Judul: Jangan diperbudak harta
Sebuah tafsiran mengatakan bahwa mazmur ini lahir dari pengalaman seorang benar yang dikejar-kejar dan hendak dibinasakan oleh orang-orang kaya yang sombong sehingga ia menjadi terancam maut dan ketakutan (6-7), tetapi ia mengalami pertolongan Tuhan (16). Pemazmur tidak menggubah mazmur ini sebagai mazmur syukur melainkan pengajaran/hikmat. Tujuannya adalah mengajarkan pembacanya agar jangan mengandalkan harta atau kuasa untuk keselamatan diri.
Pemazmur mulai dengan ajakan kepada semua orang untuk belajar hikmat melalui pengalaman hidupnya (2-5). Lalu ia meneruskannya dengan membicarakan betapa sia-sianya rasa takut terhadap orang-orang jahat (6-13). Mereka ini merasa percaya diri karena kekayaan dan kekuasaan mereka. Padahal kekayaan dan kesombongan tidak dapat menjamin hidup mereka dan tidak dapat melepaskan mereka dari hukuman Tuhan. Tuhan pasti membalaskan kejahatan mereka setimpal. Orang yang mengandalkan diri sendiri pasti akan hancur (14-15), sebaliknya orang yang mengandalkan Tuhan pasti selamat (16). Pemazmur juga menjelaskan bahwa kekayaan adalah sesuatu yang fana (17-21). Harta tidak dapat membeli kehidupan, dan saat mati, harta harus ditinggal. Orang yang hidupnya mengandalkan harta, menurut pemazmur adalah orang yang tidak berpengertian. Ia tidak lebih dari seekor binatang yang akan dibinasakan (21).
Realitasnya, kita sering "diperbudak" oleh harta. Kita menganggap orang kaya lebih tinggi daripada orang miskin, lebih berkuasa untuk mengatur orang lain dengan uangnya. Kita merasa tak berdaya, takut dan malah berjuang untuk menjadi orang kaya. Tenaga dan pikiran kita korbankan untuk hal yang sia-sia. AndalkanTuhan, dan bekerja kumpulkan harta bukan untuk jaminan masa depan melainkan untuk dipersembahkan kepada Tuhan bagi pelayanan kepada sesama.
Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/02/12/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar