
| ||
|
Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian Air Hidup'
http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/qD0Rzf/4dBQTp
If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.
Confirm your unsubscription from 'renungan harian online'
http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/gTvF5y/Gt7bP
If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.
Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian Kita'
http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/dvmm4H/2xj1b2
If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.
Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian Kita'
http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/dvmm4H/4mbGV2
If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.
Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian Kita'
http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/dvmm4H/4z5NM9
If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.
Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian Kita'
http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/dvmm4H/25KpGc
If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.
1Okt
"Yesus memanggil seorang anak kecil"
(1Kor 12;31-13:13; Mat 18:1-5)
" Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."(Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Teresia dari Kanak-Kanak Yesus hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Anak-anak kecil atau bayi sedikit banyak bagaikan anak-anak binatang yang masih kecil atau baru lahir, antara lain diperlakukan apa saja pasti akan ikut alias taat. Salah satu cirikhas anak-anak adalah memiliki keterbukaan dan kerendahan hati luar biasa, itulah yang juga dihayati oleh St.Teresia yang kita kenangkan pada hari ini. Maka kita sebagai umat beriman, yang berarti senantiasa membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, juga dipanggil untuk hidup taat dan rendah hati. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang masih hidup dengan sombong untuk bertobat atau memperbaharui diri dengan hidup rendah hati. Sekali lagi saya angkat apa itu rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" . Wujud atau penghayatan keutamaan rendah hati pada masa kini yang mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan adalah tidak mengeluh atau tidak menggerutu ketika harus menghadapi dan mengerjakan tugas berat, sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau mengalami kegagalan dan keterbatasan. Jika anda menghadapi atau mengalami hal itu hendaknya kemudian dihayati sebagai syukur dan terima kasih, karena Tuhan telah memperlihatkan atau menunjukkan bahwa kita adalah manusia lemah, rapuh dan penuh dengan dosa. Beriman sejati berarti menghayati diri sebagai pendosa yang dipanggil oleh Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatannya. Maka entah gagal atau sukses dalam hidup hendaknya senantiasa bersyukur dan berterima kasih.
· "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna." (1Kor 13:1-3), demikian kesaksian iman Paulus. Cintakasih merupakan ajaran utama dan pertama dari semua agama maupun pengajar hidup baik dan bermoral. Maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain dimana pun dan kapan pun, tanpa pandang bulu. Mungkin pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah cintakasih atau korban cintakasih, dengan kata lain masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih'. Jika masing-masing dari kita mampu secara mendalam menghayati diri sebagai 'yang terkasih' maka hidup saling mengasihi dapat kita lakukan dengan mudah, karena bertemu dengan orang lain, siapapun, berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi. Hidup dan bertindak dalam dan oleh cintakasih tiada ketakutan atau kekhawatiran sedikitpun dan kita dapat melaksanakan segala macam tugas baik yang diserahkan kepada kita. Tugas dan pekerjaan seberat dan sebesar apapun jika dihadapi dan disikapi dengan dan oleh cintakasih akan dapat kita selesaikan dengan baik. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para orangtua dan para guru/pendidik untuk mendidik dan mendampingi anak-anak atau para peserta didiknya dalam cintakasih dan kebebasan Injili. Anak-anak ada dan diciptakan dalam dan oleh cintakasih dan kebebasan sejati, maka juga akan dapat tumbuh berkembang dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan jika mereka dididik dan didampingi dalam dan oleh cintakasih dan kebebasan Injili atau sejati. Wujud cintakasih antara antara lain dengan jiwa besar dan hati rela berkorban memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih.
"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)
Ign 1 Oktober 2012
Note: bulan Oktober adalah bulan Rosario, maka diharapkan kita berdoa Rosario sendiri atau bersama-sama setiap hari.
Sabtu, 29 September 2012
Renungan Harian Kita: Salah Jurusan
| ||
| ||
|
Salah Jurusan
Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 78; Ibrani 12; Yeremia 5-6
Hal yang sama sebenarnya juga terjadi di dunia kerja. Ada banyak orang yang bekerja di bidang yang berbeda dengan apa yang ia pelajari secara akademis. Alasannya pun macam-macam, merasa tidak ada pilihan lain, tidak ingin menganggur, gaji yang ditawarkan menarik, dan sebagainya. Sayangnya, banyak yang akhirnya melupakan bahwa peluang itu pun sebenarnya merupakan salah satu rancangan Tuhan dalam hidup mereka.
Bacaan kali ini tidak hanya mengingatkan kita untuk menyadari betapa keinginan kita bisa berbeda dengan keinginan Tuhan. Sehingga amatlah penting bagi kita untuk mencari tahu rencana dan kehendakNya, lalu menjalankannya.
Mungkin saja pekerjaan kita sekarang dimaksudkan sebagai batu lompatan untuk bekerja di tempat yang lebih baik lagi. Tapi satu hal yang harus kita ingat, di manapun kita berada, Tuhan ingin kita memberi dampak. Tidak sekedar menjadikannya batu lompatan, kita perlu mencari tahu hal apa yang Tuhan ingin kita kerjakan di sana. Mungkin perbaikan sistem laporan, perbaikan sistem teknologi informasi, mungkin juga Tuhan ingin kita merintis persekutuan, tapi apapun itu, tugas kita adalah mencari tahu kehendakNya.
Apa dampak yang Anda torehkan di tempat Anda bekerja?
Renungan Harian Air Hidup: ORANG MERDEKA (2)
| ||
| ||
|
Kerajaan Allah sangat berharga
renungan harian online: Dari Tanah Liat
| ||
| ||
|
Dari Tanah Liat
======================
"Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu."
Kesombongan dan kepongahan orang bukanlah hal yang langka untuk kita lihat hari ini. Ada begitu banyak orang yang merasa diatas angin penuh kuasa hingga sama sekali tidak merasa bersalah untuk menindas atau merendahkan orang lain. Apakah itu dari harta kekayaan, status, pangkat dan jabatan, atau di sisi lain merasa kuat karena termasuk dalam anggota geng, punya koneksi atau hubungan dengan orang 'kuat', atau sekedar otot dan wajah seram yang dipercaya akan membuat orang takut ketika bertemu muka. Hari ini ketika sedang mengemudi di malam hari, saya bertemu dengan geng bermotor berjumlah puluhan yang berlaku seenaknya di jalan. Mereka terkenal tidak ragu-ragu dalam menyakiti orang lain di jalan raya, sehingga siapapun akan segera menghindar daripada mendapat masalah. Saat ini mungkin mereka merasa punya kekuatan atau kuasa besar yang bahkan membuat polisi memilih untuk menutup mata mereka, tapi sadarkah mereka bahwa 'show of force' mereka hanya berlaku sangat singkat di dunia yang fana ini? Pada saatnya kelak mereka harus menghadapi Sang Pencipta, dan tidak ada otot, senjata atau kekuatan apapun yang bisa mereka andalkan untuk mengelak dari pertanggungjawaban sepenuhnya atas perbuatan mereka selama hidup. Mereka lupa bahwa meski mereka punya kekuatan saat ini, mereka sama seperti kita, tidak lebih dari sosok yang kata Alkitab hanya dibentuk dari tanah liat.
Ayat bacaan hari ini menggambarkan 'bahan baku' pembuatan kita manusia. "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu." (Yesaya 64:8). Jika kita melihat ayat ini,maka jelaslah bahwa kita tidak seharusnya bersikap sok kuasa, pamer kekuatan, arogan atau sombong. Mengapa? Karena kita ini ternyata tidak lebih dari seonggok tanah liat. Dalam ayat lain Yesaya mengatakan bahwa manusia tidaklah lebih dari hembusan nafas semata, sehingga kita jangan pernah menaruh harapan terlalu tinggi pada sebuah figur atau sosok manusia. "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22). Selain itu kita juga harus sadar bahwa masa hidup kita di dunia pun singkat. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Jika kita menyadari hal ini, dimana usia kita secara total terhitung sejak bayi hingga tua hanya sesingkat itu, maka alangkah memalukannya jika kita masih merasa berhak untuk berlaku semena-mena apalagi menyakiti orang lain hanya ketika kita pada saat ini merasa punya 'modal' untuk itu. Pada suatu ketika semua manusia harus siap untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama di dunia ini di hadapan Tuhan. Dan ingatlah bahwa Tuhan tidak bisa disogok dan tidak akan takut pada siapapun atau apapun, karena Tuhanlah yang berkuasa atas segalanya, dan kita hanyalah ciptaanNya yang dibentuk dengan tanah liat dan diberi nyawa lewat hembusan nafasNya sendiri.
Jika kita adalah tanah liat, maka Tuhan adalah Penjunan kita. Sebagai tanah liat tentu kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Tanah liat tidak pernah bisa mengatur pembuatnya untuk membentuk dirinya sesuai dengan keinginannya. Tapi si pembuatlah yang pasti mengenal jenis tanah liat dan seperti apa ia bisa dibentuk, seindah mungkin. Demikianlah sebuah pelajaran yang dipetik oleh Yeremia lewat seorang tukang periuk. Dalam pembuka Yeremia 18 kita membaca bahwa Tuhan menyuruh Yeremia ke tukang periuk untuk mendapat pelajaran penting mengenai hakekat manusia dan hubungannya dengan Tuhan. "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." (Yeremia 18:4). Ini hasil pengamatan Yeremia. Lalu Tuhan berkata: "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!" (ay 6). Ya, Tuhanlah sang Pembuat, sedang kita adalah tanah liat yang berada di tangan sang Pembuat. Karenanya bukan segala kehebatan, kekuatan dan harta kita yang bisa membuat kita menjadi baik, berkelimpahan dan selamat, namun semata-mata karena kehebatan Tuhan membentuk kita-lah maka kita bisa menjadi bejana-bejana yang indah. Menyombongkan diri atau berlindung di belakang orang lain adalah sebuah sikap yang memalukan, karena itu artinya si orang tersebut tidak menyadari betul siapa dia sebenarnya. Malah Alkitab mencatat demikian "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5).
Jika Tuhan sebagai sang Penjunan atau sang Pembuat periuk/bejana yang mengenal karakter kita, para "tanah liat", dengan sangat baik, apa yang menjadi rencanaNya? Demikian firman Tuhan. "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (29:11). Untuk mencapai tujuan itu, terkadang proses pembentukan karakter diperlukan, dan hal itu seringkali tidak nyaman bahkan menyakitkan. Tapi lihatlah nanti, sebuah bejana yang sangat indah akan terbentuk. Kita hanyalah tanah liat yang tidak lebih dari embusan nafas. Tidak seharusnya kita bersikap paling hebat di atas segala-galanya dan hidup seenaknya dengan kekuatan diri kita sendiri maupun orang lain. Ingatlah bahwa di atas sana ada Tuhan, Sang Penjunan yang begitu mengasihi kita dan tidak ingin satupun dari kita binasa. Jauhkanlah kesombongan dan keangkuhan dari diri kita. Sebaliknya hiduplah rendah hati, rajin menolong sesama dan berserahlah secara penuh kepada Tuhan dalam segala hal. Semua perbuatan kita pada waktunya harus kita pertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perhatikan baik sikap kita. Pergunakan segala yang Dia beri untuk memberkati orang dan memuliakan Tuhan, bukan untuk merugikan orang lain dan mempermalukan Tuhan di dalamnya.
Kita hanyalah tanah liat hasil buatan tangan Tuhan, karenanya tidak ada yang perlu disombongkan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Jumat, 28 September 2012
RS: Kebanggaan atas Karya Sempurna
Kekuatan Rohani
29 sept
Minggu Biasa XXVI
Renungan Harian Air Hidup: ORANG MERDEKA (1)
| ||
| ||
|
Arsip Blog
-
▼
2012
(2175)
-
▼
September
(190)
- 2 Okt
- Renungan Harian Air Hidup: MEMPERSEMBAHKAN TUBUH U...
- Yesus: pembawa kelegaan di tengah kesesakan
- Biji Mata Tuhan
- renungan harian online: Biji Mata Tuhan
- Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian ...
- Confirm your unsubscription from 'renungan harian ...
- Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian ...
- Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian ...
- Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian ...
- Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian ...
- 1Okt
- Renungan Harian Kita: Salah Jurusan
- Salah Jurusan
- Renungan Harian Air Hidup: ORANG MERDEKA (2)
- Kerajaan Allah sangat berharga
- renungan harian online: Dari Tanah Liat
- Dari Tanah Liat
- RS: Kebanggaan atas Karya Sempurna
- Kekuatan Rohani
- 29 sept
- Minggu Biasa XXVI
- Renungan Harian Air Hidup: ORANG MERDEKA (1)
- renungan harian online: Great is the Lord, and Gre...
- Great is the Lord, and Greatly to be Praised
- Renungan Harian Kita: Allah Bekerja
- Allah Bekerja
- Renungan Harian Kita: Ayah
- Ayah
- 28 sept
- Renungan Harian Air Hidup: JADIKAN DIRI RUMAH PUJIAN!
- Penolakan
- renungan harian online: Bimbang
- Bimbang
- Renungan Harian Air Hidup: PERSEMBAHAN BAGI TUHAN
- Kebenaran adalah kebenaran yang tidak akan sirna k...
- renungan harian online: Lembut Hati
- Lembut Hati
- Renungan Harian Kita: Kesehatan Emosi
- Kesehatan Emosi
- 27sept
- Renungan Harian Air Hidup: PERCAYA KEPADA YESUS: B...
- Ketulusan dalam mewartakan Injil
- renungan harian online: Pulang
- Pulang
- 26 Sept
- Renungan Harian Air Hidup: BERDOA DENGAN IMAN DAN ...
- Persaudaraan dibangun dengan dasar Iman
- renungan harian online: Layang-Layang
- Layang-Layang
- 25 sept
- 24 Sept
- Renungan Harian Air Hidup: BERDOA DENGAN IMAN DAN ...
- Pelita bagi sesama
- renungan harian online: Menunjukkan Kerendahan Hati
- Menunjukkan Kerendahan Hati
- Renungan Harian Kita: Pengalaman Buruk
- Pengalaman Buruk
- Minggu Biasa XXV
- Renungan Harian Air Hidup: BUKTI MENGASIHI TUHAN!
- Pemimpin yang melayani
- Tergantung Ada Ditangan Siapa
- renungan harian online: Tergantung Ada Ditangan Siapa
- Renungan Harian Air Hidup: KESETIAAN IMAN ZADOK
- Perumpamaan tentang penabur
- Kuasa Tuhan Dibalik Kelemahan
- renungan harian online: Kuasa Tuhan Dibalik Kelemahan
- Renungan Harian Kita: Berpikir
- Berpikir
- 22 Sept
- Berpihak pada yang terpinggirkan
- 21 Sept
- 20 Sept
- 19 Sept
- Renungan Harian Air Hidup: MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI!
- renungan harian online: Alarm Hati Nurani (2)
- Alarm Hati Nurani (2)
- Renungan Harian Air Hidup: TUHAN KITA TUHAN YANG H...
- Kebangkitan Yesus Kristus
- renungan harian online: Alarm Hati Nurani (1)
- Alarm Hati Nurani (1)
- Renungan Harian Air Hidup: JANGAN SOMBONG: Segala ...
- Kasih Allah
- Tetap Berjalan Lurus
- renungan harian online: Tetap Berjalan Lurus
- Renungan Harian Air Hidup: TUHAN TAHU MOTIVASI KITA
- Yesus Maha Kuasa
- Terkenal itu Keren?
- renungan harian online: Terkenal itu Keren?
- 18 Sept
- 17 Sept
- Renungan Harian Air Hidup: PENYEMBAHAN YANG BENAR (2)
- Kekuatan Iman
- Terseret Arus
- renungan harian online: Terseret Arus
- Minggu Biasa XXIV
- Siapakah Yesus bagiku?
- Renungan Harian Air Hidup: PENYEMBAHAN YANG BENAR (1)
- Pujian di Malam Hari
- renungan harian online: Pujian di Malam Hari
-
▼
September
(190)