Sabtu, 14 Februari 2015
12:28 Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?"
12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
12:32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
12:33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
12:34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. —Ulangan 6:5
Ketika akal budi dan emosi berbenturan, hati sering memberi jawaban yang lebih tepat,” demikian dikatakan para penulis dari A General Theory of Love (Suatu Pandangan Umum tentang Kasih). Konon pada masa lalu, orang meyakini bahwa akal budilah yang seharusnya mengendalikan hati. Namun kini, ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa sesungguhnya kebalikannyalah yang benar. “Keberadaan diri kita saat ini dan kelak di masa yang akan datang, sebagian tergantung kepada siapa yang kita kasihi.”
Mereka yang mengenal Kitab Suci akan menyadari bahwa hal itu bukanlah penemuan baru, melainkan suatu kebenaran yang telah lama ada. Perintah terpenting yang diberikan Allah kepada umat-Nya menempatkan hati di tempat yang utama. “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:5). Kita melihat bahwa baru pada Injil Markus dan Lukas, Yesus menambahkan akal budi (Mrk. 12:30; Luk. 10:27). Jadi, penemuan para ilmuwan tersebut sebenarnya telah diajarkan Alkitab sejak dahulu.
Pengikut Kristus seperti kita juga mengetahui tentang arti penting dari mereka yang kita kasihi. Pada saat kita menaati perintah yang utama dan menjadikan Allah sebagai objek yang kita kasihi, kita dapat merasa yakin bahwa kita memiliki tujuan hidup yang jauh melampaui apa pun yang pernah kita bayangkan atau yang bisa dicapai oleh kekuatan kita sendiri. Ketika kerinduan kita akan Allah menguasai hati kita, maka akal budi kita akan tetap berfokus dalam memikirkan cara-cara untuk melayani Dia, dan pekerjaan kita akan semakin memperluas kerajaan-Nya di bumi seperti di surga. —JAL
Tuhan, kami rindu untuk menjadikan Engkau sebagai kerinduan
terbesar kami. Sebagaimana Engkau mengajar murid-murid-Mu
untuk berdoa, demikian juga kami memohon kepada-Mu untuk
mengajar kami cara mengasihi. Bimbinglah kami hari ini.
Alangkah rugi apabila kamu tidak menggunakan hari demi hari untuk mengasihi Allah. —Brother Lawrence
Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 15-16; Matius 27:1-26
Artikel ini termasuk dalam kategori Komik Kamu, Komik Strip, Santapan Rohani, SaTe Kamu
from WarungSaTeKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar