Seperti yang Kau minta
Menjelang kelahiran adik-adik saya, saya masih ingat bagaimana papa dan mama menyiapkan banyak hal yang perlu, yang nanti dibutuhkan saat kelahiran tiba. Ada lusinan popok, bedak, baju dan celana, dot dan ah..selebihnya tidak saya ingat lagi. Perlakuan yang sama tentu saya alami juga menjelang kelahiran saya…. Jauh sebelum saya memahami, menginginkan dan meminta, papa dan mama tahu apa yang paling saya butuhkan. Saat itu tentu tidak pernah saya bayangkan bagaimana papa -dalam kesibukannya - mencari dan mengusahakan semua kebutuhan tadi…Tentu ketika lahir hingga masa balita, kita tidak bisa protes kenapa papa/ibu kita membelikan popok X dan bukan popok Y, kenapa bedak Herocin dan bukan bedak lain.. Juga betapa repotnya ibu kita bangun tengah malam membereskan tempat tidur yang basah karena pipis kita, mengeringkan lalu mengganti dengan popok yang baru agar kita kembali tidur nyaman…
Setelah kita mulai mengerti dan mengenali kebutuhan kita, kita menyatakannya. Secara langsung kita memintanya ketika kita tidak bisa memenuhi sendiri kebutuhan itu. Kalau pun tidak mengatakannya, minimal tubuh, gerak-gerik, sikap dan perilaku selalu mengatakannya. Dan kita ingin agar orang lain, terutama orang-orang dekat kita, memahaminya.
Uang jajan, tas kulit, sepatu Cats atau kaos Bruce Lee, boneka Barbie, sepatu Harry Potter, kuliah di Binus atau UPH, komputer baru, izin apel di rumah pacar, pinjam motor papa (untuk trek-trekkan - kalau yang ini mah gak dibilangin…), sebidang tanah sebagai warisan dan masih banyak lagi mungkin bisa masuk dalam daftar-daftar permintaan yang pernah kita buat hingga sekarang ini.
Hidup kita bagaikan sebuah daftar panjang permintaan. Seburuk dan sebaik apa pun permintaan itu, ada sebuah garis merah yang menyatukannya…kita ingin bahagia.We choose to be happy. Kebahagian adalah dasar dan tujuan dari semua permintaan yang kita buat. betapapun tidak pernah secara langsung kita sadari atau kita pahami betul. Hal yang membuat kita semua sama ialah ini: meminta sesuai yang kita kehendaki, menginginkan kebahagiaan sesuai yang kita pahami. Dalam doa juga kita meminta..
Lalu apakah meminta itu salah? Bukankah kepada orang sakit Yesus menanyakan apa yang mereka minta? Orang yang buta meminta agar ia melek, yang kusta memohon supaya menjadi tahir; ibu Yakobus dan Andreas meminta agar Yesus memberi kursi kerajaan kepada kedua anaknya itu…
Membaca apa yang ditulis rasul Yohanes meyakinkan kita bahwa meminta tidak pernah salah. Masalahnya lebih pada pada apa yang kita minta. Ia menulis sbb.:
Allah mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.(I Yoh.5:14-15)
Apakah itu berarti jika kita meminta seturut kehendak dan kebutuhan kita, doa kita tidak dikabulkan? Lalu kenapa orang buta dan orang tuli disembuhkan Tuhan Yesus? Kenapa permohonan saya untuk lulus tes pegawai negeri dikabulkan?
Bukan…bukan itu maksudnya. Bahkan, jauh melebih orang tua kita, Tuhan mengetahui apa yang kita butuhkan. Yesus sendiri pernah bilang, betapa pun jahatnya seseorang, ia tidak pernah memberikan kalajengking ketika anaknya minta ikan, atau ular ketika anaknya minta roti. Jika yang jahat saja tahu memberi yang baik bagi anak-anaknya, apalagi Allah di surga.
Maksud Yohanes jelas..Doa tidak pernah seperti shoping di toko. Kita dapat barang yang kita mau setelah ditukar dengan duit kita. Berdoa tidak identik dengan ATM yang setiap kali dimasukkan ke mesinnya akan segera mengeluarkan duit yang kita butuhkan…Berdoa selalu merupakan hubungan dan perjumpaan dengan seorang pribadi. Perjumpaan itu didorong oleh rasa percaya bahwa kita sungguh dijamin dan dicintai. Maka dalam berdoa kita mesti berpasrah…Pasrah tidak sama dengan menyerah tapi ungkapan paling tinggi dari iman: Tuhan..saya percaya kamulah yang paling tahu apa yang saya butuhkan dan paling tahu apa yang terbaik bagi saya…Kepasrahan adalah keberanian untuk memberi diri dicintai…
Apa yang ditulis Yohanes sungguh penting. Makin hari kita mesti bertumbuh menjadi orang beriman yang otentik, yang terus menyerupai Yesus. Kita perlu meminta, tapi jangan berhenti meminta hanya apa yang kita butuhkan. Kita harus lebih dari itu, mesti go to the extra mile..meminta seperti yang Dikehendaki Tuhan. Apakah itu?
Semuanya ada dalam doa yang diwariskan Kristus pada kita.
Dimuliakanlah nama-Mu….Tuhan kalau boleh hari ini aku minta untuk sanggup memuliakan engkau dengan sungguh setia menyelesaikan tugas kantorkan.
Datanglah kerajaan-Mu…..Bapa… kalau kemarin saya mendamprat bawahan saya karena tidak serius bekerja, biarlah pagi ini saya tetap menyambutnya dengan senyum.
Biar surgamu dia rasakan juga sekarang ini, ketika aku tetap mendukungya…
Yesus adalah jaminan kita. Dia yang pertama merasakan betul betapa susahnya meminta sesuai kehendak Bapa…Dia pingin lari dari Zaitun dan minta supaya dijauhkan dari salib, tapi Dia memilih meminta melaksanakan kehendak Bapa…setia mencintai sampai akhir..Di sinilah kekristenan kita mencapai wujudnya yang paling otentik. Setiap hari itulah yang saya mohonkan, supaya setia…Saya mendoakannya juga bagi anda. Dan mudah-mudahan kita berhenti bahkan tidak pernah lagi berdoa Bapa Kami tiga sampai empat kali untuk mengobati sakit perut atau menghilangkan sakit kepala. Ada promag atau Antangin untuk itu. Doa Bapa Kami terlampau tidak pantas untuk itu.
Saling mendoakan
Ronald,s.x.
Menjelang kelahiran adik-adik saya, saya masih ingat bagaimana papa dan mama menyiapkan banyak hal yang perlu, yang nanti dibutuhkan saat kelahiran tiba. Ada lusinan popok, bedak, baju dan celana, dot dan ah..selebihnya tidak saya ingat lagi. Perlakuan yang sama tentu saya alami juga menjelang kelahiran saya…. Jauh sebelum saya memahami, menginginkan dan meminta, papa dan mama tahu apa yang paling saya butuhkan. Saat itu tentu tidak pernah saya bayangkan bagaimana papa -dalam kesibukannya - mencari dan mengusahakan semua kebutuhan tadi…Tentu ketika lahir hingga masa balita, kita tidak bisa protes kenapa papa/ibu kita membelikan popok X dan bukan popok Y, kenapa bedak Herocin dan bukan bedak lain.. Juga betapa repotnya ibu kita bangun tengah malam membereskan tempat tidur yang basah karena pipis kita, mengeringkan lalu mengganti dengan popok yang baru agar kita kembali tidur nyaman…
Setelah kita mulai mengerti dan mengenali kebutuhan kita, kita menyatakannya. Secara langsung kita memintanya ketika kita tidak bisa memenuhi sendiri kebutuhan itu. Kalau pun tidak mengatakannya, minimal tubuh, gerak-gerik, sikap dan perilaku selalu mengatakannya. Dan kita ingin agar orang lain, terutama orang-orang dekat kita, memahaminya.
Uang jajan, tas kulit, sepatu Cats atau kaos Bruce Lee, boneka Barbie, sepatu Harry Potter, kuliah di Binus atau UPH, komputer baru, izin apel di rumah pacar, pinjam motor papa (untuk trek-trekkan - kalau yang ini mah gak dibilangin…), sebidang tanah sebagai warisan dan masih banyak lagi mungkin bisa masuk dalam daftar-daftar permintaan yang pernah kita buat hingga sekarang ini.
Hidup kita bagaikan sebuah daftar panjang permintaan. Seburuk dan sebaik apa pun permintaan itu, ada sebuah garis merah yang menyatukannya…kita ingin bahagia.We choose to be happy. Kebahagian adalah dasar dan tujuan dari semua permintaan yang kita buat. betapapun tidak pernah secara langsung kita sadari atau kita pahami betul. Hal yang membuat kita semua sama ialah ini: meminta sesuai yang kita kehendaki, menginginkan kebahagiaan sesuai yang kita pahami. Dalam doa juga kita meminta..
Lalu apakah meminta itu salah? Bukankah kepada orang sakit Yesus menanyakan apa yang mereka minta? Orang yang buta meminta agar ia melek, yang kusta memohon supaya menjadi tahir; ibu Yakobus dan Andreas meminta agar Yesus memberi kursi kerajaan kepada kedua anaknya itu…
Membaca apa yang ditulis rasul Yohanes meyakinkan kita bahwa meminta tidak pernah salah. Masalahnya lebih pada pada apa yang kita minta. Ia menulis sbb.:
Allah mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.(I Yoh.5:14-15)
Apakah itu berarti jika kita meminta seturut kehendak dan kebutuhan kita, doa kita tidak dikabulkan? Lalu kenapa orang buta dan orang tuli disembuhkan Tuhan Yesus? Kenapa permohonan saya untuk lulus tes pegawai negeri dikabulkan?
Bukan…bukan itu maksudnya. Bahkan, jauh melebih orang tua kita, Tuhan mengetahui apa yang kita butuhkan. Yesus sendiri pernah bilang, betapa pun jahatnya seseorang, ia tidak pernah memberikan kalajengking ketika anaknya minta ikan, atau ular ketika anaknya minta roti. Jika yang jahat saja tahu memberi yang baik bagi anak-anaknya, apalagi Allah di surga.
Maksud Yohanes jelas..Doa tidak pernah seperti shoping di toko. Kita dapat barang yang kita mau setelah ditukar dengan duit kita. Berdoa tidak identik dengan ATM yang setiap kali dimasukkan ke mesinnya akan segera mengeluarkan duit yang kita butuhkan…Berdoa selalu merupakan hubungan dan perjumpaan dengan seorang pribadi. Perjumpaan itu didorong oleh rasa percaya bahwa kita sungguh dijamin dan dicintai. Maka dalam berdoa kita mesti berpasrah…Pasrah tidak sama dengan menyerah tapi ungkapan paling tinggi dari iman: Tuhan..saya percaya kamulah yang paling tahu apa yang saya butuhkan dan paling tahu apa yang terbaik bagi saya…Kepasrahan adalah keberanian untuk memberi diri dicintai…
Apa yang ditulis Yohanes sungguh penting. Makin hari kita mesti bertumbuh menjadi orang beriman yang otentik, yang terus menyerupai Yesus. Kita perlu meminta, tapi jangan berhenti meminta hanya apa yang kita butuhkan. Kita harus lebih dari itu, mesti go to the extra mile..meminta seperti yang Dikehendaki Tuhan. Apakah itu?
Semuanya ada dalam doa yang diwariskan Kristus pada kita.
Dimuliakanlah nama-Mu….Tuhan kalau boleh hari ini aku minta untuk sanggup memuliakan engkau dengan sungguh setia menyelesaikan tugas kantorkan.
Datanglah kerajaan-Mu…..Bapa… kalau kemarin saya mendamprat bawahan saya karena tidak serius bekerja, biarlah pagi ini saya tetap menyambutnya dengan senyum.
Biar surgamu dia rasakan juga sekarang ini, ketika aku tetap mendukungya…
Yesus adalah jaminan kita. Dia yang pertama merasakan betul betapa susahnya meminta sesuai kehendak Bapa…Dia pingin lari dari Zaitun dan minta supaya dijauhkan dari salib, tapi Dia memilih meminta melaksanakan kehendak Bapa…setia mencintai sampai akhir..Di sinilah kekristenan kita mencapai wujudnya yang paling otentik. Setiap hari itulah yang saya mohonkan, supaya setia…Saya mendoakannya juga bagi anda. Dan mudah-mudahan kita berhenti bahkan tidak pernah lagi berdoa Bapa Kami tiga sampai empat kali untuk mengobati sakit perut atau menghilangkan sakit kepala. Ada promag atau Antangin untuk itu. Doa Bapa Kami terlampau tidak pantas untuk itu.
Saling mendoakan
Ronald,s.x.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar