Judul: Tunduk pada firman TuhanPada perikop sebelumnya telah dijelaskan bahwa Tuhan telah menghukum umat-Nya melalui bangsa Asyur yang menyerang Yehuda. Namun oleh anugerah Tuhan, Yehuda diluputkan. Meski demikian Yehuda tidak bersyukur dan tetap tidak bertobat.
Kesalahan Yehuda dijelaskan pada ayat 13-16. Ibadah yang mereka jalankan hanya sekadar kebiasaan dan hafalan (13). Antara ibadah dan kehidupan sehari-hari tidak sinkron karena dalam kehidupan sosial, mereka menindas yang miskin. Meski demikian, mereka beranggapan bahwa Tuhan tidak melihat karena hal itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi (15). Bahkan mereka berani menyatakan bahwa Tuhan bukanlah Khalik, yang menciptakan mereka (16). Itulah sebabnya mereka disebut sebagai bangsa yang buta dan bodoh (9-12). Kebutaan yang disebabkan oleh kekerasan hati dan kebodohan yang diakibatkan oleh kebebalan. Malah ketika sang nabi menyampaikan firman Tuhan, mereka justru mencemooh.
Memang firman Tuhan yang disampaikan kepada mereka begitu keras karena mereka memang bersalah. Sebab itu wajar saja bila mereka diperingatkan. Namun karena mereka hanya mau mendengar firman yang menyenangkan telinga saja, maka firman Tuhan yang sejati diabaikan dan bahkan dicemooh. Tindakan-tindakan tersebut jelas merupakan pemberontakan terhadap Tuhan. Akibatnya, hubungan pribadi mereka dengan Tuhan tidak terpelihara, dan selanjutnya mereka jadi sulit mempercayai firman Tuhan. Ini diibaratkan dengan kitab yang tertutup dengan meterai (11-12).
Mendengar firman yang menyenangkan telinga, yaitu yang menghibur dan menggembirakan, memang enak. Kita tak perlu merasa tak enak karena tertegur. Telinga kita pun tidak menjadi panas karena merasa tertampar. Namun kita perlu ingat bahwa firman yang benar tidak selalu berupa penghiburan, melainkan bisa juga seperti palu yang menghancurkan bukit batu (Yer 23:29). Akan menyakitkan ketika mendengarnya, tetapi melaluinya kita akan disadarkan untuk segera bertobat.
Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/
Sumber : www.sabda.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar