Judul: Kebijaksanaan TuhanPertanyaan retorik dianggap sebagai pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban karena biasanya jawabannya sudah diketahui oleh pendengarnya. Pada perikop ini banyak diberikan pertanyaan retoris tentang kebiasaan-kebiasaan di dunia pertanian. Dengan gambaran kebiasaan itu, Yesaya memberikan perumpamaan tentang tindakan yang akan dilakukan oleh Tuhan semesta alam bagi umat-Nya.
Seorang petani akan melakukan segala kebiasaannya dalam bercocok tanam agar semua tumbuhan yang ditanam menghasilkan yang terbaik pada waktunya. Kebiasaan yang dimulai dengan menabur benih itu, diatur dalam waktu-waktu yang telah ditentukan dan dilakukan dengan tidak asal-asalan (24-25). Proses mempersiapkan lahan subur merupakan keharusan awal. Setelah lahan subur disiapkan, tibalah saat menabur. Banyaknya jenis benih yang ditanam menunjukkan bahwa firman keselamatan bukan hanya monopoli Yehuda dan Israel, melainkan juga bagi bangsa-bangsa lain.
Di dalam merawat tanam-tanaman yang sudah tumbuh, para petani menjalankan adat kebiasaan yang telah ditentukan (26). Mengirik, memukul, dan menggiling tidak dilakukan secara terus menerus agar hasil pertanian tidak menjadi hancur (27-28). Karena itu ada waktu untuk berhenti mengirik, memukul, dan menggiling. Alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan itu berbeda-beda juga. Maka harus digunakan secara tepat agar menghasilkan yang terbaik, dan tidak menghancurkannya.
Hukuman merupakan konsekuensi bagi manusia yang berbuat salah di mata Tuhan. Namun hukuman itu akan berhenti bila manusia berbalik kepada Tuhan karena Dia adalah Allah yang adil dan mengasihi. Tidak selamanya Dia menghukum manusia. Untuk itulah kita seharusnya bersyukur dengan pujian: "Ia ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan" (29).
Tentunya pengampunan yang Tuhan berikan harus kita hargai dengan hidup dan berkarya sesuai dengan apa yang Dia inginkan. Dengan itulah maka akan nyata syukur dan pujian kita atas kasih-Nya.
Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/
Sumber : www.sabda.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar