Ayat bacaan: Bilangan 26:10
==========================
"tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan."
Seorang teman yang bekerja sebagai arsitek pernah membangun sebuah maket mini dari gedung yang akan dikerjakannya. Maket ini direncanakan akan dipajang di lokasi agar pengunjung bisa melihat seperti apa bangunan itu akan berdiri kelak. Ia bekerja siang dan malam, dan setelah berminggu-minggu akhirnya maket pun beres. Seharusnya ia lekas-lekas memasukkannya dalam kaca tebal dan segera bergegas membawa hasil kerjanya itu ke lokasi. Tapi sayangnya ia menundanya. Ia berpikir bahwa toh tenggat waktunya masih lama sehingga ia tidak perlu buru-buru merampungkan keseluruhan kerjanya. Pada suatu kali ia lupa menutup ruang kerjanya. Hanya pergi keluar sebentar, tapi ternyata anaknya yang balita masuk kesana dan merusak maket itu habis-habisan. Betapa terkejutnya ia ketika melihat pekerjaannya sudah hancur. Ia hanya bisa menyesali kecerobohannya. Akibatnya ia harus mengulangi lagi dari awal. Ia melanggar perjanjian batas waktu yang sudah disepakati dengan terlambat menyerahkan, dan ia pun harus menanggung konsekuensi sebagai akibatnya.
Ada banyak orang yang hancur dalam sekejap setelah mati-matian membangun karirnya bertahun-tahun hanya karena lengah atau terlena atas kesuksesan yang tengah dirasakan. Lihatlah dunia selebritis yang gemerlap. Hampir setiap hari kita melihat artis datang dan pergi, juga artis yang melesat menuju ketenaran tapi kemudian menghujam membentur bumi dalam sekejap karena melakukan hal-hal buruk. Obat terlarang dan skandal bisa jadi merupakan penyebab yang paling sering mendatangkan kehancuran. Apakah itu membuat mereka ditangkap, atau kemudian mengalami kecelakaan, atau ada juga yang citranya rusak sedemikian rupa sehingga sulit untuk dipulihkan lagi. Semua itu datang sebagai resiko akibat kesalahan yang ia perbuat sendiri. Sungguh amat disayangkan sesuatu yang telah dibangun harus hancur dalam sekejap mata karena kebodohan sendiri. Terlena dalam kesuksesan bisa membuat orang lengah terhadap dosa, dan itu bisa menjadi sangat fatal akibatnya.
Kemarin kita sudah melihat pesan penting dari Paulus yang berbunyi: "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12). Mempertahankan adalah jauh lebih berat ketimbang membangun sesuatu. Ada banyak faktor di dalam sebuah keberhasilan yang bisa membuat kita lupa diri, sesuatu yang mungkin tidak terjadi ketika kita sedang merintis atau membangun keberhasilan kita. Ada banyak orang yang tergelincir jatuh bukan ketika mereka berjuang, tapi justru ketika kesuksesan telah berhasil mereka raih. Maka tidaklah heran jika ketika kita sudah sukses, perjuangan bukan menjadi lebih mudah tapi malah akan menjadi jauh lebih berat lagi.
Seperti yang sudah kita lihat sedikit pada renungan kemarin, Korah merupakan salah satu contoh akan hal ini dari sekian banyak yang tertulis di dalam Alkitab. Mari kita lihat kisah Korah lebih detil. Korah awalnya merupakan seorang pemimpin yang cukup berpengaruh di masa ketika Israel keluar dari Mesir. Seperti halnya orang Lewi lainnya, Korah dipercaya untuk melakukan pekerjaan pada Kemah Suci Tuhan, bertugas bagi umat untuk melayani mereka. Dengan status seperti itu dengan sendirinya Korah mendapat kepercayaan yang lebih tinggi di banding orang Israel lainnya. Itu adalah sebuah kehormatan yang seharusnya disyukuri dan ditanggungjawabi dengan sungguh-sungguh. Namun nyatanya tidaklah demikian. Korah terperosok dalam dosa pemberontakan. Ia menjadi lupa akan hakekat kepercayaan yang telah diberikan Tuhan kepadanya setelah sukses. Ia menghargai dirinya sendiri secara berlebihan dan kemudian gagal untuk mengenal batasan yang telah ditetapkan Tuhan baginya. Ia lupa kepada apa yang menjadi garis tugasnya dan menjadi angkuh. Korah merencanakan makar, "mengajak orang-orang untuk memberontak melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang Israel, pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan." (Bilangan 16:1-2). Mengapa ia memberontak? Karena ia merasa dirinya hebat diatas orang lain dan haus akan jabatan. Mereka merasa iri kepada Musa. Lantas Musa pun menegur mereka: "Belum cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani mereka, dan bahwa engkau diperbolehkan mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan sekarang mau pula kamu menuntut pangkat imam lagi?" (ay 9-10). Kesombongan Korah dan pengikut-pengikutnya membuat mereka lupa bahwa sesungguhnya yang mereka lawan bukanlah Musa dan Harun saja melainkan Tuhan yang telah menggariskan langsung seperti apa mereka harus berjalan.
Musa lalu mengajak bangsa Israel untuk melihat siapa yang benar. "Sesudah itu berkatalah Musa: "Dari hal inilah kamu akan tahu, bahwa aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri: jika orang-orang ini nanti mati seperti matinya setiap manusia, dan mereka mengalami yang dialami setiap manusia, maka aku tidak diutus TUHAN. Tetapi, jika TUHAN akan menjadikan sesuatu yang belum pernah terjadi, dan tanah mengangakan mulutnya dan menelan mereka beserta segala kepunyaan mereka, sehingga mereka hidup-hidup turun ke dunia orang mati, maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang ini telah menista TUHAN." (ay 28-30). Dan yang terjadi selanjutnya sangat fatal. Murka Tuhan turun atas mereka dan kebinasaan pun menimpa mereka. "Baru saja ia selesai mengucapkan segala perkataan itu, maka terbelahlah tanah yang di bawah mereka, dan bumi membuka mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka. Demikianlah mereka dengan semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu." (ay 31-33). Hal ini kemudian disinggung kembali pada bagian lain. "tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan." (Bilangan 26:10). Korah dan orang-orangnya akhirnya binasa, turun hidup-hidup ke dunia orang mati. Hukuman Tuhan jatuh atas orang-orang sombong yang melupakan hakekat dirinya lalu berani melawan Tuhan. Dan ayat ini berkata dengan tegas agar hendaknya kita menjadikannya peringatan, jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama dalam hidup kita.
Merasa percaya diri itu baik. Mengetahui potensi dan kemampuan pun tentu baik. Menghargai diri sendiri itu baik. Tapi jika itu kita nikmati secara berlebihan, kita bisa terjatuh kepada berbagai dosa yang akan membuat apa yang telah susah payah kita bangun menjadi hancur berantakan dalam sekejap mata. Ketika kita sudah berhasil, bersyukurlah kepada Tuhan yang telah memberikan itu semua. Dan jangan berhenti disitu, tapi pertahankanlah kesuksesan itu dan jauhilah segala hal yang bisa menjatuhkan kita. Jangan ikuti contoh buruk dari Korah. Ingatlah bahwa Di luar Tuhan kita bukanlah apa-apa (Yohanes 15:5). Jangan lupa diri sehingga merasa bahwa kitalah yang terhebat kemudian melupakan dan merebut kemuliaan yang menjadi hak Tuhan. Ketika kita menjadi sukses, jagalah prestasi itu dengan baik, teruslah bersikap rendah hati, berkati orang lain lebih lagi dan teruslah muliakan Tuhan. Tetap jaga garis batas yang ditetapkan Tuhan bagi kita, dan waspadalah terhadap dosa kesombongan. Ada banyak jebakan yang siap memerangkap kita dibalik setiap kesuksesan, oleh karenanya kita harus tetap waspada agar apa yang telah kita bangun tidak musnah tetapi akan terus mengarah kepada keberhasilan demi keberhasilan lainnya yang akan mengikuti setiap langkah kita kedepannya.
Jagalah keberhasilan agar tidak malah menghancurkan kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar