Kamis, 18 Desember 2014
1 Samuel 18:1 Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.
18:2 Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya.
18:3 Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri.
18:4 Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.
1 Samuel 23:15 Daud takut, karena Saul telah keluar dengan maksud mencabut nyawanya. Ketika Daud ada di padang gurun Zif di Koresa,
23:16 maka bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah
23:17 dan berkata kepadanya: "Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu."
23:18 Kemudian kedua orang itu mengikat perjanjian di hadapan TUHAN. Dan Daud tinggal di Koresa, tetapi Yonatan pulang ke rumahnya.
Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. —1 Samuel 18:3
John Chrysostom (347-407), seorang Uskup Agung dari Konstanstinopel, pernah mengucapkan ini: “Demikianlah yang disebut persahabatan, ketika melaluinya kita mencintai setiap tempat dan musim yang dilalui; karena bagaikan . . . bunga-bunga meluruhkan daun-daun indahnya pada tanah di sekitarnya, demikian juga para sahabat menebarkan kebaikan kepada tempat-tempat di mana mereka berada.”
Hubungan Yonatan dan Daud melukiskan indahnya sebuah persabahatan sejati. Alkitab mencatat adanya kesatuan hati yang begitu erat dan langsung terjadi di antara mereka (1Sam. 18:1). Mereka menjaga keakraban tersebut dengan membuktikan kesetiaan mereka kepada satu sama lain (18:3; 20:16,42; 23:18). Mereka juga memelihara persahabatan itu dengan sikap yang saling menunjukkan perhatian. Yonatan memberi hadiah kepada Daud (18:4) dan memperingatkannya pada saat beragam kesulitan mengancam nyawa Daud (19:1-2; 20:12-13).
Dalam 1 Samuel 23:16, kita melihat momen terbaik dalam persahabatan mereka. Saat Daud menjadi buronan sang ayah, “Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah.” Sahabat yang baik akan menolongmu menemukan kekuatan dalam Allah di titik nadir hidupmu.
Di dunia dimana banyak orang lebih mencari keuntungan diri dari relasi mereka dengan sesama, marilah kita menjadi pribadi yang lebih mengutamakan apa yang dapat kita berikan kepada sahabat kita. Yesus, Sahabat kita yang terbaik, telah membuktikan kepada kita bahwa “tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13). —PFC
Terima kasih Tuhan, untuk para sahabat dari-Mu yang mengasihiku
tanpa memandang kegagalan dan kelemahanku. Tolong aku untuk
menerima mereka sebagaimana Engkau menerima kami. Ikatkanlah
kami di dalam Engkau dan mampukan kami untuk saling menolong.
Keindahan hidup dialami dengan mengasihi, memberi, melayani; bukan dengan dikasihi, diberi, dan dilayani.
Photo credit: mattcameasarat / Foter / CC BY
Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu
from WarungSaTeKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar