Sabtu, 21 Maret 2015
1:1 Ucapan ilahi tentang Niniwe. Kitab penglihatan Nahum, orang Elkosh.
1:2 TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya.
1:3 TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.
1:4 Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dijadikan-Nya kering. Basan dan Karmel menjadi merana dan kembang Libanon menjadi layu.
1:5 Gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapan-Nya, dunia serta seluruh penduduknya.
1:6 Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya.
1:7 TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya
1:8 dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir. Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap.
1:9 Apakah maksudmu menentang TUHAN? Ia akan menghabisi sama sekali; kesengsaraan tidak akan timbul dua kali!
TUHAN itu baik; . . . tempat pengungsian pada waktu kesusahan. —Nahum 1:7
Ketika seorang terdakwa berdiri di hadapan hakim, nasibnya bergantung pada keputusan pengadilan. Jika ia tidak bersalah, pengadilan menjadi tempat perlindungan baginya. Namun jika ia bersalah, kita berharap pengadilan akan menjatuhkan hukuman.
Dalam kitab Nahum, kita melihat Allah sebagai tempat perlindungan sekaligus hakim. Tertulis demikian, “TUHAN itu baik, Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan” (1:7). Namun dikatakan juga bahwa “Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau- Nya ke dalam gelap” (1:8). Lebih dari 100 tahun sebelumnya, Niniwe pernah bertobat setelah Yunus memberitakan pengampunan Allah, dan bangsa itu diselamatkan (Yunus 3:10). Namun pada masa Nabi Nahum, Niniwe “merancang kejahatan terhadap TUHAN” (Nah. 1:11). Di pasal 3, Nahum menggambarkan secara rinci kehancuran Niniwe.
Banyak orang hanya mengenal satu sisi dari perbuatan Allah terhadap umat manusia tanpa mengenal sisi yang lainnya. Mereka berpikir bahwa Allah itu suci dan semata-mata ingin menghukum kita, atau bahwa Allah itu penuh belas kasihan dan semata-mata ingin menunjukkan kebaikan. Yang benar adalah Allah itu hakim sekaligus tempat perlindungan. Petrus menulis bahwa Yesus “menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1Ptr. 2:23). Hasilnya, “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran” (ay.24).
Seluruh kebenaran tentang Allah merupakan kabar baik! Dia adalah hakim, tetapi karena Yesus, kita dapat datang kepada Allah sebagai tempat perlindungan kita. —Dave Branon
Tuhan, jangan biarkan kami merendahkan-Mu dengan melihat satu sisi saja dari peran-Mu dalam kehidupan kami. Tolong kami untuk menikmati kasih dan kebaikan-Mu sekaligus menyadari betapa Engkau sangat membenci dosa.
Keadilan dan belas kasihan Allah bertemu di kayu salib.
Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 7-9; Lukas 1:21-38
Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu
from WarungSaTeKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar