Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juni 2012 -
Baca: Mazmur 39:1-14
"Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan!" Mazmur 39:6
Sebagai raja israel hidup Daud penuh kenyamanan: harta kekayaan yang melimpah dan memiliki pasukan tentara yang siap menjaga negerinya. Meski demikian Daud tidak pernah memegahkan diri. Dia sadar bahwa hidup di dunia ini tidak untuk selamanya, hanya sementara waktu. Segala sesuatu ada akhirnya. Daud berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Itulah sebabnya Daud berdoa, "Ya Tuhan, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!" (Mazmur 39:5). Bukan saja alam semesta dan segala isinya, umur manusia pun ada akhirnya.
Jika sadar bahwa umur kita ada batasnya, apa yang harus kita perbuat dengan waktu yang sangat singkat ini? Waktu adalah anugerah Tuhan, karena itu jangan pernah sia-siakan. Selagi kita masih bernafas berarti ada kesempatan bagi kita mengumpulkan harta di sorga dan berkarya bagi Tuhan. Bagi kita sebagai orang percaya, kematian bukan lagi menakutkan, dan kita yang ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi tidak perlu tenggelam dan duka yang berlarut-larut. Rasul Paulus menasihatkan, "...saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia." (1 Tesalonika 4:13-14).
Dengan demikian kita dapat tabah menghadapi kematian, karena semua orang tanpa terkecuali akan mengalaminya.
Bila selama hidup di dunia ini kita dengan setia mengerjakan tugas-tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita dan menjalani hidup selaras dengan firman Tuhan, maka kita pun dapat berkata seperti Rasul Paulus, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22a).
Related Posts :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar