Judul: Syukur untuk kelepasanBayangkan Yerusalem dikepung musuh. Segala akses untuk keluar telah diblokir. Demikian juga akses pertolongan dari luar. Itulah kesesakan yang sedang dialami umat Israel (5, 13). "Aku" di sini pemazmur mewakili umat. Kepada siapa pengharapan akan pertolongan di arahkan? Hanya kepada Tuhan (5). Tuhan menjawab dengan melepaskan mereka dari kepungan musuh. Dengan kekuatan Tuhan umat memaksa musuh membubarkan kepungannya (10-12).
Pemazmur mengajak semua komponen umat bersyukur karena pertolongan Tuhan (2-4). Pertolongan Tuhan membuktikan kasih setia Tuhan. "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya."
Dari syukur lahirlah keyakinan, bahwa berlindung dan mengandalkan Tuhan ialah sikap yang bijaksana (6-8). Manusia dengan keperkasaan sehebat apa pun tidak dapat melawan Tuhan. Buktinya, pertolongan Tuhan tepat waktu (13-14) dengan membubarkan musuh dan mengubah kekalahan menjadi kemenangan; jerit atau tangis ketakutan menjadi sorak sorai kemenangan (15-16). Pemazmur yakin, ia akan tinggal hidup untuk menyaksikan karya Tuhan tersebut (17). Pemazmur sadar bahwa penindasan yang umat alami merupakan proses pendisiplinan Tuhan atas keberdosaan mereka (18). Berarti, sekarang mereka sudah mengalami pengampunan!
Pernahkah Anda mengalami seperti Yerusalem, terkepung dari segala arah, tanpa jalan keluar? Anda putus asa dan habis daya. Saat terjepit seperti itulah, Anda berseru kepada Tuhan minta tolong. Pertolongan Tuhan datang tepat waktu. Saat Anda menengok ke belakang, mungkin Anda heran bagaimana Tuhan menolong Anda keluar dari kekacauan tersebut. Hanya syukur yang bisa Anda panjatkan. Serta, tekad untuk memahsyurkan nama-Nya kepada sesama! Bahwa Tuhan dapat diandalkan untuk masalah apa pun yang menimpa umat-Nya.
Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/
Sumber : www.sabda.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar