Jumat, 13 Februari 2015
119:17 Lakukanlah kebajikan kepada hamba-Mu ini, supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada firman-Mu.
119:18 Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.
119:19 Aku ini orang asing di dunia, janganlah sembunyikan perintah-perintah-Mu terhadap aku.
119:20 Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu.
119:21 Engkau menghardik orang-orang yang kurang ajar, terkutuklah orang yang menyimpang dari perintah-perintah-Mu.
119:22 Gulingkanlah dari atasku cela dan penghinaan, sebab aku memegang peringatan-peringatan-Mu.
119:23 Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.
119:24 Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku.
Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku. —Mazmur 119:24
Firman Allah kita terima melalui beraneka ragam cara. Melalui khotbah yang berpusat pada Alkitab, pembacaan Kitab Suci, kidung pujian, kelompok pemahaman Alkitab, dan artikel-artikel renungan, kita menerima kebenaran-kebenaran Allah dari Kitab Suci. Namun demikian, kita tidak dapat mengabaikan pentingnya pembacaan dan pemahaman Alkitab yang kita lakukan sendiri.
Baru-baru ini, hati saya tersentuh lewat perenungan pribadi terhadap kitab Ulangan, yang saya kupas paragraf demi paragraf dengan teliti, dan yang saya pelajari bersamaan dengan Khotbah di Bukit dalam Matius 5-7. Kedua bagian Alkitab tersebut sama-sama mencakup aturan-aturan iman: Sepuluh Perintah Allah (Ul. 5:6-21) dan Ucapan Bahagia (Mat. 5:3-12). Yang tercantum dalam kitab Ulangan adalah perjanjian yang lama—hukum yang dikehendaki Allah untuk dipatuhi umat-Nya. Dalam Matius, Yesus menunjukkan kepada kita bahwa Dia telah datang untuk menggenapi hukum itu dan menegakkan prinsip-prinsip perjanjian baru yang membebaskan kita dari beban hukum yang memberatkan.
Roh Kudus datang seiring dengan firman Allah untuk mengajar, memampukan, mengarahkan, meyakinkan, dan menyucikan kita. Hasilnya adalah pemahaman, pertobatan, pembaruan, dan juga pertumbuhan dalam Yesus. Teolog Philip Jacob Spener menulis: “Semakin mantap firman Allah berdiam di antara kita, semakin kita akan menghasilkan iman beserta buah-buahnya.” Marilah kita berdoa bersama sang pemazmur: “Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu” agar kita dapat menghidupi firman itu dalam kehidupan kita (Mzm. 119:18). —DCE
“Bapa Surgawi, kami bersujud di hadapan-Mu. Biarlah firman-Mu
menjadi petunjuk dan panduan kami, Roh-Mu menjadi guru kami,
dan kemuliaan-Mu yang lebih lagi menjadi perhatian utama kami,
melalui Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.” —John R. W. Stott
Ketika firman Allah berdiam di dalam diri kita, firman itu akan terpancar keluar dari hidup kita.
Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 14; Matius 26:51-75
Photo credit: Gripnerd / Foter / CC BY-SA
Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu
from WarungSaTeKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar