Sabtu, 14 Maret 2015
20:18 Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.
20:19 Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati."
20:20 Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa."
20:21 Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada.
20:22 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: Kamu sendiri telah menyaksikan, bahwa Aku berbicara dengan kamu dari langit.
20:23 Janganlah kamu membuat di samping-Ku allah perak, juga allah emas janganlah kamu buat bagimu.
20:24 Kaubuatlah bagi-Ku mezbah dari tanah dan persembahkanlah di atasnya korban bakaranmu dan korban keselamatanmu, kambing dombamu dan lembu sapimu. Pada setiap tempat yang Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi nama-Ku, Aku akan datang kepadamu dan memberkati engkau.
20:25 Tetapi jika engkau membuat bagi-Ku mezbah dari batu, maka jangan engkau mendirikannya dari batu pahat, sebab apabila engkau mengerjakannya dengan beliung, maka engkau melanggar kekudusannya.
20:26 Juga jangan engkau naik tangga ke atas ke mezbah-Ku, supaya auratmu jangan kelihatan di atasnya."
Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati . . . di mana Allah ada. —Keluaran 20:21
Bayangkan kamu berdiri di kaki gunung dan saling berdesakan dengan semua orang di komunitasmu. Terlihat kilat serta terdengar suara guruh dan bunyi sangkakala yang memekakkan telinga. Di tengah-tengah nyala api, Allah turun ke atas puncak gunung. Puncak gunung itu ditutupi seluruhnya oleh asap; seluruh gunung mulai bergetar dengan kuat, dan kamu pun gemetar (Kel. 19:16-20).
Ketika bangsa Israel mengalami peristiwa yang mengerikan itu di dekat gunung Sinai, mereka memohon kepada Musa, “Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati” (20:19). Bangsa Israel meminta Musa menjadi pengantara mereka dengan Allah yang Maha-kuasa. “Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada” (ay.21). Setelah pertemuannya dengan Allah, Musa meneruskan pesan yang diterimanya dari Allah kepada bangsa Israel yang menunggunya di kaki gunung.
Saat ini kita menyembah Allah yang sama, yaitu Allah yang pernah menunjukkan kebesaran-Nya yang menakjubkan di gunung Sinai. Karena Allah itu kudus sempurna dan kita penuh dengan dosa, kita tidak bisa berhubungan dengan-Nya. Kalau tergantung pada diri kita sendiri, kita akan (dan seharusnya) gemetar ketakutan. Namun Yesus memungkinkan kita untuk mengenal Allah ketika Dia menanggung dosa-dosa kita, mati, dan bangkit kembali (1Kor. 15:3-4). Hingga kini, Yesus terus menjadi Pengantara antara kita dengan Allah yang Mahakudus dan Mahasempurna (Rm. 8:34; 1TIm. 2:5). —Jennifer Benson Schuldt
Terima kasih Yesus, karena telah menyerahkan nyawa-Mu sehingga aku mengenal Allah. Aku menyembah-Mu sebagai Pribadi yang menjembatani kesenjangan antara Allah dan diriku.
Yesus menjembatani kesenjangan antara Allah dan kita.
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 23-25; Markus 14:1-26
Photo credit: Loozrboy / Foter / CC BY-SA
Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu
from WarungSaTeKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar