Ayat bacaan: Hosea 6:6
===================
"Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran."
Seorang teman saya baru saja bercerita bahwa anaknya yang masih balita suka membawakan secangkir kopi yang dibuatkan istrinya setiap dia pulang bekerja dan akan memeluknya didepan pintu. "Itu membuat rasa lelah saya bekerja dan terjebak macet di jalan terbayar lunas", katanya sambil tersenyum senang. Sambutan yang mencerminkan kasih sayang sang anak akan sangat berarti bagi seorang ayah, apalagi setelah lelah bekerja sehari penuh. Bandingkanlah keluarga harmonis ini dengan gambaran sebaliknya yang dialami banyak keluarga lainnya. Situasi di rumah tidak harmonis, istri entah dimana, anak-anak sibuk dengan dunia masing-masing, tidak ada satupun yang menyambut seolah mereka tidak butuh kehadiran sang ayah sama sekali di rumah. "Saya yakin tidak ada ayah yang tidak bahagia mendapat sambutan seperti ini dari anaknya, kecuali si ayah itu mati rasa", katanya lagi sambil tertawa. Apa yang ia katakan benar. Siapapun kita tentu merindukan perasaan dikasihi, dihargai dan dipedulikan dari orang lain, terlebih dari orang yang kita sayang. Jika kita merasa seperti itu, pernahkah kita berpikir bahwa Bapa Surgawi kita pun rindu untuk mendapat sambutan penuh kasih sayang dari anak-anaknya? Lalu, jika kita ingin melakukan itu, apa yang harus kita lakukan? Apakah kita menghidangkan secangkir kopi panas yang nikmat? Memijat pundakNya? Memeluk? Tentu tidak demikian, karena Tuhan tidak hadir secara fisik di depan kita seperti ayah biologis kita di dunia. Hari ini mari kita lihat bagaimana kita bisa menyenangkan hati Tuhan, membuatNya merasa dikasihi dan dicintai oleh kita, anak-anakNya.
Mari kita lihat kitab Hosea. Dalam pasal 6 kita bisa menemukan bagaimana cara kita untuk menyenangkan hati Bapa Surgawi kita. Perhatikan ayat berikut: "..Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6). Kasih dan kesetiaan kita yang besar bagi Tuhan yang tidak lekang dimakan jaman, tidak gampang luntur karena cemaran berbagai warna-warni duniawi, dan kerinduan kita tanpa henti untuk mengenal pribadi Bapa lebih lagi, itulah yang menyenangkan Tuhan. Dan itu dikatakan lebih dari "TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya." (Mazmur 147:11). Menyenangkan hati Tuhan bisa kita lakukan dengan hidup takut akan Tuhan dan terus percaya penuh kepadaNya tanpa pernah ragu atau putus asa. Hal-hal seperti inilah yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan hatiNya. Lewat pengenalan akan Tuhan, mengasihiNya dengan setia, menyadari dan percaya sepenuhnya kasih setia Tuhan dalam kondisi apapun yang kita alami, dan terus menjalani hidup dengan rasa takut akan Tuhan, itulah yang bisa kita perbuat untuk mengetuk pintu hati Tuhan dan menyenangkanNya.
Dalam bagian lain pada kitab Mazmur pasal 147 tadi kita bisa melihat juga bahwa memberikan puji-pujian, bermazmur bagiNya, itu pun menyenangkan Tuhan jika kita lakukan dengan hati yang tulus. Sebelum Pemazmur menuliskan hal yang membuat Tuhan senang dalam ayat 11 di atas, kita dapati ayat yang berbunyi "Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi!" Itu tertulis dalam ayat 7. Tuhan tentu akan disenangkan apabila kita memiliki gaya hidup yang senantiasa memuji dan menyembahNya, bermazmur bagiNya baik dalam keadaan suka maupun duka, baik dalam keadaan senang maupun susah, dan melakukan itu semua dengan hati yang tulus sepenuhnya karena mengasihi Tuhan lebih dari segalanya bukan karena mengharapkan sesuatu imbalan atau lainnya.
Kita harus benar-benar waspada karena ada begitu banyak keinginan daging yang akan selalu berusaha untuk menjauhkan kita dari Tuhan dan merusak hubungan kita denganNya. Seringkali kita menyerah untuk memberi toleransi kepada keinginan-keinginan kedagingan, dan mengira bahwa itu tidaklah apa-apa jika kita anggap hanya sekali-kali atau sedikit-sedikit saja. Padahal kenyataannya Tuhan sama sekali tidak berkenan kepada orang-orang yang memilih untuk hidup dalam daging dan menomor duakan keinginan Roh. "Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah." (Roma 8:8). Selanjutnya yang juga penting, apakah kita sudah berkenan meluangkan waktu untuk berdoa bagi orang lain, untuk pemerintah dari tingkat regional hingga nasional? Sudahkah kita menaikkan permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur buat orang lain, buat pemimpin-pemimpin kita? Hal ini pun penting untuk kita cermati, karena firman Tuhan berkata "Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita" (1 Timotius 2:3). Lalu ingat pula bahwa kita bisa melakukan sesuatu untuk membalas segala kebaikan Tuhan dan menunjukkan kasih kita kepadaNya bukan dengan menyogok Tuhan lewat berbagai cara, tapi justru dengan melakukan sesuatu untuk saudara-saudari kita yang membutuhkan uluran tangan kita. "Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40).
Kita mungkin tidak bisa membuat secangkir kopi buat Tuhan atau memijatNya. Tapi Alkitab sudah memberitahukan bagaimana caranya kita bisa menyenangkan hati Bapa. Lebih dari korban bakaran, Tuhan lebih menyukai kasih setia kita dan usaha kita untuk semakin jauh mengenal pribadiNya. Tuhan rindu untuk dapat bergaul karib dengan kita. Kepada kita yang menyenangkan hatiNya, yang berkenan di hadapanNya, Tuhan tidak akan menahan-nahan berkatNya untuk tercurah. "Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." (Mazmur 84:11). Ini janji Tuhan kepada setiap anakNya yang selalu berusaha menyenangkan hatiNya bukan karena berharap sesuatu atau pamrih tapi semata-mata karena mengasihi Tuhan lebih dari segala hal lainnya. Tuhan akan sangat senang jika kita menjadikan diriNya prioritas utama dalam hidup kita. Dia akan sangat bangga jika kita mempersembahkan ibadah sejati kita dengan mempersembahkan tubuh kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepadaNya. (Roma 12:1). Tetap percaya dan berpegang kepadaNya dalam kondisi dan situasi apapun, selalu melakukan kehendakNya dengan sepenuh hati, tetap bersukacita dan bersyukur meski dalam kesesakan sekalipun, dan tentunya tidak sekali-kali menomorduakan apalagi meninggalkan Tuhan demi kenikmatan sesaat. Anda siap menyukakan hati Bapa?
Lebih dari korban-korban sembelihan atau bakaran, Tuhan lebih menyukai kasih setia dan kerinduan kita untuk mengenalNya lebih jauh
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar