Ayat bacaan: Kol 4:1
==============
"Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga"
Kisah penyiksaan TKI, pemukulan, perkosaan dan lain2, itu sudah terlalu sering kita dengar. Seorang penting yang melakukan korupsi milyaran, itu akan sangat rumit penyelesaiannya, bahkan sering berujung pada ketidakpastian, ketimbang seorang rakyat jelata maling ayam. Itu pun soal biasa. Lihatlah, begitu mudahnya sebuah penghakiman ketika menyentuh orang yang letaknya dibawah otoritas seseorang/sekelompok ataupun sebuah lembaga, dan begitu sulitnya jika itu harus menyentuh sesuatu yang berada diatasnya. Ada beberapa keluarga yang melarang pembantunya untuk duduk semeja dengan mereka, harus memakai piring/gelas bahkan sabun cuci piring yang berbeda, menu yang berbeda dan sebagainya.
Orang yang telah mencapai sukses dan memiliki banyak bawahan seringkali lupa bahwa mereka juga bukanlah sebuah kekuatan absolut superior tanpa batas. Diatas langit masih ada langit, dan diatas segalanya ada Tuhan. Setinggi apapun status atau jabatan seseorang di dunia ini, itu tidak akan melebihi Tuhan. Bayangkan, jika Tuhan berlaku sama seperti itu kepada kita. Pertolongan hanyalah pertolongan kelas tiga, mendengarkan doa kita acuh tak acuh, membedakan atau mengelompokkan manusia dalam kelas2 yang berbeda dan menjatah berkat dan anugrahnya. Betapa menyedihkan apabila Tuhan berlaku seperti itu.
Teman, jika anda merasakan kasih Bapa begitu indah dalam hidup anda, sebagai anak yang se rupa denganNya, tentu anda pun harus berlaku seperti itu kepada saudara2 yang berada dibawah otoritas anda. Sebuah keadilan dan kejujuran pada bawahan tidak pernah merusak reputasi anda, mengurangi kewibawaan anda, justru anda akan lebih dihargai dan dihormati karena anda menunjukkan terang Tuhan dalam posisi anda sebagai atasan. Sebagaimana kita ingin Tuhan berkarya dalam hidup anda, seperti itu pula kita seharusnya bertindak pada para bawahan. Dalam hirarki pekerjaan dan struktur organisasi mereka boleh saja ada dibawah anda, tapi di mata Tuhan mereka sama. Tuhan rindu memakai anak2Nya dari dunia manapun, dalam berbagai profesi, termasuk para pebisnis, usahawan dan para pemimpin. Biarlah anda menjadi saksi Yesus, menjadi terang dan garam dalam lingkungan anda.
Kasihi mereka yang berada dibawah otoritas anda, seperti Tuhan selalu mengasihi dan setia pada kita hamba2Nya.
Kamis, 31 Januari 2008
Atasan dan Bawahan
Ayat bacaan: Kol 4:1
==============
"Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga"
Kisah penyiksaan TKI, pemukulan, perkosaan dan lain2, itu sudah terlalu sering kita dengar. Seorang penting yang melakukan korupsi milyaran, itu akan sangat rumit penyelesaiannya, bahkan sering berujung pada ketidakpastian, ketimbang seorang rakyat jelata maling ayam. Itu pun soal biasa. Lihatlah, begitu mudahnya sebuah penghakiman ketika menyentuh orang yang letaknya dibawah otoritas seseorang/sekelompok ataupun sebuah lembaga, dan begitu sulitnya jika itu harus menyentuh sesuatu yang berada diatasnya. Ada beberapa keluarga yang melarang pembantunya untuk duduk semeja dengan mereka, harus memakai piring/gelas bahkan sabun cuci piring yang berbeda, menu yang berbeda dan sebagainya.
Orang yang telah mencapai sukses dan memiliki banyak bawahan seringkali lupa bahwa mereka juga bukanlah sebuah kekuatan absolut superior tanpa batas. Diatas langit masih ada langit, dan diatas segalanya ada Tuhan. Setinggi apapun status atau jabatan seseorang di dunia ini, itu tidak akan melebihi Tuhan. Bayangkan, jika Tuhan berlaku sama seperti itu kepada kita. Pertolongan hanyalah pertolongan kelas tiga, mendengarkan doa kita acuh tak acuh, membedakan atau mengelompokkan manusia dalam kelas2 yang berbeda dan menjatah berkat dan anugrahnya. Betapa menyedihkan apabila Tuhan berlaku seperti itu.
Teman, jika anda merasakan kasih Bapa begitu indah dalam hidup anda, sebagai anak yang se rupa denganNya, tentu anda pun harus berlaku seperti itu kepada saudara2 yang berada dibawah otoritas anda. Sebuah keadilan dan kejujuran pada bawahan tidak pernah merusak reputasi anda, mengurangi kewibawaan anda, justru anda akan lebih dihargai dan dihormati karena anda menunjukkan terang Tuhan dalam posisi anda sebagai atasan. Sebagaimana kita ingin Tuhan berkarya dalam hidup anda, seperti itu pula kita seharusnya bertindak pada para bawahan. Dalam hirarki pekerjaan dan struktur organisasi mereka boleh saja ada dibawah anda, tapi di mata Tuhan mereka sama. Tuhan rindu memakai anak2Nya dari dunia manapun, dalam berbagai profesi, termasuk para pebisnis, usahawan dan para pemimpin. Biarlah anda menjadi saksi Yesus, menjadi terang dan garam dalam lingkungan anda.
Kasihi mereka yang berada dibawah otoritas anda, seperti Tuhan selalu mengasihi dan setia pada kita hamba2Nya.
==============
"Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga"
Kisah penyiksaan TKI, pemukulan, perkosaan dan lain2, itu sudah terlalu sering kita dengar. Seorang penting yang melakukan korupsi milyaran, itu akan sangat rumit penyelesaiannya, bahkan sering berujung pada ketidakpastian, ketimbang seorang rakyat jelata maling ayam. Itu pun soal biasa. Lihatlah, begitu mudahnya sebuah penghakiman ketika menyentuh orang yang letaknya dibawah otoritas seseorang/sekelompok ataupun sebuah lembaga, dan begitu sulitnya jika itu harus menyentuh sesuatu yang berada diatasnya. Ada beberapa keluarga yang melarang pembantunya untuk duduk semeja dengan mereka, harus memakai piring/gelas bahkan sabun cuci piring yang berbeda, menu yang berbeda dan sebagainya.
Orang yang telah mencapai sukses dan memiliki banyak bawahan seringkali lupa bahwa mereka juga bukanlah sebuah kekuatan absolut superior tanpa batas. Diatas langit masih ada langit, dan diatas segalanya ada Tuhan. Setinggi apapun status atau jabatan seseorang di dunia ini, itu tidak akan melebihi Tuhan. Bayangkan, jika Tuhan berlaku sama seperti itu kepada kita. Pertolongan hanyalah pertolongan kelas tiga, mendengarkan doa kita acuh tak acuh, membedakan atau mengelompokkan manusia dalam kelas2 yang berbeda dan menjatah berkat dan anugrahnya. Betapa menyedihkan apabila Tuhan berlaku seperti itu.
Teman, jika anda merasakan kasih Bapa begitu indah dalam hidup anda, sebagai anak yang se rupa denganNya, tentu anda pun harus berlaku seperti itu kepada saudara2 yang berada dibawah otoritas anda. Sebuah keadilan dan kejujuran pada bawahan tidak pernah merusak reputasi anda, mengurangi kewibawaan anda, justru anda akan lebih dihargai dan dihormati karena anda menunjukkan terang Tuhan dalam posisi anda sebagai atasan. Sebagaimana kita ingin Tuhan berkarya dalam hidup anda, seperti itu pula kita seharusnya bertindak pada para bawahan. Dalam hirarki pekerjaan dan struktur organisasi mereka boleh saja ada dibawah anda, tapi di mata Tuhan mereka sama. Tuhan rindu memakai anak2Nya dari dunia manapun, dalam berbagai profesi, termasuk para pebisnis, usahawan dan para pemimpin. Biarlah anda menjadi saksi Yesus, menjadi terang dan garam dalam lingkungan anda.
Kasihi mereka yang berada dibawah otoritas anda, seperti Tuhan selalu mengasihi dan setia pada kita hamba2Nya.
Pendeta naik haji
Seorang haji bertetangga baik dengan seorang pendeta, rumah mereka berada disebuah lembah dan pada musim penghujan sering kebanjiran. Suatu ketika, hujannya cukup deras, sehingga air cukup tinggi. Karena Pak Haji badannya tinggi besar, dalam perjalanan menuju tempat pengungsian, ia menggendong Pak Pendeta agar tidak tenggelam.
"Apakah Pak Haji pernah mendengar seorang pendeta naik haji?" tanga Pak Pendeta.
"Ah, yang benar saja Pak Pendeta, mana ada?" jawab Pak Haji.
"Lah, yang saya lakukan ini, apa?" kata Pak Pendeta lagi.
"Wah, kalau berita tentang seorang haji membaptis pendeta, apakah Pak Pendeta sudah pernah melihat?" balas Pak Haji
"Ah, yang benar saja, Pak Haji!"
"Pak Pendeta tidak percaya? coba lihat ini!" jawab Pak Haji seraya melepaskan gendongannya.
^-^ ^o^ ^v^
Sudahkah Anda tersenyum hari ini ^^
"Apakah Pak Haji pernah mendengar seorang pendeta naik haji?" tanga Pak Pendeta.
"Ah, yang benar saja Pak Pendeta, mana ada?" jawab Pak Haji.
"Lah, yang saya lakukan ini, apa?" kata Pak Pendeta lagi.
"Wah, kalau berita tentang seorang haji membaptis pendeta, apakah Pak Pendeta sudah pernah melihat?" balas Pak Haji
"Ah, yang benar saja, Pak Haji!"
"Pak Pendeta tidak percaya? coba lihat ini!" jawab Pak Haji seraya melepaskan gendongannya.
^-^ ^o^ ^v^
Sudahkah Anda tersenyum hari ini ^^
Rabu, 30 Januari 2008
Koneksi Internet Mati
Dear RHO Readers...
Sorry banget ya kalo 2 hari ini renungannya gak ada, dikarenakan koneksi internet yang mati akibat tersamber petir. Belakangan ini memang di kota kami sedang hujan badai. Tapi yang jelas kami akan selalu berusaha meng-update blog renungan harian online ini agar selalu bisa memberkati pembacanya setiap hari. God Bless You.
Sorry banget ya kalo 2 hari ini renungannya gak ada, dikarenakan koneksi internet yang mati akibat tersamber petir. Belakangan ini memang di kota kami sedang hujan badai. Tapi yang jelas kami akan selalu berusaha meng-update blog renungan harian online ini agar selalu bisa memberkati pembacanya setiap hari. God Bless You.
Label:
pengumuman
Koneksi Internet Mati
Dear RHO Readers...
Sorry banget ya kalo 2 hari ini renungannya gak ada, dikarenakan koneksi internet yang mati akibat tersamber petir. Belakangan ini memang di kota kami sedang hujan badai. Tapi yang jelas kami akan selalu berusaha meng-update blog renungan harian online ini agar selalu bisa memberkati pembacanya setiap hari. God Bless You.
Sorry banget ya kalo 2 hari ini renungannya gak ada, dikarenakan koneksi internet yang mati akibat tersamber petir. Belakangan ini memang di kota kami sedang hujan badai. Tapi yang jelas kami akan selalu berusaha meng-update blog renungan harian online ini agar selalu bisa memberkati pembacanya setiap hari. God Bless You.
Label:
pengumuman
Takut Akan Tuhan
Ayat bacaan: Pengkotbah 12:13-14
==========================
Ada banyak orang yang takut akan banyak hal didunia ini. Misalnya takut akan ketinggian, takut akan ruang sempit, takut keramaian, takut akan serangga, atau takut akan kegelapan. Sebagian orang butuh terapi menahun untuk dapat melepaskan diri dari rasa takutnya. Ada pula yang begitu takut kepada ayahnya, sehingga melihat ayahnya pun mereka sudah berkeringat dingin, gemetaran. Saya pernah mendengar, ada ibu yang begitu tegas dan kaku dalam mendidik anak, sehingga setiap kali anaknya mengerjakan tugas dari sekolah, ia gemetaran, bahkan akhirnya berteriak histeris ketika ibunya duduk didepannya. Kita tentu ingat, Salomo menasihatkan agar kita semua takut akan Tuhan. Seperti itu kah takut akan Tuhan?
Ada banyak orang Kristen bereaksi negatif terhadap kata takut akan Tuhan ini.Menurut mereka, Tuhan itu penuh kasih, baik dan lembut. Dan itu tentu benar. Ada juga yang mengatakan, sebagai murid Yesus, dosa yang mengikat mereka telah dipatahkan. Itu sangat benar. Kalau begitu, apakah nasihat Salomo ini tidak berlaku buat orang2 percaya,dan hanya untuk mereka yang belum diselamatkan? atau lebih lagi, apakah Salomo hanya menasihati untuk orang2 di Perjanjian Lama?
Takut akan Tuhan, selain pada nasihat Salomo, juga terdapat berulang kali di Perjanjian Baru. Artinya kalimat ini berlaku buat kita semua. Takut akan Tuhan bukanlah seperti bentuk ketakutan duniawi. Takut akan Tuhan menjadi jelas maksudnya ketika kita mengerti siapa Tuhan itu. Takut akan Tuhan menjelaskan tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan adalah bentuk rasa takut yang sehat. Artinya kita patuh pada perintahNya, menghormati Dia, berpegang padaNya, mengenal Dia sebagai Tuhan yang absolut, dan memuliakanNya. Rasa takut akan Tuhan membawa kita lebih dekat padaNya, bukan menjauhkan. Takut akan Tuhan menunjukkan kita tahu siapa Tuhan sebenarnya, dan menggambarkan hubungan serasi antara Sang Pencipta dan yang diciptakanNya. Kita menanggapi dengan sungguh2, dan punya hasrat untuk menyenangkanNya dengan apapun yang kita punyai, lakukan atau katakan, mendasarkan segalanya pada Tuhan kapanpun dan dimanapun.
==========================
Ada banyak orang yang takut akan banyak hal didunia ini. Misalnya takut akan ketinggian, takut akan ruang sempit, takut keramaian, takut akan serangga, atau takut akan kegelapan. Sebagian orang butuh terapi menahun untuk dapat melepaskan diri dari rasa takutnya. Ada pula yang begitu takut kepada ayahnya, sehingga melihat ayahnya pun mereka sudah berkeringat dingin, gemetaran. Saya pernah mendengar, ada ibu yang begitu tegas dan kaku dalam mendidik anak, sehingga setiap kali anaknya mengerjakan tugas dari sekolah, ia gemetaran, bahkan akhirnya berteriak histeris ketika ibunya duduk didepannya. Kita tentu ingat, Salomo menasihatkan agar kita semua takut akan Tuhan. Seperti itu kah takut akan Tuhan?
Ada banyak orang Kristen bereaksi negatif terhadap kata takut akan Tuhan ini.Menurut mereka, Tuhan itu penuh kasih, baik dan lembut. Dan itu tentu benar. Ada juga yang mengatakan, sebagai murid Yesus, dosa yang mengikat mereka telah dipatahkan. Itu sangat benar. Kalau begitu, apakah nasihat Salomo ini tidak berlaku buat orang2 percaya,dan hanya untuk mereka yang belum diselamatkan? atau lebih lagi, apakah Salomo hanya menasihati untuk orang2 di Perjanjian Lama?
Takut akan Tuhan, selain pada nasihat Salomo, juga terdapat berulang kali di Perjanjian Baru. Artinya kalimat ini berlaku buat kita semua. Takut akan Tuhan bukanlah seperti bentuk ketakutan duniawi. Takut akan Tuhan menjadi jelas maksudnya ketika kita mengerti siapa Tuhan itu. Takut akan Tuhan menjelaskan tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan adalah bentuk rasa takut yang sehat. Artinya kita patuh pada perintahNya, menghormati Dia, berpegang padaNya, mengenal Dia sebagai Tuhan yang absolut, dan memuliakanNya. Rasa takut akan Tuhan membawa kita lebih dekat padaNya, bukan menjauhkan. Takut akan Tuhan menunjukkan kita tahu siapa Tuhan sebenarnya, dan menggambarkan hubungan serasi antara Sang Pencipta dan yang diciptakanNya. Kita menanggapi dengan sungguh2, dan punya hasrat untuk menyenangkanNya dengan apapun yang kita punyai, lakukan atau katakan, mendasarkan segalanya pada Tuhan kapanpun dan dimanapun.
Tidak seperti ketakutan duniawi, takut akan Tuhan membuat kita lebih dekat dan lebih mengenal Sosok yang selama ini setia mengasihi kita.
Takut Akan Tuhan
Ayat bacaan: Pengkotbah 12:13-14
==========================
Ada banyak orang yang takut akan banyak hal didunia ini. Misalnya takut akan ketinggian, takut akan ruang sempit, takut keramaian, takut akan serangga, atau takut akan kegelapan. Sebagian orang butuh terapi menahun untuk dapat melepaskan diri dari rasa takutnya. Ada pula yang begitu takut kepada ayahnya, sehingga melihat ayahnya pun mereka sudah berkeringat dingin, gemetaran. Saya pernah mendengar, ada ibu yang begitu tegas dan kaku dalam mendidik anak, sehingga setiap kali anaknya mengerjakan tugas dari sekolah, ia gemetaran, bahkan akhirnya berteriak histeris ketika ibunya duduk didepannya. Kita tentu ingat, Salomo menasihatkan agar kita semua takut akan Tuhan. Seperti itu kah takut akan Tuhan?
Ada banyak orang Kristen bereaksi negatif terhadap kata takut akan Tuhan ini.Menurut mereka, Tuhan itu penuh kasih, baik dan lembut. Dan itu tentu benar. Ada juga yang mengatakan, sebagai murid Yesus, dosa yang mengikat mereka telah dipatahkan. Itu sangat benar. Kalau begitu, apakah nasihat Salomo ini tidak berlaku buat orang2 percaya,dan hanya untuk mereka yang belum diselamatkan? atau lebih lagi, apakah Salomo hanya menasihati untuk orang2 di Perjanjian Lama?
Takut akan Tuhan, selain pada nasihat Salomo, juga terdapat berulang kali di Perjanjian Baru. Artinya kalimat ini berlaku buat kita semua. Takut akan Tuhan bukanlah seperti bentuk ketakutan duniawi. Takut akan Tuhan menjadi jelas maksudnya ketika kita mengerti siapa Tuhan itu. Takut akan Tuhan menjelaskan tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan adalah bentuk rasa takut yang sehat. Artinya kita patuh pada perintahNya, menghormati Dia, berpegang padaNya, mengenal Dia sebagai Tuhan yang absolut, dan memuliakanNya. Rasa takut akan Tuhan membawa kita lebih dekat padaNya, bukan menjauhkan. Takut akan Tuhan menunjukkan kita tahu siapa Tuhan sebenarnya, dan menggambarkan hubungan serasi antara Sang Pencipta dan yang diciptakanNya. Kita menanggapi dengan sungguh2, dan punya hasrat untuk menyenangkanNya dengan apapun yang kita punyai, lakukan atau katakan, mendasarkan segalanya pada Tuhan kapanpun dan dimanapun.
==========================
Ada banyak orang yang takut akan banyak hal didunia ini. Misalnya takut akan ketinggian, takut akan ruang sempit, takut keramaian, takut akan serangga, atau takut akan kegelapan. Sebagian orang butuh terapi menahun untuk dapat melepaskan diri dari rasa takutnya. Ada pula yang begitu takut kepada ayahnya, sehingga melihat ayahnya pun mereka sudah berkeringat dingin, gemetaran. Saya pernah mendengar, ada ibu yang begitu tegas dan kaku dalam mendidik anak, sehingga setiap kali anaknya mengerjakan tugas dari sekolah, ia gemetaran, bahkan akhirnya berteriak histeris ketika ibunya duduk didepannya. Kita tentu ingat, Salomo menasihatkan agar kita semua takut akan Tuhan. Seperti itu kah takut akan Tuhan?
Ada banyak orang Kristen bereaksi negatif terhadap kata takut akan Tuhan ini.Menurut mereka, Tuhan itu penuh kasih, baik dan lembut. Dan itu tentu benar. Ada juga yang mengatakan, sebagai murid Yesus, dosa yang mengikat mereka telah dipatahkan. Itu sangat benar. Kalau begitu, apakah nasihat Salomo ini tidak berlaku buat orang2 percaya,dan hanya untuk mereka yang belum diselamatkan? atau lebih lagi, apakah Salomo hanya menasihati untuk orang2 di Perjanjian Lama?
Takut akan Tuhan, selain pada nasihat Salomo, juga terdapat berulang kali di Perjanjian Baru. Artinya kalimat ini berlaku buat kita semua. Takut akan Tuhan bukanlah seperti bentuk ketakutan duniawi. Takut akan Tuhan menjadi jelas maksudnya ketika kita mengerti siapa Tuhan itu. Takut akan Tuhan menjelaskan tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan adalah bentuk rasa takut yang sehat. Artinya kita patuh pada perintahNya, menghormati Dia, berpegang padaNya, mengenal Dia sebagai Tuhan yang absolut, dan memuliakanNya. Rasa takut akan Tuhan membawa kita lebih dekat padaNya, bukan menjauhkan. Takut akan Tuhan menunjukkan kita tahu siapa Tuhan sebenarnya, dan menggambarkan hubungan serasi antara Sang Pencipta dan yang diciptakanNya. Kita menanggapi dengan sungguh2, dan punya hasrat untuk menyenangkanNya dengan apapun yang kita punyai, lakukan atau katakan, mendasarkan segalanya pada Tuhan kapanpun dan dimanapun.
Tidak seperti ketakutan duniawi, takut akan Tuhan membuat kita lebih dekat dan lebih mengenal Sosok yang selama ini setia mengasihi kita.
Sekuat Embun Pagi Ini
Sekuat Embun Pagi Ini
Setiap pagi kita mesti bangun. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan pkl.05.00 orang mesti sudah berkemas-kemas berangkat kerja sebelum dihadang kemacetan. Dan kebanyakan kita melewati hampir setiap pagi dengan sepotong roti dan air segar di dalam mobil kita atau di dalam angkutan umum yang sudah penuh sesak. Sebab menyiapkan sarapan dengan tenang di rumah hampir mustahil. Segera sesudah itu kita akrab lagi dengan gedung-gedung tinggi, dihibur oleh billboard-bilboard raksasa yang lewat di depan kita kemudian tiba di kantor, naik lift dan akhirnya kembali berkutat dengan pekerjaan kita sampai payah dan letih.
Setiap hari kita hampir selalu begitu sampai kita mendapati diri tengah bertambah letih, bosan bahkan menjadi terus tua. Tak terasa dua puluh lima, tiga puluh, empat puluh tahun usia kita atau bahkan sebentar lagi anda harus pensiun dan sekarang masih terus menekuni pekerjaan yang sama, mungkin juga dengan gaji yang naiknya tidak pernah signifikan; kita masih berjumpa dengan rekan yang baru atau atasan yang baru; kita juga masih hidup sendiri, masih hidup dengan istri dan suami yang sama…Waktu berubah dan kita berubah di dalamnya.
Boleh saja seiring dengan bertambahnya waktu, gaji kita bertambah, jabatan kita naik dan reputasi kita melonjak. Akan tetapi, menyedihkan jika kita tidak pernah bertambah bahagia di dalamnya. Kita masih seperti yang dulu: orang yang terlalu sibuk dengan diri kita sendiri. Dan kita mendapati diri sebagai orang yang paling banyak kehilangan di antara begitu banyak pencapaian-pencapaian yang kita miliki. Masalahnya bukan sesederhana misalnya bahwa kita kehilangan kesempatan untuk pacaran dan membangun rumah tangga karena sibuk bekerja; bukan sekadar kita kehilangan kesempatan paling tidak sekali seminggu ke Gereja, tidak sesepele kita kehilangan waktu untuk hobi-hobi kita seperti main billiard, melukis atau yang lainnya…Masalahnya lebih pada terancam hilangnya kebahagiaan.
Dunia kerja beserta segala kompeksitas tuntutannya, mulai dari efisiensi, efektivitas, akuntabilitas hingga profesionalisme adalah salah satu tempat di mana kita bisa mewujudkan diri kita. Bahkan sudah terbukti, dengan kerja manusia telah menciptakan dan terus mengembangkan kebudayaannya. Pendek kata, dengan kerja manusia makin menjadi manusiawi, makin hidup sepenuhnya sebagai manusia, menjadi bahagia (to be happy)
Apa yang disebut tadi tidak mutlak terjadi. Kita harus sadar bahwa dalam kerja mau tidak mau kita bertemu dengan logika lainnya yakni to have, memiliki dan terus memiliki. Dalam masyarakat maju efisiensi kerja berbanding lurus dengan upah, tetapi sering berbanding terbalik dengan mutu pribadi kita. Ada orang yang senang dengan banyaknya pekerjaan dan juga jabatan yang bagus, tambah senang lagi karena banyaknya pujian, tapi tetap saja merasa hidup seperti kosong. Pada dasar hatinya yang terdalam seolah-olah ia tidak menemukan apa-apa, bagai orang yang berhari-hari menggali tapi tidak menemukan harta karun yang dicari. Orang-orang seperti ini biasanya mulai jarang senyum, kalaupun senyum toh terasa getir karena sebenarnya berpura-pura bahagia. Petunjuk lain, orang seperti ini selalu mencari-cari cara dan jalan supaya orang memperhatikan dan mencintainya seolah-olah keberartian terlalu bergantung pada semua pujian dan tepuk tangan orang. Lebih lanjut orang seperti ini kemudian akan sering tampil sempurna, selalu tidak tenang dan tidak puas; tidur tidak pulas karena masih membawa impian kesempurnaan yang harus segera diwujudkan esok hari.
Saya masih ingat mang Ucup, petugas sampah di RT 12 Cempaka Putih yang sudah belasan tahun menekuni pekerjaannya. Ketika saya terjaga pagi-pagi buta, bunyi sapu sudah terdengar mengibas-ngibas jalanan kota yang masih sepi. Sekali dua hari saya berjumpa dengannya. Wajah dan badannya kotor, tapi senyum selalu dia perlihatkan. Rasanya mang Ucup jauh lebih bahagia dari ratu pop Marilyn Monroe yang mati bunuh diri di tahun 1962 atau mungkin jauh lebih bahagia dari almarhum Soeharto yang dalam segala kemegahannya tetap mati kesepian di salah satu kamar RSPP.
Pagi ini saya memerhatikan dari dekat sebutir embun pagi yang melekat di helai bunga taman rumah kami, lama sebelum akhirnya jatuh ke tanah dan menghilang. Embun tadi seperti merelakan semua yang dia miliki untuk jatuh ke tanah, bertemu dengan permukaan yang keras dan berdebu sebelum membasahinya.
Sang embun mengingatkan saya akan Yesus tersalib, yang memberi diri sehabis-habisnya. Yesus dan kematiannya di salib adalah embun surgawi yang jatuh memberi kesegaran dan kesuburan bagi dunia di mana selanjutnya kita manusia tumbuh. Embun yang sama sepertinya mengajarkan anda dan saya suatu kearifan untuk hidup bukan dengan logika memiliki tapi dengan mengabdi dan memberi. Kita ingat kata-kata Yesus ini “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? (Mat.16:26).
Kita boleh saja memiliki dan mencapai banyak hal berkat pekerjaan dan kerja keras kita, tapi jika kita tidak sungguh mengabdi dan mencintai sesama melalui pekerjaan itu kita sebenarnya lebih sebagai orang yang sukses daripada orang yang bahagia. Jika anda tidak pernah atau tidak lagi membuka kaca jendela mobil anda, lalu tersenyum dengan satpam serta rekan-rekan kantor itu pratanda anda orang yang tengah mencari kebahagiaan. Jika anda seorang atasan dan tidak pernah mau makan di warteg bersama bawahan atau karyawan anda, itu pratanda bahwa memang anda orang yang paling sibuk di dunia dan tengah berusaha memiliki seluruh dunia ini.
Semoga anda tiap hari dalam hidup, dalam pekerjaan tetap mengasihi meski sedikit dan sebentar tapi sekuat dan sepenuh hati seperti embun pagi hari yang kecil dan hampir tak berarti.
Saling mendoakan
Ronald,s.x.
Setiap pagi kita mesti bangun. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan pkl.05.00 orang mesti sudah berkemas-kemas berangkat kerja sebelum dihadang kemacetan. Dan kebanyakan kita melewati hampir setiap pagi dengan sepotong roti dan air segar di dalam mobil kita atau di dalam angkutan umum yang sudah penuh sesak. Sebab menyiapkan sarapan dengan tenang di rumah hampir mustahil. Segera sesudah itu kita akrab lagi dengan gedung-gedung tinggi, dihibur oleh billboard-bilboard raksasa yang lewat di depan kita kemudian tiba di kantor, naik lift dan akhirnya kembali berkutat dengan pekerjaan kita sampai payah dan letih.
Setiap hari kita hampir selalu begitu sampai kita mendapati diri tengah bertambah letih, bosan bahkan menjadi terus tua. Tak terasa dua puluh lima, tiga puluh, empat puluh tahun usia kita atau bahkan sebentar lagi anda harus pensiun dan sekarang masih terus menekuni pekerjaan yang sama, mungkin juga dengan gaji yang naiknya tidak pernah signifikan; kita masih berjumpa dengan rekan yang baru atau atasan yang baru; kita juga masih hidup sendiri, masih hidup dengan istri dan suami yang sama…Waktu berubah dan kita berubah di dalamnya.
Boleh saja seiring dengan bertambahnya waktu, gaji kita bertambah, jabatan kita naik dan reputasi kita melonjak. Akan tetapi, menyedihkan jika kita tidak pernah bertambah bahagia di dalamnya. Kita masih seperti yang dulu: orang yang terlalu sibuk dengan diri kita sendiri. Dan kita mendapati diri sebagai orang yang paling banyak kehilangan di antara begitu banyak pencapaian-pencapaian yang kita miliki. Masalahnya bukan sesederhana misalnya bahwa kita kehilangan kesempatan untuk pacaran dan membangun rumah tangga karena sibuk bekerja; bukan sekadar kita kehilangan kesempatan paling tidak sekali seminggu ke Gereja, tidak sesepele kita kehilangan waktu untuk hobi-hobi kita seperti main billiard, melukis atau yang lainnya…Masalahnya lebih pada terancam hilangnya kebahagiaan.
Dunia kerja beserta segala kompeksitas tuntutannya, mulai dari efisiensi, efektivitas, akuntabilitas hingga profesionalisme adalah salah satu tempat di mana kita bisa mewujudkan diri kita. Bahkan sudah terbukti, dengan kerja manusia telah menciptakan dan terus mengembangkan kebudayaannya. Pendek kata, dengan kerja manusia makin menjadi manusiawi, makin hidup sepenuhnya sebagai manusia, menjadi bahagia (to be happy)
Apa yang disebut tadi tidak mutlak terjadi. Kita harus sadar bahwa dalam kerja mau tidak mau kita bertemu dengan logika lainnya yakni to have, memiliki dan terus memiliki. Dalam masyarakat maju efisiensi kerja berbanding lurus dengan upah, tetapi sering berbanding terbalik dengan mutu pribadi kita. Ada orang yang senang dengan banyaknya pekerjaan dan juga jabatan yang bagus, tambah senang lagi karena banyaknya pujian, tapi tetap saja merasa hidup seperti kosong. Pada dasar hatinya yang terdalam seolah-olah ia tidak menemukan apa-apa, bagai orang yang berhari-hari menggali tapi tidak menemukan harta karun yang dicari. Orang-orang seperti ini biasanya mulai jarang senyum, kalaupun senyum toh terasa getir karena sebenarnya berpura-pura bahagia. Petunjuk lain, orang seperti ini selalu mencari-cari cara dan jalan supaya orang memperhatikan dan mencintainya seolah-olah keberartian terlalu bergantung pada semua pujian dan tepuk tangan orang. Lebih lanjut orang seperti ini kemudian akan sering tampil sempurna, selalu tidak tenang dan tidak puas; tidur tidak pulas karena masih membawa impian kesempurnaan yang harus segera diwujudkan esok hari.
Saya masih ingat mang Ucup, petugas sampah di RT 12 Cempaka Putih yang sudah belasan tahun menekuni pekerjaannya. Ketika saya terjaga pagi-pagi buta, bunyi sapu sudah terdengar mengibas-ngibas jalanan kota yang masih sepi. Sekali dua hari saya berjumpa dengannya. Wajah dan badannya kotor, tapi senyum selalu dia perlihatkan. Rasanya mang Ucup jauh lebih bahagia dari ratu pop Marilyn Monroe yang mati bunuh diri di tahun 1962 atau mungkin jauh lebih bahagia dari almarhum Soeharto yang dalam segala kemegahannya tetap mati kesepian di salah satu kamar RSPP.
Pagi ini saya memerhatikan dari dekat sebutir embun pagi yang melekat di helai bunga taman rumah kami, lama sebelum akhirnya jatuh ke tanah dan menghilang. Embun tadi seperti merelakan semua yang dia miliki untuk jatuh ke tanah, bertemu dengan permukaan yang keras dan berdebu sebelum membasahinya.
Sang embun mengingatkan saya akan Yesus tersalib, yang memberi diri sehabis-habisnya. Yesus dan kematiannya di salib adalah embun surgawi yang jatuh memberi kesegaran dan kesuburan bagi dunia di mana selanjutnya kita manusia tumbuh. Embun yang sama sepertinya mengajarkan anda dan saya suatu kearifan untuk hidup bukan dengan logika memiliki tapi dengan mengabdi dan memberi. Kita ingat kata-kata Yesus ini “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? (Mat.16:26).
Kita boleh saja memiliki dan mencapai banyak hal berkat pekerjaan dan kerja keras kita, tapi jika kita tidak sungguh mengabdi dan mencintai sesama melalui pekerjaan itu kita sebenarnya lebih sebagai orang yang sukses daripada orang yang bahagia. Jika anda tidak pernah atau tidak lagi membuka kaca jendela mobil anda, lalu tersenyum dengan satpam serta rekan-rekan kantor itu pratanda anda orang yang tengah mencari kebahagiaan. Jika anda seorang atasan dan tidak pernah mau makan di warteg bersama bawahan atau karyawan anda, itu pratanda bahwa memang anda orang yang paling sibuk di dunia dan tengah berusaha memiliki seluruh dunia ini.
Semoga anda tiap hari dalam hidup, dalam pekerjaan tetap mengasihi meski sedikit dan sebentar tapi sekuat dan sepenuh hati seperti embun pagi hari yang kecil dan hampir tak berarti.
Saling mendoakan
Ronald,s.x.
Label:
on happiness
KETEKUNAN YANG MENGAGUMKAN
Baca: Matius 15:21-28
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki”. —Matius 15:28
Pada tahun 1953, sebuah perusahaan yang belum berpengalaman, Rocket Chemical Company, dengan tiga pekerjanya mulai membuat bahan pelarut dan minyak pelumas pencegah karat yang bisa digunakan dalam industri pesawat luar angkasa. Dibutuhkan 40 kali percobaan untuk menyempurnakan ramuannya. Ramuan rahasia yang asli untuk WD-40—singkatan dari Water Displacement, 40th attempt—masih digunakan sampai sekarang. Sungguh suatu ketekunan yang mengagumkan!
Injil Matius mencatat cerita lain tentang ketekunan yang mengagumkan. Seorang perempuan Kanaan mempunyai seorang anak perempuan yang dirasuk setan. Ia tidak mempunyai harapan untuk anak perempuannya itu—sampai ia mendengar bahwa Yesus berada di daerahnya. Perempuan yang putus asa ini datang kepada Yesus dengan permasalahannya karena ia percaya bahwa Yesus dapat membantunya. Ia memohon kepada Yesus walaupun banyak hal dan orang tampaknya tidak memihak kepadanya—ras, latar belakang agama, jenis kelamin, para murid, Setan, dan bahkan Yesus tampaknya tidak memerhatikannya (Mat. 15:22 27). Walaupun ada banyak hambatan, perempuan itu tidak menyerah. Dengan ketekunan yang mengagumkan, ia memaksakan dirinya melalui lorong-lorong gelap dari kesulitan, keputusasaan, dan penolakan. Hasilnya? Yesus memuji imannya dan menyembuhkan anak perempuannya (ay.28).
Kita juga diajak untuk datang kepada Yesus dengan tekun. Ketika kita terus bertanya, mencari, dan mengetuk, kita akan menemukan anugerah dan belas kasih pada saat yang dibutuhkan.
Sesuatu terjadi ketika kita berdoa,
Sediakan tempat dan berdiamlah,
Bergumullah hingga fajar menjelang;
Marilah kita tekun berdoa. —NN.
Ketekunan dalam doa adalah hal yang menyenangkan Allah.
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki”. —Matius 15:28
Pada tahun 1953, sebuah perusahaan yang belum berpengalaman, Rocket Chemical Company, dengan tiga pekerjanya mulai membuat bahan pelarut dan minyak pelumas pencegah karat yang bisa digunakan dalam industri pesawat luar angkasa. Dibutuhkan 40 kali percobaan untuk menyempurnakan ramuannya. Ramuan rahasia yang asli untuk WD-40—singkatan dari Water Displacement, 40th attempt—masih digunakan sampai sekarang. Sungguh suatu ketekunan yang mengagumkan!
Injil Matius mencatat cerita lain tentang ketekunan yang mengagumkan. Seorang perempuan Kanaan mempunyai seorang anak perempuan yang dirasuk setan. Ia tidak mempunyai harapan untuk anak perempuannya itu—sampai ia mendengar bahwa Yesus berada di daerahnya. Perempuan yang putus asa ini datang kepada Yesus dengan permasalahannya karena ia percaya bahwa Yesus dapat membantunya. Ia memohon kepada Yesus walaupun banyak hal dan orang tampaknya tidak memihak kepadanya—ras, latar belakang agama, jenis kelamin, para murid, Setan, dan bahkan Yesus tampaknya tidak memerhatikannya (Mat. 15:22 27). Walaupun ada banyak hambatan, perempuan itu tidak menyerah. Dengan ketekunan yang mengagumkan, ia memaksakan dirinya melalui lorong-lorong gelap dari kesulitan, keputusasaan, dan penolakan. Hasilnya? Yesus memuji imannya dan menyembuhkan anak perempuannya (ay.28).
Kita juga diajak untuk datang kepada Yesus dengan tekun. Ketika kita terus bertanya, mencari, dan mengetuk, kita akan menemukan anugerah dan belas kasih pada saat yang dibutuhkan.
Sesuatu terjadi ketika kita berdoa,
Sediakan tempat dan berdiamlah,
Bergumullah hingga fajar menjelang;
Marilah kita tekun berdoa. —NN.
Ketekunan dalam doa adalah hal yang menyenangkan Allah.
Selasa, 29 Januari 2008
Seharusnya berbeda
Seluruh Kitab suci diilhamkan Allah dan bermanfaat ... untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16)
Seorang anak laki-laki berbantah dengan Ayahnya. Sang Ayah kehilangan kesabarannya dan menampar anak itu. Anak itu berlari keluar rumah dan naik ke tebing karang di tepi sebuah danau, menenggelamkan dirinya. Orang-orang tahu bahwa anak itu tidak main-main.
Ayahnya berlari menyusulnya, berteriak-teriak. Seluruh keluarga dan separuh warga kota ikut panik dan membujuk anak itu agar mengurungkan niatnya. Akhirnya, mereka berhasil menghentikan anak itu dan membawanya ke rumah. Namun, untuk selanjutnya, hubungan antara Ayah dan anak itu tidak pernah pulih.
Anak yang memiliki kepahitan itu tumbuh menjadi pria bermuka masam. Pada suatu saat, ia bahkan dijuluki sebagai seorang yang paling berbahaya di dunia ini. Namanya Mao Tse-tung, mantan pemimpin komunis RRC.
Akankah keluarga kristiani menghasilkan anak-anak yang berbeda? seharusnya demikian. Kehidupan Timotius adalah contoh yang bagus. Ia lahir, dibesarkan, dan dididik ditengah keluarga yang saleh. Iman ibu dan neneknya ditanamkan didalam dirinya sejak kecil. Iman itu sungguh-sungguh berdampak dalam hidupnya. Terbukti dalam usia yang masih muda, ia telah dipercaya untuk menggembalakan sebuah jemaat.
Firman Tuhan kaya dengan prinsip-prinsip kebenaran untuk menuntun kehidupan kita. Kalau kita mempersilahkan Tuhan menjadi pemimpin keluarga kita, keluarga kita tentu dapat menghasilkan buah-buah yang berguna bagi kerajaannya.
Seorang anak laki-laki berbantah dengan Ayahnya. Sang Ayah kehilangan kesabarannya dan menampar anak itu. Anak itu berlari keluar rumah dan naik ke tebing karang di tepi sebuah danau, menenggelamkan dirinya. Orang-orang tahu bahwa anak itu tidak main-main.
Ayahnya berlari menyusulnya, berteriak-teriak. Seluruh keluarga dan separuh warga kota ikut panik dan membujuk anak itu agar mengurungkan niatnya. Akhirnya, mereka berhasil menghentikan anak itu dan membawanya ke rumah. Namun, untuk selanjutnya, hubungan antara Ayah dan anak itu tidak pernah pulih.
Anak yang memiliki kepahitan itu tumbuh menjadi pria bermuka masam. Pada suatu saat, ia bahkan dijuluki sebagai seorang yang paling berbahaya di dunia ini. Namanya Mao Tse-tung, mantan pemimpin komunis RRC.
Akankah keluarga kristiani menghasilkan anak-anak yang berbeda? seharusnya demikian. Kehidupan Timotius adalah contoh yang bagus. Ia lahir, dibesarkan, dan dididik ditengah keluarga yang saleh. Iman ibu dan neneknya ditanamkan didalam dirinya sejak kecil. Iman itu sungguh-sungguh berdampak dalam hidupnya. Terbukti dalam usia yang masih muda, ia telah dipercaya untuk menggembalakan sebuah jemaat.
Firman Tuhan kaya dengan prinsip-prinsip kebenaran untuk menuntun kehidupan kita. Kalau kita mempersilahkan Tuhan menjadi pemimpin keluarga kita, keluarga kita tentu dapat menghasilkan buah-buah yang berguna bagi kerajaannya.
HadiratMu (Lirik lagu rohani)
HadiratMu
song by: True Worshippers
Di hadiratMu tempat yang kurindukan
Napas hidupku dan sumber kekuatan
Disana Kau nyatakan isi hati dan rinduMu
Sehingga kumengerti betapa berharganya hidupku
HadiratMu yang membawaku
Terima semua janjiMu
Mengubah hidupku menjadi indah
HadiratMu yang menguatkan
Aku di dalam pengharapan
Yesus untuk selamanya hiduplah dalamku
Dapatkan liric lagu rohani lainnya di
Christian music Lyric
song by: True Worshippers
Di hadiratMu tempat yang kurindukan
Napas hidupku dan sumber kekuatan
Disana Kau nyatakan isi hati dan rinduMu
Sehingga kumengerti betapa berharganya hidupku
HadiratMu yang membawaku
Terima semua janjiMu
Mengubah hidupku menjadi indah
HadiratMu yang menguatkan
Aku di dalam pengharapan
Yesus untuk selamanya hiduplah dalamku
Dapatkan liric lagu rohani lainnya di
Christian music Lyric
Label:
Lirik Lagu Rohani
Senin, 28 Januari 2008
Kisah Sukses : Oprah Winfrey
Oprah Winfrey - Wanita Luar Biasa!
Bermodal keberanian “Menjadi Diri Sendiri”, Oprah menjadi presenter paling populer di Amerika dan menjadi wanita selebritis terkaya versi majalah Forbes, dengan kekayaan lebih dari US $ 1 Milyar. Copy acara “The Oprah Winfrey Show” telah diputar di hampir seluruh penjuru bumi ini.
TAHUKAH ANDA?
Lahir di Mississisipi dari pasangan Afro-Amerika dengan nama Oprah Gail Winfrey. Ayahnya mantan serdadu yang kemudian menjadi tukang cukur, sedang ibunya seorang pembantu rumah tangga. Karena keduanya berpisah maka Oprah kecil pun diasuh oleh neneknya di dilingkungan yang kumuh dan sangat miskin. Luarbiasanya, di usia 3 tahun Oprah telah dapat membaca Injil dengan keras.
“Membaca adalah gerai untuk mengenal dunia” katanya dalam suatu wawancaranya.
Pada usia 9 tahun, Oprah mengalami pelecehan sexual, dia diperkosa oleh saudara sepupu ibunya beserta teman-temannya dan terjadi berulang kali. Di usia 13 tahun Oprah harus menerima kenyataan hamil dan melahirkan, namun bayinya meninggal dua minggu setelah dilahirkan.
Setelah kejadian itu, Oprah lari ke rumah ayahnya di Nashville. Ayahnya mendidik dengan sangat keras dan disiplin tinggi. Dia diwajibkan membaca buku dan membuat ringkasannya setiap pekan. Walaupun tertekan berat, namun kelak disadari bahwa didikan keras inilah yang menjadikannya sebagai wanita yang tegar, percaya diri dan berdisiplin tinggi.
Prestasinya sebagai siswi teladan di SMA membawanya terpilih menjadi wakil siswi yang diundang ke Gedung Putih. Beasiswa pun di dapat saat memasuki jenjang perguruan tinggi. Oprah pernah memenangkan kontes kecantikan, dan saat itulah pertama kali dia menjadi sorotan publik..
Karirnya dimulai sebagai penyiar radio lokal saat di bangku SMA. Karir di dunia TV di bangun diusia 19 tahun. Dia menjadi wanita negro pertama dan termuda sebagai pembaca berita stasiun TV lokal tersebut. Oprah memulai debut talkshow TVnya dalam acara People Are Talking. Dan keputusannya untuk pindah ke Chicago lah yang akhirnya membawa Oprah ke puncak karirnya. The Oprah Winfrey Show menjadi acara talkshow dengan rating tertinggi berskala nasional yang pernah ada dalam sejarah pertelevisian di Amerika. Sungguh luar biasa!
Latar belakang kehidupannya yang miskin, rawan kejahatan dan diskriminatif mengusik hatinya untuk berupaya membantu sesama. Tayangan acaranya di telivisi selalu sarat dengan nilai kemanusiaan, moralitas dan pendidikan. Oprah sadar, bila dia bisa mengajak seluruh pemirsa telivisi, maka bersama, akan mudah mewujudkan segala impiannya demi membantu mereka yang tertindas.
Oprah juga dikenal dengan kedermawanannya. Berbagai yayasan telah disantuni, antara lain, rumah sakit dan lembaga riset penderita AIDs, berbagai sekolah, penderita ketergantungan, penderita cacat dan banyak lagi.
Dan yang terakhir, pada 2 januari 2007 lalu, Oprah menghadiri peresmian sekolah khusus anak-anak perempuan di kota Henley-on-Klip, di luar Johannesburg, Afrika selatan, yang didirikannya bersama dengan pemirsa acara televisinya. Oprah menyisihkan 20 juta pounsterling ( 1 pons kira2 rp. 17.000,- )atau 340 milyiar rupiah dari kekayaannya. “Dengan memberi pendidikan yang baik bagi anak2 perempuan ini, kita akan memulai mengubah bangsa ini” ujarnya berharap.
Kisah Oprah Winfrey ialah kisah seorang anak manusia yang tidak mau meratapi nasib. Dia berjuang keras untuk keberhasilan hidupnya, dan dia berhasil. Dia punya mental baja dan mampu mengubah nasib, dari kehidupan nestapa menjadi manusia sukses yang punya karakter. Semangat perjuangannya pantas kita teladani!
Bermodal keberanian “Menjadi Diri Sendiri”, Oprah menjadi presenter paling populer di Amerika dan menjadi wanita selebritis terkaya versi majalah Forbes, dengan kekayaan lebih dari US $ 1 Milyar. Copy acara “The Oprah Winfrey Show” telah diputar di hampir seluruh penjuru bumi ini.
TAHUKAH ANDA?
Lahir di Mississisipi dari pasangan Afro-Amerika dengan nama Oprah Gail Winfrey. Ayahnya mantan serdadu yang kemudian menjadi tukang cukur, sedang ibunya seorang pembantu rumah tangga. Karena keduanya berpisah maka Oprah kecil pun diasuh oleh neneknya di dilingkungan yang kumuh dan sangat miskin. Luarbiasanya, di usia 3 tahun Oprah telah dapat membaca Injil dengan keras.
“Membaca adalah gerai untuk mengenal dunia” katanya dalam suatu wawancaranya.
Pada usia 9 tahun, Oprah mengalami pelecehan sexual, dia diperkosa oleh saudara sepupu ibunya beserta teman-temannya dan terjadi berulang kali. Di usia 13 tahun Oprah harus menerima kenyataan hamil dan melahirkan, namun bayinya meninggal dua minggu setelah dilahirkan.
Setelah kejadian itu, Oprah lari ke rumah ayahnya di Nashville. Ayahnya mendidik dengan sangat keras dan disiplin tinggi. Dia diwajibkan membaca buku dan membuat ringkasannya setiap pekan. Walaupun tertekan berat, namun kelak disadari bahwa didikan keras inilah yang menjadikannya sebagai wanita yang tegar, percaya diri dan berdisiplin tinggi.
Prestasinya sebagai siswi teladan di SMA membawanya terpilih menjadi wakil siswi yang diundang ke Gedung Putih. Beasiswa pun di dapat saat memasuki jenjang perguruan tinggi. Oprah pernah memenangkan kontes kecantikan, dan saat itulah pertama kali dia menjadi sorotan publik..
Karirnya dimulai sebagai penyiar radio lokal saat di bangku SMA. Karir di dunia TV di bangun diusia 19 tahun. Dia menjadi wanita negro pertama dan termuda sebagai pembaca berita stasiun TV lokal tersebut. Oprah memulai debut talkshow TVnya dalam acara People Are Talking. Dan keputusannya untuk pindah ke Chicago lah yang akhirnya membawa Oprah ke puncak karirnya. The Oprah Winfrey Show menjadi acara talkshow dengan rating tertinggi berskala nasional yang pernah ada dalam sejarah pertelevisian di Amerika. Sungguh luar biasa!
Latar belakang kehidupannya yang miskin, rawan kejahatan dan diskriminatif mengusik hatinya untuk berupaya membantu sesama. Tayangan acaranya di telivisi selalu sarat dengan nilai kemanusiaan, moralitas dan pendidikan. Oprah sadar, bila dia bisa mengajak seluruh pemirsa telivisi, maka bersama, akan mudah mewujudkan segala impiannya demi membantu mereka yang tertindas.
Oprah juga dikenal dengan kedermawanannya. Berbagai yayasan telah disantuni, antara lain, rumah sakit dan lembaga riset penderita AIDs, berbagai sekolah, penderita ketergantungan, penderita cacat dan banyak lagi.
Dan yang terakhir, pada 2 januari 2007 lalu, Oprah menghadiri peresmian sekolah khusus anak-anak perempuan di kota Henley-on-Klip, di luar Johannesburg, Afrika selatan, yang didirikannya bersama dengan pemirsa acara televisinya. Oprah menyisihkan 20 juta pounsterling ( 1 pons kira2 rp. 17.000,- )atau 340 milyiar rupiah dari kekayaannya. “Dengan memberi pendidikan yang baik bagi anak2 perempuan ini, kita akan memulai mengubah bangsa ini” ujarnya berharap.
Kisah Oprah Winfrey ialah kisah seorang anak manusia yang tidak mau meratapi nasib. Dia berjuang keras untuk keberhasilan hidupnya, dan dia berhasil. Dia punya mental baja dan mampu mengubah nasib, dari kehidupan nestapa menjadi manusia sukses yang punya karakter. Semangat perjuangannya pantas kita teladani!
Label:
Kisah Sukses Tokoh Dunia
Menyeberangi Lautan Makian
Menyeberangi Lautan Makian
“Sinting kamu!”, antara lain adalah perbendaharan makian yang harus kita terima begitu mengambil pilihan atau melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki orang-orang dekat kita. Barangkali kita kehilangan warisan karena menikahi pasangan yang tidak disukai papa dan mama atau dikucilkan dari keluarga dan klan kita. Dalam tugas-tugas manajerial di kantor, bukan barang baru jika langkah, strategi dan kebijakan baru yang coba diambil disambut dengan cemoohan. Apalagi sebagai orang baru, “Sok tahu dan sok bisa” menjadi kosa kata yang harus kita akrabi. Makian-makian seperti sebongkah tahi kerbau yang dilemparkan di muka kita.
Waktu usia saya 9 tahun, saya terkejut melihat papa yang pulang rumah dengan muka memar dan kacamata yang retak. Dari mama saya dengar, ternyata papa baru saja dipukul rekannya karena membongkar pelecehan yang terjadi di sekolah asuhannya.
Mutasi,pengurangan tunjangan, bahkan pemecatan adalah ancaman yang menunggu di depan mata sewaktu kita memilih untuk memperjuangkan apa yang benar, memperbaiki kekeliruan dan menegur yang salah. Tidak seorangpun menyukai itu. Kita umumnya lebih suka mendapat tepuk tangan, kocek yang selalu penuh, warisan banyak serta posisi yang enak dengan menjadi orang patuh dan menjadi orang yang diam di hadapan ketidakberesan.
Yesus disebut ‘tidak waras’ bahkan oleh keluarganya sendiri, karena dia memilih mencintai dan mewartakan kebenaran Injil. Bahkan dia dicap ‘kerasukan setan oleh orang-orang sebangsanya karena pilihannya itu. (Markus. 4:20-31) Duduk makan dengan orang berdosa, bergaul dekat dengan pemungut cukai dan pelacur pasti menuai gossip dan bisik-bisik di mana-mana. Tentu ini menyesakkan hati. Akan tetapi, Yesus sepenuhnya sadar dengan semua resiko itu. Dia menanggungnya. Bahkan sampai Ia mati di salib, dia ditinggalkan hampir semua orang-orang dekatnya, yakni para murid.
Untuk hidup sepenuhnya, kita mesti seperti Yesus, menyeberangi arus makian dan bisik-bisik karena mencintai kebenaran. Menjadi sukses dan berhasil pasti perlu, tapi lebih baik lagi jika kita hidup sepenuhnya, yakni dengan menjadi pecinta dan pelaku kebenaran. Mencintai kebenaran bagaikan mendaki ke puncak gunung; makin naik ke atas kita makin merasa sendiri, kuatir, takut jangan-jangan akan jatuh. Akan tetapi, segera sesudah sampai di puncak kita mengalami kebebasan yang paling penuh….berdiri memandang ke bawah dengan leluasa.
Semoga anda tidak pernah kapok untuk mencoba hal-hal baru di lingkungan anda, menjadi kritis dan berpandangan jauh ke depan meski harus banyak dicaci maki. Kelak ketika anda berhasil membuktikan pilihan anda, makian-makian tadi berganti menjadi samudera senyuman dan penerimaan, lengkap dengan permintaan maaf orang banyak.
“Kalau anda belum pernah dimaki, ada dua kemungkinan. Satu, anda adalah orang yang paling penakut di dunia ini. Kedua, anda sebenarnya sudah dimaki, tapi karena sudah membuktikan pilihan anda, anda tidak dimaki lagi. Maka anda orang yang paling berani di dunia ini.”(RFT)
Salam,
Ronald,s.x.
“Sinting kamu!”, antara lain adalah perbendaharan makian yang harus kita terima begitu mengambil pilihan atau melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki orang-orang dekat kita. Barangkali kita kehilangan warisan karena menikahi pasangan yang tidak disukai papa dan mama atau dikucilkan dari keluarga dan klan kita. Dalam tugas-tugas manajerial di kantor, bukan barang baru jika langkah, strategi dan kebijakan baru yang coba diambil disambut dengan cemoohan. Apalagi sebagai orang baru, “Sok tahu dan sok bisa” menjadi kosa kata yang harus kita akrabi. Makian-makian seperti sebongkah tahi kerbau yang dilemparkan di muka kita.
Waktu usia saya 9 tahun, saya terkejut melihat papa yang pulang rumah dengan muka memar dan kacamata yang retak. Dari mama saya dengar, ternyata papa baru saja dipukul rekannya karena membongkar pelecehan yang terjadi di sekolah asuhannya.
Mutasi,pengurangan tunjangan, bahkan pemecatan adalah ancaman yang menunggu di depan mata sewaktu kita memilih untuk memperjuangkan apa yang benar, memperbaiki kekeliruan dan menegur yang salah. Tidak seorangpun menyukai itu. Kita umumnya lebih suka mendapat tepuk tangan, kocek yang selalu penuh, warisan banyak serta posisi yang enak dengan menjadi orang patuh dan menjadi orang yang diam di hadapan ketidakberesan.
Yesus disebut ‘tidak waras’ bahkan oleh keluarganya sendiri, karena dia memilih mencintai dan mewartakan kebenaran Injil. Bahkan dia dicap ‘kerasukan setan oleh orang-orang sebangsanya karena pilihannya itu. (Markus. 4:20-31) Duduk makan dengan orang berdosa, bergaul dekat dengan pemungut cukai dan pelacur pasti menuai gossip dan bisik-bisik di mana-mana. Tentu ini menyesakkan hati. Akan tetapi, Yesus sepenuhnya sadar dengan semua resiko itu. Dia menanggungnya. Bahkan sampai Ia mati di salib, dia ditinggalkan hampir semua orang-orang dekatnya, yakni para murid.
Untuk hidup sepenuhnya, kita mesti seperti Yesus, menyeberangi arus makian dan bisik-bisik karena mencintai kebenaran. Menjadi sukses dan berhasil pasti perlu, tapi lebih baik lagi jika kita hidup sepenuhnya, yakni dengan menjadi pecinta dan pelaku kebenaran. Mencintai kebenaran bagaikan mendaki ke puncak gunung; makin naik ke atas kita makin merasa sendiri, kuatir, takut jangan-jangan akan jatuh. Akan tetapi, segera sesudah sampai di puncak kita mengalami kebebasan yang paling penuh….berdiri memandang ke bawah dengan leluasa.
Semoga anda tidak pernah kapok untuk mencoba hal-hal baru di lingkungan anda, menjadi kritis dan berpandangan jauh ke depan meski harus banyak dicaci maki. Kelak ketika anda berhasil membuktikan pilihan anda, makian-makian tadi berganti menjadi samudera senyuman dan penerimaan, lengkap dengan permintaan maaf orang banyak.
“Kalau anda belum pernah dimaki, ada dua kemungkinan. Satu, anda adalah orang yang paling penakut di dunia ini. Kedua, anda sebenarnya sudah dimaki, tapi karena sudah membuktikan pilihan anda, anda tidak dimaki lagi. Maka anda orang yang paling berani di dunia ini.”(RFT)
Salam,
Ronald,s.x.
Label:
on truth
Silahkan mati kehausan
Jill sudah kehausan setengah mati. Dan, sungai berair jernih-segar itu tinggal sepelemparan batu di depannya. Namun, sosok Aslan yang berbaring di tepiannya membuat Jill tertegun ragu-ragu. Ia belum mengenal benar singa itu. Bagaimana seandainya Aslan menerkamnya?
Setelah memberanikan diri bertanya, dan diberi tahu bahwa sumber air yang ada hanyalah sungai itu, Jill masih was-was juga.
"Ya, silahkan mati kehausan," jawab Aslan. Jawaban yang tampaknya konyol, namun benar.
Dongeng kursi perak karangan C.S. Lewis dengan sangat bagus menggambarkan cara kita mendekati Yesus yang dilukiskan sebagai Aslan, sang singa (ingat "Singa dari suku Yehuda"?). Mungkin kita pernah mengalami kekeringan rohani, namun justru ragu-ragu untuk datang pada Yesus. Sebagaimana Jill membayangkan Aslan seperti singa-singa yang dikenalnya, kita menganggap Yesus seperti sosok otoritas dunia, yang tak mudah di dekati.
Namun, Tuhan mengundang kita untuk datang kepada-Nya dengan penuh keberanian. Begitu Jill mau mereguk air sungai, dahaganya langsung terpuaskan. Tuhan Yesus mengatakan , "Siapa saja yang minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi siapa saja yang minum air yang akan kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya". (Yohanes 4:13,14)
Undangan itu tetap berlaku pula saat ini. Maukah Anda mereguk air yang ditawarkan-Nya itu? Kiranya Anda memperoleh kelegaan dihadiratnya.
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepada-Mu (Yakobus 4:8)
Setelah memberanikan diri bertanya, dan diberi tahu bahwa sumber air yang ada hanyalah sungai itu, Jill masih was-was juga.
"Ya, silahkan mati kehausan," jawab Aslan. Jawaban yang tampaknya konyol, namun benar.
Dongeng kursi perak karangan C.S. Lewis dengan sangat bagus menggambarkan cara kita mendekati Yesus yang dilukiskan sebagai Aslan, sang singa (ingat "Singa dari suku Yehuda"?). Mungkin kita pernah mengalami kekeringan rohani, namun justru ragu-ragu untuk datang pada Yesus. Sebagaimana Jill membayangkan Aslan seperti singa-singa yang dikenalnya, kita menganggap Yesus seperti sosok otoritas dunia, yang tak mudah di dekati.
Namun, Tuhan mengundang kita untuk datang kepada-Nya dengan penuh keberanian. Begitu Jill mau mereguk air sungai, dahaganya langsung terpuaskan. Tuhan Yesus mengatakan , "Siapa saja yang minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi siapa saja yang minum air yang akan kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya". (Yohanes 4:13,14)
Undangan itu tetap berlaku pula saat ini. Maukah Anda mereguk air yang ditawarkan-Nya itu? Kiranya Anda memperoleh kelegaan dihadiratnya.
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepada-Mu (Yakobus 4:8)
Label:
Pertobatan,
Sekilas Tentang Film
Minggu, 27 Januari 2008
Kisah Sukses : Carrie Underwood
Carrie Maria Underwood lahir di sebuah kota kecil bernama Checotah , Oklahoma , pada tanggal 10 Maret 1983. Ayahnya adalah seorang pemilik ladang & ibunya bekerja sebagai seorang guru SD. Anak termuda dari tiga bersaudara perempuan ini mulai menampakkan bakat menyanyinya sejak usia tiga tahun. Saat itu ia selalu tampak senang bila mendapatkan kesempatan menyanyi di gerejanya. Alhasil sejak ia masih sangat muda, orang-orang sudah melihat bahwa pengagum Martina McBride & Bonnie Raitt ini memiliki suara yang istimewa. Dan suara istimewa ini pulalah yang mengantarkannya ke studio rekaman dan merilis album debut berjudul “Some Hearts”.
***
Jesus, Take the Wheel (Carrie Underwood)
She was drivin' last Friday on her way to Cincinnati
On a snow white Christmas Eve
Goin' home to see her Mama and her Daddy
With the baby in the back seat
Fifty miles to go and she was runnin' low
On faith and gasoline
It'd been a long hard year
She had a lot on her mind and she didn't pay attention
She was goin' way too fast
Before she knew it she was spinning on a thin black sheet of glass
She saw both their lives flash before her eyes
She didn't even have time to cry
She was so scared, she threw her hands up in the air
(Chorus)
Jesus take the wheel
Take it from my hands
'Cause I can't do this on my own
I'm letting go
So give me one more chance
Save me from this road I'm on
Jesus take the wheel
It was still getting colder when she made it to the shoulder and the car came to a stop
She cried when she saw that baby in the back seat sleepin' like a rock
And for the first time in a long time she bowed her head to pray
She said I'm sorry for the way
I've been livin' my life
I know I've got to change
So from now on tonight
(Repeat chorus)
***
Inside Your Heaven (Carrie Underwood)
I've been down Now I'm blessed
I felt a revelation coming around
I guess its right, it's so amazing
Everytime I see you I'm alive
You're all I've got You lift me up
All my dreams are in your eyes
I wanna be inside your heaven
Take me to the place you cry from
Where the storm blows your way
I wanna be earth that holds you
Every bit of air you're breathin' in
A soothin' wind
I wanna be inside your heaven
When minutes turn to days and years
When mountains fall, I'll still be here
Holdin you until the day I die
And I wanna be inside your heaven
Take me to the place you cry from
Where the storm blows your way
I wanna be inside your heaven
Take me to the place you cry from
Where the storm blows your way
I wanna be earth that holds you
Every bit of air you're breathin' in
A soothin' wind
I wanna be inside your heaven
Oh yes I do
I wanna be inside your heaven
Ayah juga lupa
W. Livingstone Larned
Dengar, Nak: Ayah mengatalan ini pada saat kau terbaring tidur, sebelah tangan kecil merayap di bawah pipimu dan rambutmu yang keriting pirang lengket pada dahimu yang lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. Baru beberapa menit yang lalu, ketika Ayah sedang menbaca koran di ruang perpustakaan, satu sapuan sesal yang amat dalam menerpa. Dengan perasaan bersalah Ayah datang masuk menghamipiri pembaringanmu.
Ada hal-hal yang Ayah pikirkan, Nak: Ayah selama ini bersikap kasar kepadamu. Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak pergi ke sekolah karena kau cuma menyeka mukamu sekilas dengan handuk. Lalu Ayah lihat kau tidak membersihkan sepatumu. Ayah berteriak marah tatkala kau melempar barangmu ke lantai.
Saat makan pagi Ayah juga menemukan kesalahan. Kau meludahkan makananmu. Kau menelan terburu-buru makananmu. Kau meletakan sikumu di atas meja. Kau mengoleskan mentega terlalu tebal di rotimu. Dan begitu kau baru mulai bermain dan Ayah berangkat mengejar kereta api, kau berpaling dan melambaikan tangan sambil berseru, "Selamat jalan, Ayah!" dan Ayah mengerutkan dahi, lalu menjawab "Tegakkan bahumu!"
Kemudian selama itu berulang lagi pada sore hari. Begitu Ayah muncul dari jalan, Ayah segera mengamatimu dengan cermat, memandang hingga lutut, memandangmu yang sedang bermain kelereng. Ada lubang-lobang pada kaos kakimu. Ayah menghinamu di depan kawan-kawanmu, lalu menggiringmu untuk pulang ke rumah. Kaus kaki mahal, dan kalau kau yang harus membelinya, kau akan lebih berhati-hati! Bayangkan itu, Nak, itu keluar dari pikiran seorang Ayah.
Apakah kau ingat, nantinya, ketika Ayah sedang membaca di ruang perpustakaan, bagaimana kau datang dengan perasaan takut, dengan rasa terluka dalam matamu? Ketika Ayah terus memandang koran, tidak sabar karena gangguanmu, kau jadi ragu-ragu di depan pintu. "Kau mau apa?" semprot Ayah.
Kau tidak berkata sepatah kata pun, melainkan berlari melintas dan melompat ke arah Ayah, kau melemparkan tanganmu melingkari leher Ayah dan mencium Ayah, tangan-tanganmu yang kecil semakin erat memeluk dengan hangat, kehangatan yang telah Tuhan tetapkan untuk mekar di hatimu dan yang bahkan pengabaian sekali pun tidak akan mampu melemahkannya. Dan kemudian kau pergi, bergegas menaiki tangga.
Nah, Nak, sesaat setalah itu koran jatuh dari tangan Ayah, dan satu rasa takut yang menyakitkan menerpa Ayah. Kebiasaan apa yang sudah Ayah lakukan? kebiasaan dalam menemukan kesalahan, dalam mencerca, ini adalah hadiah Ayah untukmu sebagai seorang anak lelaki. Bukan berarti Ayah tidak mencintaimu; Ayah lakukan ini karena Ayah berharap terlalu banyak dari masa muda. Ayah sedang mengukurmu dengan kayu pengukur dari tahun-tahun Ayah sendiri.
Dan sebenarnya begitu banyak hal yang baik dan benar dalam sifatmu. Hati mungil milikmu sama besarnya dengan fajar yang memayungi bukit-bukit luas. Semua ini kau tunjukan dengan sikap spontanmu saat kau menghambur masuk dan mencium Ayah sambil mengucap selamat tidur. Tidak ada masalah lagi malam ini, Nak. Ayah sudah datang ke tepi pembaringanmu dalam kegelapan, dan Ayah sudah berlutut disana, dengan rasa malu!
Ini adalah sebuah rasa tobat yang lemah; Ayah tahu kau tidak akan mengerti hal-hal seperti ini kalau Ayah sampaikan padamu saat kau terjaga. Tapi esok hari Ayah akan menjadi Ayah sejati! Ayah akan bersahabat karib denganmu, dan ikut menderita bila kau menderita, dan tertawa bila kau tertawa. Ayah akan mengigit lidah Ayah kalau kata-kata tidak sabar keluar dari mulut Ayah. Ayah akan terus mengucapkan kata ini seolah-olah sebuah ritual: "Dia cuma seorang anak kecil - anak lelaki kecil!"
Ayah khawatir sudah membayangkanmu sebagai seorang lelaki. Namun, saat Ayah memandangmu sekarang, Nak, meringkuk berbaring dan letih dalam tempat tidurmu, Ayah lihat bahwa kau masih seorang bayi. Kemarin kau masih dalam gendongan ibumu, kepalamu berada di bahu ibumu. Ayah sudah meminta terlalu banyak, sungguh terlalu banyak.
***
Sebagai ganti dari mencerca orang, mari kita coba untuk mengerti mereka. Mari kita berusaha mengerti mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Hal ini jauh lebih bermanfaat dan menarik minat daripada kritik; dan melahirkan simpati, toleransi dan kebaikan hati. "Untuk benar-benar mengenal semua, kita harus memaafkan semua."
"Tuhan sendiri tidak menghakimi orang hingga tiba pada akhir hari-harinya, mengapa saya dan Anda harus melakukannya?"
Jangan mengkritik, mencerca, atau mengeluh.
Dengar, Nak: Ayah mengatalan ini pada saat kau terbaring tidur, sebelah tangan kecil merayap di bawah pipimu dan rambutmu yang keriting pirang lengket pada dahimu yang lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. Baru beberapa menit yang lalu, ketika Ayah sedang menbaca koran di ruang perpustakaan, satu sapuan sesal yang amat dalam menerpa. Dengan perasaan bersalah Ayah datang masuk menghamipiri pembaringanmu.
Ada hal-hal yang Ayah pikirkan, Nak: Ayah selama ini bersikap kasar kepadamu. Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak pergi ke sekolah karena kau cuma menyeka mukamu sekilas dengan handuk. Lalu Ayah lihat kau tidak membersihkan sepatumu. Ayah berteriak marah tatkala kau melempar barangmu ke lantai.
Saat makan pagi Ayah juga menemukan kesalahan. Kau meludahkan makananmu. Kau menelan terburu-buru makananmu. Kau meletakan sikumu di atas meja. Kau mengoleskan mentega terlalu tebal di rotimu. Dan begitu kau baru mulai bermain dan Ayah berangkat mengejar kereta api, kau berpaling dan melambaikan tangan sambil berseru, "Selamat jalan, Ayah!" dan Ayah mengerutkan dahi, lalu menjawab "Tegakkan bahumu!"
Kemudian selama itu berulang lagi pada sore hari. Begitu Ayah muncul dari jalan, Ayah segera mengamatimu dengan cermat, memandang hingga lutut, memandangmu yang sedang bermain kelereng. Ada lubang-lobang pada kaos kakimu. Ayah menghinamu di depan kawan-kawanmu, lalu menggiringmu untuk pulang ke rumah. Kaus kaki mahal, dan kalau kau yang harus membelinya, kau akan lebih berhati-hati! Bayangkan itu, Nak, itu keluar dari pikiran seorang Ayah.
Apakah kau ingat, nantinya, ketika Ayah sedang membaca di ruang perpustakaan, bagaimana kau datang dengan perasaan takut, dengan rasa terluka dalam matamu? Ketika Ayah terus memandang koran, tidak sabar karena gangguanmu, kau jadi ragu-ragu di depan pintu. "Kau mau apa?" semprot Ayah.
Kau tidak berkata sepatah kata pun, melainkan berlari melintas dan melompat ke arah Ayah, kau melemparkan tanganmu melingkari leher Ayah dan mencium Ayah, tangan-tanganmu yang kecil semakin erat memeluk dengan hangat, kehangatan yang telah Tuhan tetapkan untuk mekar di hatimu dan yang bahkan pengabaian sekali pun tidak akan mampu melemahkannya. Dan kemudian kau pergi, bergegas menaiki tangga.
Nah, Nak, sesaat setalah itu koran jatuh dari tangan Ayah, dan satu rasa takut yang menyakitkan menerpa Ayah. Kebiasaan apa yang sudah Ayah lakukan? kebiasaan dalam menemukan kesalahan, dalam mencerca, ini adalah hadiah Ayah untukmu sebagai seorang anak lelaki. Bukan berarti Ayah tidak mencintaimu; Ayah lakukan ini karena Ayah berharap terlalu banyak dari masa muda. Ayah sedang mengukurmu dengan kayu pengukur dari tahun-tahun Ayah sendiri.
Dan sebenarnya begitu banyak hal yang baik dan benar dalam sifatmu. Hati mungil milikmu sama besarnya dengan fajar yang memayungi bukit-bukit luas. Semua ini kau tunjukan dengan sikap spontanmu saat kau menghambur masuk dan mencium Ayah sambil mengucap selamat tidur. Tidak ada masalah lagi malam ini, Nak. Ayah sudah datang ke tepi pembaringanmu dalam kegelapan, dan Ayah sudah berlutut disana, dengan rasa malu!
Ini adalah sebuah rasa tobat yang lemah; Ayah tahu kau tidak akan mengerti hal-hal seperti ini kalau Ayah sampaikan padamu saat kau terjaga. Tapi esok hari Ayah akan menjadi Ayah sejati! Ayah akan bersahabat karib denganmu, dan ikut menderita bila kau menderita, dan tertawa bila kau tertawa. Ayah akan mengigit lidah Ayah kalau kata-kata tidak sabar keluar dari mulut Ayah. Ayah akan terus mengucapkan kata ini seolah-olah sebuah ritual: "Dia cuma seorang anak kecil - anak lelaki kecil!"
Ayah khawatir sudah membayangkanmu sebagai seorang lelaki. Namun, saat Ayah memandangmu sekarang, Nak, meringkuk berbaring dan letih dalam tempat tidurmu, Ayah lihat bahwa kau masih seorang bayi. Kemarin kau masih dalam gendongan ibumu, kepalamu berada di bahu ibumu. Ayah sudah meminta terlalu banyak, sungguh terlalu banyak.
***
Sebagai ganti dari mencerca orang, mari kita coba untuk mengerti mereka. Mari kita berusaha mengerti mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Hal ini jauh lebih bermanfaat dan menarik minat daripada kritik; dan melahirkan simpati, toleransi dan kebaikan hati. "Untuk benar-benar mengenal semua, kita harus memaafkan semua."
"Tuhan sendiri tidak menghakimi orang hingga tiba pada akhir hari-harinya, mengapa saya dan Anda harus melakukannya?"
Jangan mengkritik, mencerca, atau mengeluh.
The Way to Get Is To Give
Ayat bacaan: Lukas 6:38
===================
Teman, Tuhan kita adalah Tuhan yang memberi. Bukan cuma memberi berkat, mukjizat, talenta dan lain2, Tuhan bahkan memberikan anakNya yang tunggal bagi kita semua. Tuhan Yesus pun memberikan segalanya hingga nyawaNya sendiri untuk menyelamatkan kita dari dosa. He is such a giver. Wajar kalau Tuhan juga menginginkan kita untuk mempunyai hati memberi. Kita tidak akan dapat melakukan hal ini kalau hati kita tidak dipenuhi kasih, kalau kita tidak memiliki hati Bapa. Disamping itu, memberi juga merupakan perwujudan rasa percaya kita kepada Tuhan. Kerajaan Surga punya kebijaksanaan sendiri dalam hal ini. Jika kita memberi, maka kitapun akan diberi, dalam takaran atau timbangannya Tuhan.Memberi dengan hati penuh kasih, tanpa pamrih, artinya kita sedang mengaktivasi rekening surga. Daripada kita menipu Tuhan dengan mengelak memberikan perpuluhan dan persembahan, daripada kita menghemat uang kita dengan terlalu ketat dan melupakan saudara2 kita yang membutuhkan, mengapa kita tidak percayakan semuanya pada Tuhan? Allah kita menjanjikan hidup dalam berkat. Yakinlah Dia pasti mencukupkan segalanya, bukan hanya makan dan minum, tetapi kebutuhan2 kita lainnya juga. Kita tidak akan kekurangan apabila kita percayakan semuanya dalam tanganNya.
Pemberian bukan hanya dalam hal keuangan, tapi juga waktu, perhatian dan kepedulian atau pelayanan. Apapun yang anda lakukan, Tuhan akan mengembalikannya dan mencukupkan segalanya pada anda. Semoga hati kita semua dipenuhi kasih yang selalu memberi, seperti halnya hati Bapa..amin.
Bapa, ajarku mengerti.. sebuah kasih, yang selalu memberi... bagai air mengalir yang tiada pernah berhenti..(petikan lagu Maria Shandi - Sentuh Hatiku)
===================
"Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang, dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."Ada banyak orang yang melewatkan membayar perpuluhan dengan berbagai alasan. Ada yang dijangkiti penyakit lupa, ada juga yang berdalih bahwa tanpa memotong 10% untuk perpuluhan pun hidupnya sudah megap2. Dalam hal lain, banyak orang yang hanya akan berbuat baik apabila orang berbuat baik terlebih dahulu kepada mereka.
Teman, Tuhan kita adalah Tuhan yang memberi. Bukan cuma memberi berkat, mukjizat, talenta dan lain2, Tuhan bahkan memberikan anakNya yang tunggal bagi kita semua. Tuhan Yesus pun memberikan segalanya hingga nyawaNya sendiri untuk menyelamatkan kita dari dosa. He is such a giver. Wajar kalau Tuhan juga menginginkan kita untuk mempunyai hati memberi. Kita tidak akan dapat melakukan hal ini kalau hati kita tidak dipenuhi kasih, kalau kita tidak memiliki hati Bapa. Disamping itu, memberi juga merupakan perwujudan rasa percaya kita kepada Tuhan. Kerajaan Surga punya kebijaksanaan sendiri dalam hal ini. Jika kita memberi, maka kitapun akan diberi, dalam takaran atau timbangannya Tuhan.Memberi dengan hati penuh kasih, tanpa pamrih, artinya kita sedang mengaktivasi rekening surga. Daripada kita menipu Tuhan dengan mengelak memberikan perpuluhan dan persembahan, daripada kita menghemat uang kita dengan terlalu ketat dan melupakan saudara2 kita yang membutuhkan, mengapa kita tidak percayakan semuanya pada Tuhan? Allah kita menjanjikan hidup dalam berkat. Yakinlah Dia pasti mencukupkan segalanya, bukan hanya makan dan minum, tetapi kebutuhan2 kita lainnya juga. Kita tidak akan kekurangan apabila kita percayakan semuanya dalam tanganNya.
Pemberian bukan hanya dalam hal keuangan, tapi juga waktu, perhatian dan kepedulian atau pelayanan. Apapun yang anda lakukan, Tuhan akan mengembalikannya dan mencukupkan segalanya pada anda. Semoga hati kita semua dipenuhi kasih yang selalu memberi, seperti halnya hati Bapa..amin.
Bapa, ajarku mengerti.. sebuah kasih, yang selalu memberi... bagai air mengalir yang tiada pernah berhenti..(petikan lagu Maria Shandi - Sentuh Hatiku)
The Way to Get Is To Give
Ayat bacaan: Lukas 6:38
===================
Teman, Tuhan kita adalah Tuhan yang memberi. Bukan cuma memberi berkat, mukjizat, talenta dan lain2, Tuhan bahkan memberikan anakNya yang tunggal bagi kita semua. Tuhan Yesus pun memberikan segalanya hingga nyawaNya sendiri untuk menyelamatkan kita dari dosa. He is such a giver. Wajar kalau Tuhan juga menginginkan kita untuk mempunyai hati memberi. Kita tidak akan dapat melakukan hal ini kalau hati kita tidak dipenuhi kasih, kalau kita tidak memiliki hati Bapa. Disamping itu, memberi juga merupakan perwujudan rasa percaya kita kepada Tuhan. Kerajaan Surga punya kebijaksanaan sendiri dalam hal ini. Jika kita memberi, maka kitapun akan diberi, dalam takaran atau timbangannya Tuhan.Memberi dengan hati penuh kasih, tanpa pamrih, artinya kita sedang mengaktivasi rekening surga. Daripada kita menipu Tuhan dengan mengelak memberikan perpuluhan dan persembahan, daripada kita menghemat uang kita dengan terlalu ketat dan melupakan saudara2 kita yang membutuhkan, mengapa kita tidak percayakan semuanya pada Tuhan? Allah kita menjanjikan hidup dalam berkat. Yakinlah Dia pasti mencukupkan segalanya, bukan hanya makan dan minum, tetapi kebutuhan2 kita lainnya juga. Kita tidak akan kekurangan apabila kita percayakan semuanya dalam tanganNya.
Pemberian bukan hanya dalam hal keuangan, tapi juga waktu, perhatian dan kepedulian atau pelayanan. Apapun yang anda lakukan, Tuhan akan mengembalikannya dan mencukupkan segalanya pada anda. Semoga hati kita semua dipenuhi kasih yang selalu memberi, seperti halnya hati Bapa..amin.
Bapa, ajarku mengerti.. sebuah kasih, yang selalu memberi... bagai air mengalir yang tiada pernah berhenti..(petikan lagu Maria Shandi - Sentuh Hatiku)
===================
"Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang, dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."Ada banyak orang yang melewatkan membayar perpuluhan dengan berbagai alasan. Ada yang dijangkiti penyakit lupa, ada juga yang berdalih bahwa tanpa memotong 10% untuk perpuluhan pun hidupnya sudah megap2. Dalam hal lain, banyak orang yang hanya akan berbuat baik apabila orang berbuat baik terlebih dahulu kepada mereka.
Teman, Tuhan kita adalah Tuhan yang memberi. Bukan cuma memberi berkat, mukjizat, talenta dan lain2, Tuhan bahkan memberikan anakNya yang tunggal bagi kita semua. Tuhan Yesus pun memberikan segalanya hingga nyawaNya sendiri untuk menyelamatkan kita dari dosa. He is such a giver. Wajar kalau Tuhan juga menginginkan kita untuk mempunyai hati memberi. Kita tidak akan dapat melakukan hal ini kalau hati kita tidak dipenuhi kasih, kalau kita tidak memiliki hati Bapa. Disamping itu, memberi juga merupakan perwujudan rasa percaya kita kepada Tuhan. Kerajaan Surga punya kebijaksanaan sendiri dalam hal ini. Jika kita memberi, maka kitapun akan diberi, dalam takaran atau timbangannya Tuhan.Memberi dengan hati penuh kasih, tanpa pamrih, artinya kita sedang mengaktivasi rekening surga. Daripada kita menipu Tuhan dengan mengelak memberikan perpuluhan dan persembahan, daripada kita menghemat uang kita dengan terlalu ketat dan melupakan saudara2 kita yang membutuhkan, mengapa kita tidak percayakan semuanya pada Tuhan? Allah kita menjanjikan hidup dalam berkat. Yakinlah Dia pasti mencukupkan segalanya, bukan hanya makan dan minum, tetapi kebutuhan2 kita lainnya juga. Kita tidak akan kekurangan apabila kita percayakan semuanya dalam tanganNya.
Pemberian bukan hanya dalam hal keuangan, tapi juga waktu, perhatian dan kepedulian atau pelayanan. Apapun yang anda lakukan, Tuhan akan mengembalikannya dan mencukupkan segalanya pada anda. Semoga hati kita semua dipenuhi kasih yang selalu memberi, seperti halnya hati Bapa..amin.
Bapa, ajarku mengerti.. sebuah kasih, yang selalu memberi... bagai air mengalir yang tiada pernah berhenti..(petikan lagu Maria Shandi - Sentuh Hatiku)
Sabtu, 26 Januari 2008
The Way Up is Down
Ayat bacaan : 1 Pet 5:6
========================
Kelimpahan berkat dari Tuhan selalu dinantikan oleh semua orang. Ironisnya, berkat2 yang melimpah tersebut, jika tidak disikapi dengan bijaksana, berpotensi besar untuk membuat orang jadi lupa diri dan sombong. Orang cenderung sombong karena merasa sangat pintar, kaya raya, penuh bakat, punya sederet gelar, terkenal dan lain2. Padahal, semua itu adalah berkat yang harusnya disyukuri, dan dipakai untuk menolong sesama kita yang membutuhkan. Tuhan Yesus sendiri memberi teladan yang sangat nyata. Pada masa itu, membasuh kaki adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh hamba terendah. Tapi Tuhan Yesus melakukannya kepada para muridNya, sebuah ajaran luar biasa dengan memperagakan bagaimana kita harus bersikap.
Kesombongan adalah sebuah dosa, dan berarti dikuasai oleh iblis. Ingat, iblis lah yang menghasut Adam dan Hawa untuk merasa sama seperti Tuhan, dan akhirnya manusia jatuh ke dalam dosa. Rendah hati tidaklah sama dengan rendah diri. Saya yakin, kita semua telah mempunyai kemampuan lengkap dalam berbagai bidang untuk tampil beda ditengah orang banyak. Ketika itu berhasil kita lakukan, jangan membanggakan diri secara berlebihan, tapi bersyukurlah selalu kepada Tuhan atas berkat, karunia dan talenta yang diberikanNya pada kita. Dan pakailah semuanya itu untuk meninggikan dan memuliakan Tuhan dimanapun anda berada.
========================
“Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya,”
Kelimpahan berkat dari Tuhan selalu dinantikan oleh semua orang. Ironisnya, berkat2 yang melimpah tersebut, jika tidak disikapi dengan bijaksana, berpotensi besar untuk membuat orang jadi lupa diri dan sombong. Orang cenderung sombong karena merasa sangat pintar, kaya raya, penuh bakat, punya sederet gelar, terkenal dan lain2. Padahal, semua itu adalah berkat yang harusnya disyukuri, dan dipakai untuk menolong sesama kita yang membutuhkan. Tuhan Yesus sendiri memberi teladan yang sangat nyata. Pada masa itu, membasuh kaki adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh hamba terendah. Tapi Tuhan Yesus melakukannya kepada para muridNya, sebuah ajaran luar biasa dengan memperagakan bagaimana kita harus bersikap.
Kesombongan adalah sebuah dosa, dan berarti dikuasai oleh iblis. Ingat, iblis lah yang menghasut Adam dan Hawa untuk merasa sama seperti Tuhan, dan akhirnya manusia jatuh ke dalam dosa. Rendah hati tidaklah sama dengan rendah diri. Saya yakin, kita semua telah mempunyai kemampuan lengkap dalam berbagai bidang untuk tampil beda ditengah orang banyak. Ketika itu berhasil kita lakukan, jangan membanggakan diri secara berlebihan, tapi bersyukurlah selalu kepada Tuhan atas berkat, karunia dan talenta yang diberikanNya pada kita. Dan pakailah semuanya itu untuk meninggikan dan memuliakan Tuhan dimanapun anda berada.
Ibarat padi, semakin berisi, semakin merunduk. Bersyukurlah dan selalu muliakan Tuhan dengan perbuatanmu yang dipenuhi kerendahan hati dimanapun anda berada.
The Way Up is Down
Ayat bacaan : 1 Pet 5:6
========================
Kelimpahan berkat dari Tuhan selalu dinantikan oleh semua orang. Ironisnya, berkat2 yang melimpah tersebut, jika tidak disikapi dengan bijaksana, berpotensi besar untuk membuat orang jadi lupa diri dan sombong. Orang cenderung sombong karena merasa sangat pintar, kaya raya, penuh bakat, punya sederet gelar, terkenal dan lain2. Padahal, semua itu adalah berkat yang harusnya disyukuri, dan dipakai untuk menolong sesama kita yang membutuhkan. Tuhan Yesus sendiri memberi teladan yang sangat nyata. Pada masa itu, membasuh kaki adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh hamba terendah. Tapi Tuhan Yesus melakukannya kepada para muridNya, sebuah ajaran luar biasa dengan memperagakan bagaimana kita harus bersikap.
Kesombongan adalah sebuah dosa, dan berarti dikuasai oleh iblis. Ingat, iblis lah yang menghasut Adam dan Hawa untuk merasa sama seperti Tuhan, dan akhirnya manusia jatuh ke dalam dosa. Rendah hati tidaklah sama dengan rendah diri. Saya yakin, kita semua telah mempunyai kemampuan lengkap dalam berbagai bidang untuk tampil beda ditengah orang banyak. Ketika itu berhasil kita lakukan, jangan membanggakan diri secara berlebihan, tapi bersyukurlah selalu kepada Tuhan atas berkat, karunia dan talenta yang diberikanNya pada kita. Dan pakailah semuanya itu untuk meninggikan dan memuliakan Tuhan dimanapun anda berada.
========================
“Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya,”
Kelimpahan berkat dari Tuhan selalu dinantikan oleh semua orang. Ironisnya, berkat2 yang melimpah tersebut, jika tidak disikapi dengan bijaksana, berpotensi besar untuk membuat orang jadi lupa diri dan sombong. Orang cenderung sombong karena merasa sangat pintar, kaya raya, penuh bakat, punya sederet gelar, terkenal dan lain2. Padahal, semua itu adalah berkat yang harusnya disyukuri, dan dipakai untuk menolong sesama kita yang membutuhkan. Tuhan Yesus sendiri memberi teladan yang sangat nyata. Pada masa itu, membasuh kaki adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh hamba terendah. Tapi Tuhan Yesus melakukannya kepada para muridNya, sebuah ajaran luar biasa dengan memperagakan bagaimana kita harus bersikap.
Kesombongan adalah sebuah dosa, dan berarti dikuasai oleh iblis. Ingat, iblis lah yang menghasut Adam dan Hawa untuk merasa sama seperti Tuhan, dan akhirnya manusia jatuh ke dalam dosa. Rendah hati tidaklah sama dengan rendah diri. Saya yakin, kita semua telah mempunyai kemampuan lengkap dalam berbagai bidang untuk tampil beda ditengah orang banyak. Ketika itu berhasil kita lakukan, jangan membanggakan diri secara berlebihan, tapi bersyukurlah selalu kepada Tuhan atas berkat, karunia dan talenta yang diberikanNya pada kita. Dan pakailah semuanya itu untuk meninggikan dan memuliakan Tuhan dimanapun anda berada.
Ibarat padi, semakin berisi, semakin merunduk. Bersyukurlah dan selalu muliakan Tuhan dengan perbuatanmu yang dipenuhi kerendahan hati dimanapun anda berada.
Kisah Sukses : Philip Mantofa (Mawar Sharon Church)
Philip Mantofa
Philip Mantofa lahir di Surabaya pada tanggal 27 September 1974, dia merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Semuanya laki-laki. Waktu kecil Philip sering step dan kejang-kejang. Dalam kekalutan ibunya berkata kepada Tuhan :"Tuhan, jangan diambil! Anak ini saya berikan kepadaMu! Jaga dia, Tuhan!" Setelah agak besar, Phlip masih mengalami kesulitan untuk berjalan. Oleh Dokter disarankan untuk memakai sepatu dari besi yang biasa digunakan untuk anak yang cacat karena polio. Hal ini membuatnya menjadi minder dan tidak mau keluar rumah.
Papa Philip walaupun bukan orang Kristen, tetapi mengijinkan Philip mengikuti sekolah minggu di gereja.Waktu Philip akan masuk SD, orang tuanya menyekolahkan ke Taiwan. Hal ini untuk sekalian perawatan kesehatannya. Bersama dengan kakaknya Maxixe, Philip sekolah di Ho Bu Guo Xiao, Taipei, Taiwan. Kenakalannya menjadi-jadi saat mulai sekolah di Taiwan. Philip gampang sekali emosi, marah dan berkelahi dengan teman-temannya.
Tak lama kemudian mereka pulang ke Indonesia dan bersekolah di SDK St. Aloysius, Kepanjen Surabaya. Tiap hari Philip berkelahi dan itu terus berulang sampai ia masuk SMP. Suatu saat pernah ada kakak kelasnya yang tidak terima dan mengajak seorang tentara untuk membunuh Philip. Dengan berbagai pertimbangan orang tuanya menyekolahkannya ke Singapura.
Di Singapura, ia terlibat dalam okultisme, dari mempelajari buku yang dibeli di Singapura. Saat sekolah ia mengalami pelecehan seks oleh pembimbing / guru lesnya. Hal itu menambah kepahitan dalam hidupnya. Selain itu Philip sering berkelahi dengan anak-anak di lingkungannya.
Kedua orang tua Philip kemudian menyekolahkannya ke Kanada bersama kedua saudaranya. Dibawah bimbingan Pdt Sonny, Gereja "Emmanuel Indonesian Christian Fellowship", semua roh-roh jahat dilepaskan. Hal itu tidak berlangsung secara mudah, tetapi membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Philip dibaptis di gereja itu dan mulai dibentuk karakternya oleh Tuhan.
Ketika memutuskan untuk kuliah di Sekolah Theologia, dia takut mengutarakan keinginannya itu kepada ayahnya. Karena ayahnya belum mengenal Tuhan. Selama 3 hari ia mengurung diri di kamar. Ia berdoa, stress! Saat ia mengatakan ke ayahnya, diluar dugaan ayahnya cuma menjawab pendek "Oke, bagus, Lip! Papa dukung!"
Philip menyelesaikan studinya di Columbia Bible College Canada, dan diwisuda pada 20 April 1996. Semua itu dilaluinya dengan tidak mudah. Ia sempat praktek di Ungaran Jawa Tengah pada tahun 1994. Philip harus adaptasi dengan lingkungan yang ada. Tetapi semuanya itu dijalani dengan suka cita.
Saat ia ulang tahun, papanya bermaksud membelikan mobil Mercedes. Tapi ia menolak, alasannya, anak-anak rohaninya banyak yang masih jalan kaki atau naik angkutan umum, mana mungkin dia sebagai bapak rohani naik Mercedes.
Philip menikah dengan Irine dan memiliki seorang anak perempuan bernama Vanessa. Irine menceritakan perkenalan dengan Philip. Sebagai istri hamba Tuhan, ia menyadari kalau harus berbagi dengan Tuhan.
Pelayanan Philip berhasil karena cintanya dengan Tuhan. Ia selalu membaca Firman dan berdoa setiap hari. Pada saat penyembahan dilakukan lawatan Tuhan hadir, sehingga membuat orang-orang disekelilingnya menangis. Padahal penyembahan yang dilakukan sama dengan yang orang lain lakukan.
Pada suatu retreat tahun 2003, ketika dalam suasana penyembahan, tiba-tiba Siane (penulis buku), dapat melihat adanya kabut tipis dua lapis turun dan naik secara teratur di sekeliling tubuhnya. Dan ketika acara tersebut berakhir, hampir seluruh area altar dipenuhi oleh kabut tipis itu. Bapak Ongky, bagian multimedia, mengisahkan saat akan mengarahkan gambar ke Philip, gambarnya menjadi kabur. Sedangkan bila kamera diarahkan ke peserta retreat, gambar yang dihasilkan tampak terang dan jelas.
Didalam acara Festival Kuasa Allah, banyak mujizat dan kesembuhan terjadi. Seorang bapak yang lumpuh berkata seperti dialiri air yang sejuk dan bapak itu bisa langsung melompat berdiri. Juga seorang ibu yang lumpuh kaki kanannya dan harus berjalan dengan tongkat. Ia merasa sesuatu yang panas menjamahnya dan ia bisa berjalan tanpa menggunakan tongkatnya. Halleluya.
Mengenai imannya, ada cerita yang mengesankan. Waktu KKR di Salatiga. Semua orang sudah siap di lapangan ketika hujan deras tiba-tiba membuyarkan acara. Semua orang semburat mencari tempat berteduh termasuk pemimpin pujiannya. Padahal KKR harus dimulai. Waktu itu Pak Philip maju dan mengambil mic. Ia menaikkan satu pujian dan menyanyikannya berulang-ulang. Melihat itu, semua orang mau tidak mau maju ke panggung. Kemudian apa yang terjadi setelah itu ? Hujan itu cuma bertahan sekitar 10 hingga 15 menit. Setelah itu berhenti.
Begitu berhenti Philip langsung memberikan mic nya kepada song leader sambil berbisik ditelinganya. "Lain kali kalau menghadapi situasi seperti ini gunakan imanmu."
Melalui Pdt Philip, banyak anak muda terpanggil, menjadi pekerja pelayanan full timer.
Sumber : Before 30
Philip Mantofa lahir di Surabaya pada tanggal 27 September 1974, dia merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Semuanya laki-laki. Waktu kecil Philip sering step dan kejang-kejang. Dalam kekalutan ibunya berkata kepada Tuhan :"Tuhan, jangan diambil! Anak ini saya berikan kepadaMu! Jaga dia, Tuhan!" Setelah agak besar, Phlip masih mengalami kesulitan untuk berjalan. Oleh Dokter disarankan untuk memakai sepatu dari besi yang biasa digunakan untuk anak yang cacat karena polio. Hal ini membuatnya menjadi minder dan tidak mau keluar rumah.
Papa Philip walaupun bukan orang Kristen, tetapi mengijinkan Philip mengikuti sekolah minggu di gereja.Waktu Philip akan masuk SD, orang tuanya menyekolahkan ke Taiwan. Hal ini untuk sekalian perawatan kesehatannya. Bersama dengan kakaknya Maxixe, Philip sekolah di Ho Bu Guo Xiao, Taipei, Taiwan. Kenakalannya menjadi-jadi saat mulai sekolah di Taiwan. Philip gampang sekali emosi, marah dan berkelahi dengan teman-temannya.
Tak lama kemudian mereka pulang ke Indonesia dan bersekolah di SDK St. Aloysius, Kepanjen Surabaya. Tiap hari Philip berkelahi dan itu terus berulang sampai ia masuk SMP. Suatu saat pernah ada kakak kelasnya yang tidak terima dan mengajak seorang tentara untuk membunuh Philip. Dengan berbagai pertimbangan orang tuanya menyekolahkannya ke Singapura.
Di Singapura, ia terlibat dalam okultisme, dari mempelajari buku yang dibeli di Singapura. Saat sekolah ia mengalami pelecehan seks oleh pembimbing / guru lesnya. Hal itu menambah kepahitan dalam hidupnya. Selain itu Philip sering berkelahi dengan anak-anak di lingkungannya.
Kedua orang tua Philip kemudian menyekolahkannya ke Kanada bersama kedua saudaranya. Dibawah bimbingan Pdt Sonny, Gereja "Emmanuel Indonesian Christian Fellowship", semua roh-roh jahat dilepaskan. Hal itu tidak berlangsung secara mudah, tetapi membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Philip dibaptis di gereja itu dan mulai dibentuk karakternya oleh Tuhan.
Ketika memutuskan untuk kuliah di Sekolah Theologia, dia takut mengutarakan keinginannya itu kepada ayahnya. Karena ayahnya belum mengenal Tuhan. Selama 3 hari ia mengurung diri di kamar. Ia berdoa, stress! Saat ia mengatakan ke ayahnya, diluar dugaan ayahnya cuma menjawab pendek "Oke, bagus, Lip! Papa dukung!"
Philip menyelesaikan studinya di Columbia Bible College Canada, dan diwisuda pada 20 April 1996. Semua itu dilaluinya dengan tidak mudah. Ia sempat praktek di Ungaran Jawa Tengah pada tahun 1994. Philip harus adaptasi dengan lingkungan yang ada. Tetapi semuanya itu dijalani dengan suka cita.
Saat ia ulang tahun, papanya bermaksud membelikan mobil Mercedes. Tapi ia menolak, alasannya, anak-anak rohaninya banyak yang masih jalan kaki atau naik angkutan umum, mana mungkin dia sebagai bapak rohani naik Mercedes.
Philip menikah dengan Irine dan memiliki seorang anak perempuan bernama Vanessa. Irine menceritakan perkenalan dengan Philip. Sebagai istri hamba Tuhan, ia menyadari kalau harus berbagi dengan Tuhan.
Pelayanan Philip berhasil karena cintanya dengan Tuhan. Ia selalu membaca Firman dan berdoa setiap hari. Pada saat penyembahan dilakukan lawatan Tuhan hadir, sehingga membuat orang-orang disekelilingnya menangis. Padahal penyembahan yang dilakukan sama dengan yang orang lain lakukan.
Pada suatu retreat tahun 2003, ketika dalam suasana penyembahan, tiba-tiba Siane (penulis buku), dapat melihat adanya kabut tipis dua lapis turun dan naik secara teratur di sekeliling tubuhnya. Dan ketika acara tersebut berakhir, hampir seluruh area altar dipenuhi oleh kabut tipis itu. Bapak Ongky, bagian multimedia, mengisahkan saat akan mengarahkan gambar ke Philip, gambarnya menjadi kabur. Sedangkan bila kamera diarahkan ke peserta retreat, gambar yang dihasilkan tampak terang dan jelas.
Didalam acara Festival Kuasa Allah, banyak mujizat dan kesembuhan terjadi. Seorang bapak yang lumpuh berkata seperti dialiri air yang sejuk dan bapak itu bisa langsung melompat berdiri. Juga seorang ibu yang lumpuh kaki kanannya dan harus berjalan dengan tongkat. Ia merasa sesuatu yang panas menjamahnya dan ia bisa berjalan tanpa menggunakan tongkatnya. Halleluya.
Mengenai imannya, ada cerita yang mengesankan. Waktu KKR di Salatiga. Semua orang sudah siap di lapangan ketika hujan deras tiba-tiba membuyarkan acara. Semua orang semburat mencari tempat berteduh termasuk pemimpin pujiannya. Padahal KKR harus dimulai. Waktu itu Pak Philip maju dan mengambil mic. Ia menaikkan satu pujian dan menyanyikannya berulang-ulang. Melihat itu, semua orang mau tidak mau maju ke panggung. Kemudian apa yang terjadi setelah itu ? Hujan itu cuma bertahan sekitar 10 hingga 15 menit. Setelah itu berhenti.
Begitu berhenti Philip langsung memberikan mic nya kepada song leader sambil berbisik ditelinganya. "Lain kali kalau menghadapi situasi seperti ini gunakan imanmu."
Melalui Pdt Philip, banyak anak muda terpanggil, menjadi pekerja pelayanan full timer.
Sumber : Before 30
Label:
Kisah Sukses Tokoh Kristen
Nasihat Edmund Hillary
Penakluk pertama Mount Everest, puncak tertinggi dunia di Pegunungan Himalaya, Sir Edmund Hillary, pernah ditanya wartawan apa yang paling ditakutinya dalam menjelajah alam. Dia lalu mengaku tidak takut pada binatang buas, jurang yang curam, bongkahan es raksasa, atau padang pasir yang luas dan gersang sekali pun!
Lantas apa? “Sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari kaki,” kata Hillary. Wartawan heran, tetapi sang penjelajah melanjutkan kata-katanya, “Sebutir pasir yang masuk di sela-sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sadar, kaki pun
tak bisa digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang penjelajah sebab dia harus ditandu.”
Harimau, buaya, dan beruang –meski buas– adalah binatang yang secara naluriah takut menghadapi manusia. Sedang menghadapi jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir, seorang penjelajah sudah punya persiapan memadai. Tetapi, jika menghadapi sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.
Apa yang dinyatakan Hillary, kalau kita renungkan, sebetulnya sama dengan orang yang mengabaikan dosa-dosa kecil. Orang yang malakukan dosa kecil –misalnya mencoba-coba mencicipi minuman keras atau membicarakan keburukan orang lain– sering menganggap hal itu adalah dosa yang kecil. Karena itu, banyak orang yang kebablasan melakukan dosa-dosa kecil sehingga lambat laun jadi kebiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan, dosa kecil itu pun akan berubah jadi dosa besar yang sangat membahayakan dirinya dan masyarakat.
Lantas apa? “Sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari kaki,” kata Hillary. Wartawan heran, tetapi sang penjelajah melanjutkan kata-katanya, “Sebutir pasir yang masuk di sela-sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sadar, kaki pun
tak bisa digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang penjelajah sebab dia harus ditandu.”
Harimau, buaya, dan beruang –meski buas– adalah binatang yang secara naluriah takut menghadapi manusia. Sedang menghadapi jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir, seorang penjelajah sudah punya persiapan memadai. Tetapi, jika menghadapi sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.
Apa yang dinyatakan Hillary, kalau kita renungkan, sebetulnya sama dengan orang yang mengabaikan dosa-dosa kecil. Orang yang malakukan dosa kecil –misalnya mencoba-coba mencicipi minuman keras atau membicarakan keburukan orang lain– sering menganggap hal itu adalah dosa yang kecil. Karena itu, banyak orang yang kebablasan melakukan dosa-dosa kecil sehingga lambat laun jadi kebiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan, dosa kecil itu pun akan berubah jadi dosa besar yang sangat membahayakan dirinya dan masyarakat.
Jumat, 25 Januari 2008
The Way to Live is To Die
Ayat Bacaan: Yoh 12:24
===================
Gandum adalah tanaman jenis rumput yang menghasilkan biji2an ketika siap panen, dan sudah dikenal sejak jaman purbakala,penting sebagai sumber makanan manusia. Gandum ini pada perkembangannya dipakai untuk membuat roti, karena lebih baik dibandingkan biji2an lain. Malah sampai sekarang orang masih mengkonsumsi gandum, terutama bagi mereka yang sedang diet dan memerlukan makanan berserat yang baik untuk pencernaan.
Begitu uniknya biji gandum, dari sisi sifat tanamannya. Sebuah biji gandum dapat memberikan banyak biji2 gandum baru, justru ketika si biji gandum asalnya mati. Dan ini dijadikan Yesus Kristus untuk menunjukkan betapa pentingnya mati untuk dapat hidup subur penuh buah berkat yang manis.
Ya, tentu kita semua tahu bahwa perumpamaan ini dipakai Yesus untuk memberitakan kematianNya, menjawab Andreas dan Filipus. Yesus wafat, mengorbankan dirinya sendiri untuk menebus dosa2 kita. Tapi perumpamaan Kristus tentang biji gandum juga tepat untuk ditujukan ke kita, murid2Nya. Jadi, apakah kita juga harus mati di kayu salib agar bisa berbuah?
Tidak, Tuhan tidak menginginkan kita semua untuk disalibkan. Yang harus mati adalah nafsu kedagingan agar roh kerohanian kita dapat bertumbuh subur. Seringkali roh kita kalah dikuasai oleh kedagingan kita. Betapa sering kita merasa terlalu lelah, hingga kita melewatkan saat2 teduh, saat2 intim bersama Bapa. Betapa sering kita merasa berat untuk berpisah dari kasur dan bantal di pagi hari, untuk kemudian bertemu dan menyembah Dia. Betapa sering kita lebih memilih untuk membeli tabloid gosip ketimbang mempersiapkan renungan harian untuk bulan depan. Kedagingan kita jika masih hidup, tidak akan bisa memberikan apa2. Untuk mengalahkan kedagingan itu, saya akui, bukanlah hal yang mudah. Begitu banyak godaan duniawi yang bisa membuat kita terseret arus dengan cepatnya. Tapi yakinlah, jika kita tekun dan selalu tumbuh dalam doa, pujian dan penyembahan, kedagingan akan segera dikalahkan oleh kerohanian kita. Dan hasilnya? buah2 yang banyak dan manis pun akan kita dapatkan. Gandum, ketika baru tumbuh, tidak berbeda jauh dari rerumputan biasa. Tapi ketika siap panen, bulir2nya akan dapat dengan mudah dibedakan. Ya, kita pun demikian. Mungkin kita pada awalnya akan terlihat sama dengan saudara2 kita yang lain, tetapi yakinlah, jika kita selalu setia dan memuliakan Dia, mengikuti firman Tuhan dan tetap melatih diri kita untuk tekun sebagai murid Yesus dan anak Allah yang benar, kita akan terlihat berbeda dari sekeliling kita. Semoga kita semua tumbuh subur dan berbuah.. amin.
===================
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."
Gandum adalah tanaman jenis rumput yang menghasilkan biji2an ketika siap panen, dan sudah dikenal sejak jaman purbakala,penting sebagai sumber makanan manusia. Gandum ini pada perkembangannya dipakai untuk membuat roti, karena lebih baik dibandingkan biji2an lain. Malah sampai sekarang orang masih mengkonsumsi gandum, terutama bagi mereka yang sedang diet dan memerlukan makanan berserat yang baik untuk pencernaan.
Begitu uniknya biji gandum, dari sisi sifat tanamannya. Sebuah biji gandum dapat memberikan banyak biji2 gandum baru, justru ketika si biji gandum asalnya mati. Dan ini dijadikan Yesus Kristus untuk menunjukkan betapa pentingnya mati untuk dapat hidup subur penuh buah berkat yang manis.
Ya, tentu kita semua tahu bahwa perumpamaan ini dipakai Yesus untuk memberitakan kematianNya, menjawab Andreas dan Filipus. Yesus wafat, mengorbankan dirinya sendiri untuk menebus dosa2 kita. Tapi perumpamaan Kristus tentang biji gandum juga tepat untuk ditujukan ke kita, murid2Nya. Jadi, apakah kita juga harus mati di kayu salib agar bisa berbuah?
Tidak, Tuhan tidak menginginkan kita semua untuk disalibkan. Yang harus mati adalah nafsu kedagingan agar roh kerohanian kita dapat bertumbuh subur. Seringkali roh kita kalah dikuasai oleh kedagingan kita. Betapa sering kita merasa terlalu lelah, hingga kita melewatkan saat2 teduh, saat2 intim bersama Bapa. Betapa sering kita merasa berat untuk berpisah dari kasur dan bantal di pagi hari, untuk kemudian bertemu dan menyembah Dia. Betapa sering kita lebih memilih untuk membeli tabloid gosip ketimbang mempersiapkan renungan harian untuk bulan depan. Kedagingan kita jika masih hidup, tidak akan bisa memberikan apa2. Untuk mengalahkan kedagingan itu, saya akui, bukanlah hal yang mudah. Begitu banyak godaan duniawi yang bisa membuat kita terseret arus dengan cepatnya. Tapi yakinlah, jika kita tekun dan selalu tumbuh dalam doa, pujian dan penyembahan, kedagingan akan segera dikalahkan oleh kerohanian kita. Dan hasilnya? buah2 yang banyak dan manis pun akan kita dapatkan. Gandum, ketika baru tumbuh, tidak berbeda jauh dari rerumputan biasa. Tapi ketika siap panen, bulir2nya akan dapat dengan mudah dibedakan. Ya, kita pun demikian. Mungkin kita pada awalnya akan terlihat sama dengan saudara2 kita yang lain, tetapi yakinlah, jika kita selalu setia dan memuliakan Dia, mengikuti firman Tuhan dan tetap melatih diri kita untuk tekun sebagai murid Yesus dan anak Allah yang benar, kita akan terlihat berbeda dari sekeliling kita. Semoga kita semua tumbuh subur dan berbuah.. amin.
Jadilah biji gandum, tumbuhlah subur dan panenlah banyak buah yang manis
The Way to Live is To Die
Ayat Bacaan: Yoh 12:24
===================
Gandum adalah tanaman jenis rumput yang menghasilkan biji2an ketika siap panen, dan sudah dikenal sejak jaman purbakala,penting sebagai sumber makanan manusia. Gandum ini pada perkembangannya dipakai untuk membuat roti, karena lebih baik dibandingkan biji2an lain. Malah sampai sekarang orang masih mengkonsumsi gandum, terutama bagi mereka yang sedang diet dan memerlukan makanan berserat yang baik untuk pencernaan.
Begitu uniknya biji gandum, dari sisi sifat tanamannya. Sebuah biji gandum dapat memberikan banyak biji2 gandum baru, justru ketika si biji gandum asalnya mati. Dan ini dijadikan Yesus Kristus untuk menunjukkan betapa pentingnya mati untuk dapat hidup subur penuh buah berkat yang manis.
Ya, tentu kita semua tahu bahwa perumpamaan ini dipakai Yesus untuk memberitakan kematianNya, menjawab Andreas dan Filipus. Yesus wafat, mengorbankan dirinya sendiri untuk menebus dosa2 kita. Tapi perumpamaan Kristus tentang biji gandum juga tepat untuk ditujukan ke kita, murid2Nya. Jadi, apakah kita juga harus mati di kayu salib agar bisa berbuah?
Tidak, Tuhan tidak menginginkan kita semua untuk disalibkan. Yang harus mati adalah nafsu kedagingan agar roh kerohanian kita dapat bertumbuh subur. Seringkali roh kita kalah dikuasai oleh kedagingan kita. Betapa sering kita merasa terlalu lelah, hingga kita melewatkan saat2 teduh, saat2 intim bersama Bapa. Betapa sering kita merasa berat untuk berpisah dari kasur dan bantal di pagi hari, untuk kemudian bertemu dan menyembah Dia. Betapa sering kita lebih memilih untuk membeli tabloid gosip ketimbang mempersiapkan renungan harian untuk bulan depan. Kedagingan kita jika masih hidup, tidak akan bisa memberikan apa2. Untuk mengalahkan kedagingan itu, saya akui, bukanlah hal yang mudah. Begitu banyak godaan duniawi yang bisa membuat kita terseret arus dengan cepatnya. Tapi yakinlah, jika kita tekun dan selalu tumbuh dalam doa, pujian dan penyembahan, kedagingan akan segera dikalahkan oleh kerohanian kita. Dan hasilnya? buah2 yang banyak dan manis pun akan kita dapatkan. Gandum, ketika baru tumbuh, tidak berbeda jauh dari rerumputan biasa. Tapi ketika siap panen, bulir2nya akan dapat dengan mudah dibedakan. Ya, kita pun demikian. Mungkin kita pada awalnya akan terlihat sama dengan saudara2 kita yang lain, tetapi yakinlah, jika kita selalu setia dan memuliakan Dia, mengikuti firman Tuhan dan tetap melatih diri kita untuk tekun sebagai murid Yesus dan anak Allah yang benar, kita akan terlihat berbeda dari sekeliling kita. Semoga kita semua tumbuh subur dan berbuah.. amin.
===================
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."
Gandum adalah tanaman jenis rumput yang menghasilkan biji2an ketika siap panen, dan sudah dikenal sejak jaman purbakala,penting sebagai sumber makanan manusia. Gandum ini pada perkembangannya dipakai untuk membuat roti, karena lebih baik dibandingkan biji2an lain. Malah sampai sekarang orang masih mengkonsumsi gandum, terutama bagi mereka yang sedang diet dan memerlukan makanan berserat yang baik untuk pencernaan.
Begitu uniknya biji gandum, dari sisi sifat tanamannya. Sebuah biji gandum dapat memberikan banyak biji2 gandum baru, justru ketika si biji gandum asalnya mati. Dan ini dijadikan Yesus Kristus untuk menunjukkan betapa pentingnya mati untuk dapat hidup subur penuh buah berkat yang manis.
Ya, tentu kita semua tahu bahwa perumpamaan ini dipakai Yesus untuk memberitakan kematianNya, menjawab Andreas dan Filipus. Yesus wafat, mengorbankan dirinya sendiri untuk menebus dosa2 kita. Tapi perumpamaan Kristus tentang biji gandum juga tepat untuk ditujukan ke kita, murid2Nya. Jadi, apakah kita juga harus mati di kayu salib agar bisa berbuah?
Tidak, Tuhan tidak menginginkan kita semua untuk disalibkan. Yang harus mati adalah nafsu kedagingan agar roh kerohanian kita dapat bertumbuh subur. Seringkali roh kita kalah dikuasai oleh kedagingan kita. Betapa sering kita merasa terlalu lelah, hingga kita melewatkan saat2 teduh, saat2 intim bersama Bapa. Betapa sering kita merasa berat untuk berpisah dari kasur dan bantal di pagi hari, untuk kemudian bertemu dan menyembah Dia. Betapa sering kita lebih memilih untuk membeli tabloid gosip ketimbang mempersiapkan renungan harian untuk bulan depan. Kedagingan kita jika masih hidup, tidak akan bisa memberikan apa2. Untuk mengalahkan kedagingan itu, saya akui, bukanlah hal yang mudah. Begitu banyak godaan duniawi yang bisa membuat kita terseret arus dengan cepatnya. Tapi yakinlah, jika kita tekun dan selalu tumbuh dalam doa, pujian dan penyembahan, kedagingan akan segera dikalahkan oleh kerohanian kita. Dan hasilnya? buah2 yang banyak dan manis pun akan kita dapatkan. Gandum, ketika baru tumbuh, tidak berbeda jauh dari rerumputan biasa. Tapi ketika siap panen, bulir2nya akan dapat dengan mudah dibedakan. Ya, kita pun demikian. Mungkin kita pada awalnya akan terlihat sama dengan saudara2 kita yang lain, tetapi yakinlah, jika kita selalu setia dan memuliakan Dia, mengikuti firman Tuhan dan tetap melatih diri kita untuk tekun sebagai murid Yesus dan anak Allah yang benar, kita akan terlihat berbeda dari sekeliling kita. Semoga kita semua tumbuh subur dan berbuah.. amin.
Jadilah biji gandum, tumbuhlah subur dan panenlah banyak buah yang manis
Kisah Sukses : Pendeta Kong Hee (City Harvest Church Singapore)
Kong Hee, Seorang Pendiri Gereja
Kong Hee menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya pada tahun 1975. Setelah pertobatannya, Kong menghadiri pertemuan kecil di Gereja Anglican selama 13 tahun. Setelah lulus dan meraih gelar sarjana komputer dari Universitas National di Singapura, dan setelah sempat bekerja di Gereja Anglican, Kong berencana memulai pelayanannya di Filipina. Ketika itu itulah ia merasa Tuhan menggerakkan hatinya untuk memulai gereja di daerah pinggiran Singapura. Pada tanggal 7 Mei 1989, Gereja City Harvest didirikan dan terdiri dari 20 orang anak muda.
Kini, gereja Khong Hee termasuk gereja yang unik di kawasan Asia karena beberapa alasan berikut ini:
1. Dengan jemaat yang berjumlah 23.000 orang, gereja yang dibangun Kong Hee adalah gereja terbesar kedua di kawasan Asia.
2. Seluruh dinding komplek gedung gereja yang dilapisi titanium dan yang dibangun di bawah tanah itu berharga senilai 28 juta dollar dan telah dibayar dengan lunas.
3. Gaya penyembahan dan pelayanan gereja yang ada di gereja Kong Hee termasuk yang paling kontemporer dan progresif di seluruh dunia.
4. Dengan tingkat pertumbuhan melahirkan 1 gereja setiap 3 bulannya, CHC adalah sebuah gereja misi.
5. Memiliki Sekolah Pendalaman Alkitab jangka pendek yang tersebar luas di seluruh kawasan Asia Tenggara, dan memiliki 10 cabang sekolah di kawasan Timur Jauh, pemuridan menjadi jantung kegiatan CHC.
6. Karena penekanannya untuk menjangkau jiwa, pikiran dan keberadaan anak-anak muda, Konferensi Emerge CHC di seluruh kawasan Asia menarik puluhan ribu anak muda sejak tahun 2004.
7. Motto CHC yaitu kristos kai kosmos, yaitu membawa Kristus ke lingkungan pekerjaan dan kebudayaan masyarakat yang kontemporer dengan cara yang relevan.
Kong Hee, Seorang Pelayan Kemanusiaan
Tahun 1995, Kong merasakan panggilan Tuhan untuk membangun sebuah "Gereja Tanpa Tembok," untuk membawa kasih Kristus keluar dan melintasi keempat pilar gereja dengan cara yang penuh belas kasihan dan praktis. Sejak itu, etos hidup Kong yaitu "menemukan kebutuhan dan memenuhi kebutuhan itu, mencari orang terluka dan menyembuhkannya."
Pada tahun 1997, Asosiasi Pelayanan Komunitas City Harvest didirikan untuk menjangkau orang-orang yang kurang beruntung, tanpa memandang suku, bahasa atau agama. CHCSA memulihkan 17.000 kowa di Singapore setiap tahunnya, sementara membangun dan mengelola banyak sekolah, pusat-pusat kesehatan dan panti-panti asuhan di daerah-daerah kumuh di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai orang yang paling dikenal dan orang yang paling sering dicari di kalangan pembicara internasional, Kong menerima ratusan undangan setiap tahunnya untuk mengajar di berbagai universitas, perusahaan-perusahaan, gereja-gereja, dan konferensi-konferensi di seluruh dunia. Sampai detik ini, lebih dari 1 juta orang telah menghadiri seminar-seminarnya, sementara itu tidak terhitung orang-orang di kawasan Asia yang telah mendengarkan kotbahnya melalui siaran televisi mingguan berdurasi 30 menit, "Harvest Time". Kong telah berbicara di negara-negara ini: Armenia, Australia, Canada, China, Fiji, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Kazakhstan, Malaysia, New Zealand, Papua, Filipina, Rusia, Singapore, Afrika Selatan, Korea Selatan, Swedia, Taiwan, USA, Ukraine, dan Vietnam.
Kong Hee, Seorang Pengusaha
Kong dan istrinya adalah juga pemilik dari 4 outlet fashion. Adapun lokasi outlet-outlet milik Kong tersebar di sepanjang Jalan Orchard sampai ke Pelabuhan Marina, yang merupakan jalur belanja utama di Singapore. Sebagai seorang pemilik usaha, Kong tidak pernah menerima gaji lagi dari CHC sejak tahun 2005. Mereka berdua melayani gereja dan kegiatan-kegiatan masyarakat sebagai sukarelawan, seperti juga orang-orang lainnya yang menjadi anggota dari organisasi-organisasi non-profit.
Kini, gereja Khong Hee termasuk gereja yang unik di kawasan Asia karena beberapa alasan berikut ini:
1. Dengan jemaat yang berjumlah 23.000 orang, gereja yang dibangun Kong Hee adalah gereja terbesar kedua di kawasan Asia.
2. Seluruh dinding komplek gedung gereja yang dilapisi titanium dan yang dibangun di bawah tanah itu berharga senilai 28 juta dollar dan telah dibayar dengan lunas.
3. Gaya penyembahan dan pelayanan gereja yang ada di gereja Kong Hee termasuk yang paling kontemporer dan progresif di seluruh dunia.
4. Dengan tingkat pertumbuhan melahirkan 1 gereja setiap 3 bulannya, CHC adalah sebuah gereja misi.
5. Memiliki Sekolah Pendalaman Alkitab jangka pendek yang tersebar luas di seluruh kawasan Asia Tenggara, dan memiliki 10 cabang sekolah di kawasan Timur Jauh, pemuridan menjadi jantung kegiatan CHC.
6. Karena penekanannya untuk menjangkau jiwa, pikiran dan keberadaan anak-anak muda, Konferensi Emerge CHC di seluruh kawasan Asia menarik puluhan ribu anak muda sejak tahun 2004.
7. Motto CHC yaitu kristos kai kosmos, yaitu membawa Kristus ke lingkungan pekerjaan dan kebudayaan masyarakat yang kontemporer dengan cara yang relevan.
Kong Hee, Seorang Pelayan Kemanusiaan
Tahun 1995, Kong merasakan panggilan Tuhan untuk membangun sebuah "Gereja Tanpa Tembok," untuk membawa kasih Kristus keluar dan melintasi keempat pilar gereja dengan cara yang penuh belas kasihan dan praktis. Sejak itu, etos hidup Kong yaitu "menemukan kebutuhan dan memenuhi kebutuhan itu, mencari orang terluka dan menyembuhkannya."
Pada tahun 1997, Asosiasi Pelayanan Komunitas City Harvest didirikan untuk menjangkau orang-orang yang kurang beruntung, tanpa memandang suku, bahasa atau agama. CHCSA memulihkan 17.000 kowa di Singapore setiap tahunnya, sementara membangun dan mengelola banyak sekolah, pusat-pusat kesehatan dan panti-panti asuhan di daerah-daerah kumuh di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai orang yang paling dikenal dan orang yang paling sering dicari di kalangan pembicara internasional, Kong menerima ratusan undangan setiap tahunnya untuk mengajar di berbagai universitas, perusahaan-perusahaan, gereja-gereja, dan konferensi-konferensi di seluruh dunia. Sampai detik ini, lebih dari 1 juta orang telah menghadiri seminar-seminarnya, sementara itu tidak terhitung orang-orang di kawasan Asia yang telah mendengarkan kotbahnya melalui siaran televisi mingguan berdurasi 30 menit, "Harvest Time". Kong telah berbicara di negara-negara ini: Armenia, Australia, Canada, China, Fiji, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Kazakhstan, Malaysia, New Zealand, Papua, Filipina, Rusia, Singapore, Afrika Selatan, Korea Selatan, Swedia, Taiwan, USA, Ukraine, dan Vietnam.
Kong Hee, Seorang Pengusaha
Kong dan istrinya adalah juga pemilik dari 4 outlet fashion. Adapun lokasi outlet-outlet milik Kong tersebar di sepanjang Jalan Orchard sampai ke Pelabuhan Marina, yang merupakan jalur belanja utama di Singapore. Sebagai seorang pemilik usaha, Kong tidak pernah menerima gaji lagi dari CHC sejak tahun 2005. Mereka berdua melayani gereja dan kegiatan-kegiatan masyarakat sebagai sukarelawan, seperti juga orang-orang lainnya yang menjadi anggota dari organisasi-organisasi non-profit.
JADILAH PELITA
Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok." Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu."
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!"
Si buta tertegun.... Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta." Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya."
Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama."
Senyap sejenak... secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya...," sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini,
"Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka."
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf. Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu. Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya.
Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan. Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam?
JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan:
Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Thx to Ezy W.
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!"
Si buta tertegun.... Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta." Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya."
Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama."
Senyap sejenak... secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya...," sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini,
"Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka."
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf. Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu. Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya.
Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan. Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam?
JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan:
Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Thx to Ezy W.
Kamis, 24 Januari 2008
Berhenti Mengeluh
Ayat bacaan: Yoh 3:16
==================
Coba hitung berapa kali kita komplain, menggerutu atau merasa kurang puas dalam hidup kita, dalam sehari. Atau coba dengar disekeliling kita, ada berapa banyak yg anda dengar dalam sehari dari orang2 lain. Betapa dalam hidup ini kita seringkali lebih merasakan kesesakan dan kepahitan, daripada bersyukur pada apa yang kita punya.
Manusia juga cenderung punya rasa ego. Kecenderungan untuk lebih fokus dan peduli hanya pada diri sendiri, ketimbang memperhatikan atau menghargai orang lain. Misalnya, banyak yg lebih peduli dan merengek2 karena kehilangan seribu rupiah, sementara tetangganya tidak bisa makan karena tidak punya uang sama sekali. Kita terlalu sering terlalu mengasihani diri sendiri, tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluh.
Allah kita adalah Allah yang penuh kasih. Saking besarnya kasihnya, Yesus pun turun ke dunia untuk menebus semua dosa2 kita. Bayangkan penderitaan dan siksaan yang harus dipikul Yesus, plus tuduhan2 dan hinaan2 yang dialamatkan kepadaNya, padahal Dia hadir untuk menyelamatkan semua manusia. Tapi Yesus tidak mengeluh dan tetap menggenapi rencana Bapa. Padahal siksaan2 diluar batas kewajaran dan daya tahan itu menerpa Yesus tanpa belas kasihan. Dilain pihak, ada berapa banyak martir, bahkan rasul Paulus pun, harus mengorbankan nyawa dengan cara yang kejam. Coba tanya pada diri kita sendiri, berapa persen penderitaan hidup kita, dibanding Yesus dan martir2 dalam perjalanan sejarah kekristenan? Seharusnya kita jangan mengeluh. Allah begitu mengasihi dunia, dan anak2Nya yang tinggal didalamnya. Seharusnya kita tetap bersyukur atas apa yang Dia berikan dalam hidup kita. Seharusnya kita bisa melihat hal2 indah dan ajaib, dan tidak hanya terpaku pada kesusahan yang kita alami. Dan percayalah, kalau Tuhan rela mengaruniakan AnakNya yang tunggal, Dia pasti peduli pada setiap permasalahan kita. Serahkan semuanya dalam tanganNya, syukuri apa yang ada, dan berhentilah mengeluh. Tuhan kita adalah Bapa yang peduli, dan pada saatnya, kita yang tetap hidup dalam Kristus akan tetap tampil sebagai pemenang, bahkan lebih dari pemenang.
==================
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal"
Coba hitung berapa kali kita komplain, menggerutu atau merasa kurang puas dalam hidup kita, dalam sehari. Atau coba dengar disekeliling kita, ada berapa banyak yg anda dengar dalam sehari dari orang2 lain. Betapa dalam hidup ini kita seringkali lebih merasakan kesesakan dan kepahitan, daripada bersyukur pada apa yang kita punya.
Manusia juga cenderung punya rasa ego. Kecenderungan untuk lebih fokus dan peduli hanya pada diri sendiri, ketimbang memperhatikan atau menghargai orang lain. Misalnya, banyak yg lebih peduli dan merengek2 karena kehilangan seribu rupiah, sementara tetangganya tidak bisa makan karena tidak punya uang sama sekali. Kita terlalu sering terlalu mengasihani diri sendiri, tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluh.
Allah kita adalah Allah yang penuh kasih. Saking besarnya kasihnya, Yesus pun turun ke dunia untuk menebus semua dosa2 kita. Bayangkan penderitaan dan siksaan yang harus dipikul Yesus, plus tuduhan2 dan hinaan2 yang dialamatkan kepadaNya, padahal Dia hadir untuk menyelamatkan semua manusia. Tapi Yesus tidak mengeluh dan tetap menggenapi rencana Bapa. Padahal siksaan2 diluar batas kewajaran dan daya tahan itu menerpa Yesus tanpa belas kasihan. Dilain pihak, ada berapa banyak martir, bahkan rasul Paulus pun, harus mengorbankan nyawa dengan cara yang kejam. Coba tanya pada diri kita sendiri, berapa persen penderitaan hidup kita, dibanding Yesus dan martir2 dalam perjalanan sejarah kekristenan? Seharusnya kita jangan mengeluh. Allah begitu mengasihi dunia, dan anak2Nya yang tinggal didalamnya. Seharusnya kita tetap bersyukur atas apa yang Dia berikan dalam hidup kita. Seharusnya kita bisa melihat hal2 indah dan ajaib, dan tidak hanya terpaku pada kesusahan yang kita alami. Dan percayalah, kalau Tuhan rela mengaruniakan AnakNya yang tunggal, Dia pasti peduli pada setiap permasalahan kita. Serahkan semuanya dalam tanganNya, syukuri apa yang ada, dan berhentilah mengeluh. Tuhan kita adalah Bapa yang peduli, dan pada saatnya, kita yang tetap hidup dalam Kristus akan tetap tampil sebagai pemenang, bahkan lebih dari pemenang.
Tuhan mengasihi kita semua. Jangan pernah ragu dan tetaplah berpegang kokoh padaNya.
Berhenti Mengeluh
Ayat bacaan: Yoh 3:16
==================
Coba hitung berapa kali kita komplain, menggerutu atau merasa kurang puas dalam hidup kita, dalam sehari. Atau coba dengar disekeliling kita, ada berapa banyak yg anda dengar dalam sehari dari orang2 lain. Betapa dalam hidup ini kita seringkali lebih merasakan kesesakan dan kepahitan, daripada bersyukur pada apa yang kita punya.
Manusia juga cenderung punya rasa ego. Kecenderungan untuk lebih fokus dan peduli hanya pada diri sendiri, ketimbang memperhatikan atau menghargai orang lain. Misalnya, banyak yg lebih peduli dan merengek2 karena kehilangan seribu rupiah, sementara tetangganya tidak bisa makan karena tidak punya uang sama sekali. Kita terlalu sering terlalu mengasihani diri sendiri, tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluh.
Allah kita adalah Allah yang penuh kasih. Saking besarnya kasihnya, Yesus pun turun ke dunia untuk menebus semua dosa2 kita. Bayangkan penderitaan dan siksaan yang harus dipikul Yesus, plus tuduhan2 dan hinaan2 yang dialamatkan kepadaNya, padahal Dia hadir untuk menyelamatkan semua manusia. Tapi Yesus tidak mengeluh dan tetap menggenapi rencana Bapa. Padahal siksaan2 diluar batas kewajaran dan daya tahan itu menerpa Yesus tanpa belas kasihan. Dilain pihak, ada berapa banyak martir, bahkan rasul Paulus pun, harus mengorbankan nyawa dengan cara yang kejam. Coba tanya pada diri kita sendiri, berapa persen penderitaan hidup kita, dibanding Yesus dan martir2 dalam perjalanan sejarah kekristenan? Seharusnya kita jangan mengeluh. Allah begitu mengasihi dunia, dan anak2Nya yang tinggal didalamnya. Seharusnya kita tetap bersyukur atas apa yang Dia berikan dalam hidup kita. Seharusnya kita bisa melihat hal2 indah dan ajaib, dan tidak hanya terpaku pada kesusahan yang kita alami. Dan percayalah, kalau Tuhan rela mengaruniakan AnakNya yang tunggal, Dia pasti peduli pada setiap permasalahan kita. Serahkan semuanya dalam tanganNya, syukuri apa yang ada, dan berhentilah mengeluh. Tuhan kita adalah Bapa yang peduli, dan pada saatnya, kita yang tetap hidup dalam Kristus akan tetap tampil sebagai pemenang, bahkan lebih dari pemenang.
==================
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal"
Coba hitung berapa kali kita komplain, menggerutu atau merasa kurang puas dalam hidup kita, dalam sehari. Atau coba dengar disekeliling kita, ada berapa banyak yg anda dengar dalam sehari dari orang2 lain. Betapa dalam hidup ini kita seringkali lebih merasakan kesesakan dan kepahitan, daripada bersyukur pada apa yang kita punya.
Manusia juga cenderung punya rasa ego. Kecenderungan untuk lebih fokus dan peduli hanya pada diri sendiri, ketimbang memperhatikan atau menghargai orang lain. Misalnya, banyak yg lebih peduli dan merengek2 karena kehilangan seribu rupiah, sementara tetangganya tidak bisa makan karena tidak punya uang sama sekali. Kita terlalu sering terlalu mengasihani diri sendiri, tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluh.
Allah kita adalah Allah yang penuh kasih. Saking besarnya kasihnya, Yesus pun turun ke dunia untuk menebus semua dosa2 kita. Bayangkan penderitaan dan siksaan yang harus dipikul Yesus, plus tuduhan2 dan hinaan2 yang dialamatkan kepadaNya, padahal Dia hadir untuk menyelamatkan semua manusia. Tapi Yesus tidak mengeluh dan tetap menggenapi rencana Bapa. Padahal siksaan2 diluar batas kewajaran dan daya tahan itu menerpa Yesus tanpa belas kasihan. Dilain pihak, ada berapa banyak martir, bahkan rasul Paulus pun, harus mengorbankan nyawa dengan cara yang kejam. Coba tanya pada diri kita sendiri, berapa persen penderitaan hidup kita, dibanding Yesus dan martir2 dalam perjalanan sejarah kekristenan? Seharusnya kita jangan mengeluh. Allah begitu mengasihi dunia, dan anak2Nya yang tinggal didalamnya. Seharusnya kita tetap bersyukur atas apa yang Dia berikan dalam hidup kita. Seharusnya kita bisa melihat hal2 indah dan ajaib, dan tidak hanya terpaku pada kesusahan yang kita alami. Dan percayalah, kalau Tuhan rela mengaruniakan AnakNya yang tunggal, Dia pasti peduli pada setiap permasalahan kita. Serahkan semuanya dalam tanganNya, syukuri apa yang ada, dan berhentilah mengeluh. Tuhan kita adalah Bapa yang peduli, dan pada saatnya, kita yang tetap hidup dalam Kristus akan tetap tampil sebagai pemenang, bahkan lebih dari pemenang.
Tuhan mengasihi kita semua. Jangan pernah ragu dan tetaplah berpegang kokoh padaNya.
Perempuan pasca melahirkan lebih kuat bercinta..?
Perempuan habis melahirkan, lebih kuat bercinta…
Itu sebuah grafiti yang tertulis dengan tinta merah di atas lantai ruang pameran Taman Budaya Yogyakarta…Entah kesan apa gerangan yang dimiliki sang seniman hingga mengguratkan tulisan penuh tafsir itu? Cukup lama saya berdiri sambil memandang dan menebak-nebak kira-kira apa maksud pernyataan itu. Mungkinkah pesannya tidak lain mau mengatakan sesuatu apa adanya, perempuan kalau melahirkan biasanya lebih kuat bercinta? Benarkah itu pengalaman sang seniman? Perempuan atau laki-lakikah dia? Saya tidak ingat lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya saat itu….Barangkali perempuan yang membaca graffiti tadi tidak semuanya sepakat dengan apa yang ditulis. Yang pasti si penulis punya pengalaman tentang atau dengan perempuan, setidak-tidaknya dengan perempuan yang melahirkan
Jujur saja, memperhatikan tulisan tadi saya langsung membayangkan mama saya, seorang perempuan yang mengandung 7 kali dan melahirkan 5 kali dan saya satu dari kelima orang yang dilahirkan itu..
Mama pernah cerita bagaimana sakitnya melahirkan. Seperti apa rasanya tidak seluruhnya ia ingat justru karena saking gembiranya melihat saya dan saudara-saudara saya lahir selamat. Pengalaman yang sama juga pernah disampaikan seorang sahabat. Kegembiraan melihat buah hatinya yang lahir sehat menggantikan seluruh pengalaman sakit melahirkan itu…
Maka pengalaman melahirkan justru menjadi pernyataan komitmen si ibu untuk mencintai si ‘buah cinta’, buah hubungan dengan sang suami. Boleh-boleh saja suami merasakan bahwa pelan-pelan perhatian istri padanya mulai berkurang karena harus merawat bayi..Tapi, jauh lebih dari itu, bayi yang lahir seharusnya mengundang suami pun untuk memberi perhatian dan cinta yang lebih besar pada yang lain. Di sini kita langsung bersentuhan dengan salah satu pesan pokok perkawinan: yakni kelahiran anak. Tujuan perkawinan tidak pernah berhenti pada kesejahteraan antara suami dan istri. Cinta yang sejati adalah cinta yang berbuah atau menghasilkan buah. Menolak kelahiran bayi dengan sengaja membuat cinta berubah menjadi egoisme interpersonal. Pendek kata, meski suami-istri saling mencintai, tapi dengan tegas menolak kelahiran anak, membuat cinta mereka betapa egoisnya– karena dinikmati berdua. Dengan kelahiran anak, baik suami dan istri saling merelakan diri, cinta dan perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang pribadi baru.
Waktu kecil masih terang bagi saya bahwa mama selalu menjadi tempat nyaman untuk mengungsi ketika papa marah. Saya cukup sering juga memperhatikan bagaimana bayi-bayi kecil ketika didatangi orang yang tidak dikenali segera berlari tertatih-tatih mendapati ibunya untuk berlindung. Dalam rangkulan, pelukan dan momongan ibu we feel at home; hiding close to her womb makes us safe.
Setelah melahirkan, ibu saya makin semangat bekerja, justru karena dia tahu tanggung jawab pun bertambah. Mencintai bukan hanya perkara lima kaleng susu Dancow yang selalu tersedia setiap pagi di meja, bukan sebatas lima liter nasi yang ditanak setiap hari; tentu bukan pula hanya dengan mainan dan uang yang memanjakan…tapi kehadiran, perhatian, kesabaran dan tentu saja sakit hati melihat anak yang kepalang bandel adalah pernyataan cinta yang sesungguhnya
Banyak hal yang harus direlakan justru setelah melahirkan. Waktu tidur mungkin anda terganggu justru karena pipis bayi tengah malam membangunkan anda atau si ibu; mencuci popok yang kotor bisa saja menghilangkan kesempatan untuk berdandan lebih cantik dan anggun setiap hari. Mengantar dan menemani si kecil ke Taman Kanak-Kanak tentu menunda niat kita untuk sesegera mungkin berkarir menghasilkan duit dan mendapat jabatan lebih tinggi…Masih banyak lagi daftar hal yang harus direlakan seorang perempuan begitu dia habis melahirkan…Anda bisa menambahkan sendiri seturut pengalaman anda. Saya kadang berpikir, mungkin inilah sebabnya kenapa cukup banyak anak muda sekarang ini, di Eropa khususnya, yang memilih married tapi tidak pingin punya anak. “Child is disturbing thing!”…Sudah sangat jelas maksudnya bukan?
Dan akhirnya mengingat-ingat lagi tulisan tadi saya pun merenungkan kerahiman Allah. Kita selalu menyebut Dia mahakuasa dan maharahim, saking seringnya sampai cenderung lupa merasakan kedalaman artinya. Saya sangat yakin kata ‘kerahaman’ atau ‘maha rahim’ yang kita pakai untuk mengungkapkan pengalaman kita akan Allah berasal dari pengalaman kita akan cinta ibu yang memelihara kita dalam rahimnya selama 9 bulan lebih dan kurang. Tidak bisa kita ingat bagaimana pengalaman di rahim ibu itu. Hanya ibu yang tahu bagaimana ia mengandung kita. Demikian pun dengan pengalaman akan Allah. Kita tidak tahu bagaimana persisnya kita terlindung dan terjamin, tapi Dia jauh lebih tahu bagaimana Dia mencintai dan memelihara kita. Allah memilih untuk mencintai meski tidak disadari atau bahkan ditolak oleh manusia, samahalnya dengan ibu yang de facto mencintai dengan mengandung meski sadar bahwa anaknya kelak tidak persis ingat bagamana pengalaman ‘dalam kandungan’ itu…
Akhirnya dengan merenungkan semuanya ini, saya berterima kasih pada Tuhan yang menciptakan perempuan dan memberikan ibu bagiku. Dari ibu saya sungguh belajar bagaimana mencintai dan akhirnya mengalami Allah dalam hidup saya. Maka tanpa harus menghapus tulisan yang ada di grafiti tadi, saya memilih untuk menulis demikian: perempuan, habis melahirkan lebih kuat mencintai. Betapa rindunya saya berjumpa ibu dan mencium rahimnya yang melahirkanku bagi dunia..Semoga kerinduan yang sama menjadi milik anda!
Salam,
Ronald,s.x.
Itu sebuah grafiti yang tertulis dengan tinta merah di atas lantai ruang pameran Taman Budaya Yogyakarta…Entah kesan apa gerangan yang dimiliki sang seniman hingga mengguratkan tulisan penuh tafsir itu? Cukup lama saya berdiri sambil memandang dan menebak-nebak kira-kira apa maksud pernyataan itu. Mungkinkah pesannya tidak lain mau mengatakan sesuatu apa adanya, perempuan kalau melahirkan biasanya lebih kuat bercinta? Benarkah itu pengalaman sang seniman? Perempuan atau laki-lakikah dia? Saya tidak ingat lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya saat itu….Barangkali perempuan yang membaca graffiti tadi tidak semuanya sepakat dengan apa yang ditulis. Yang pasti si penulis punya pengalaman tentang atau dengan perempuan, setidak-tidaknya dengan perempuan yang melahirkan
Jujur saja, memperhatikan tulisan tadi saya langsung membayangkan mama saya, seorang perempuan yang mengandung 7 kali dan melahirkan 5 kali dan saya satu dari kelima orang yang dilahirkan itu..
Mama pernah cerita bagaimana sakitnya melahirkan. Seperti apa rasanya tidak seluruhnya ia ingat justru karena saking gembiranya melihat saya dan saudara-saudara saya lahir selamat. Pengalaman yang sama juga pernah disampaikan seorang sahabat. Kegembiraan melihat buah hatinya yang lahir sehat menggantikan seluruh pengalaman sakit melahirkan itu…
Maka pengalaman melahirkan justru menjadi pernyataan komitmen si ibu untuk mencintai si ‘buah cinta’, buah hubungan dengan sang suami. Boleh-boleh saja suami merasakan bahwa pelan-pelan perhatian istri padanya mulai berkurang karena harus merawat bayi..Tapi, jauh lebih dari itu, bayi yang lahir seharusnya mengundang suami pun untuk memberi perhatian dan cinta yang lebih besar pada yang lain. Di sini kita langsung bersentuhan dengan salah satu pesan pokok perkawinan: yakni kelahiran anak. Tujuan perkawinan tidak pernah berhenti pada kesejahteraan antara suami dan istri. Cinta yang sejati adalah cinta yang berbuah atau menghasilkan buah. Menolak kelahiran bayi dengan sengaja membuat cinta berubah menjadi egoisme interpersonal. Pendek kata, meski suami-istri saling mencintai, tapi dengan tegas menolak kelahiran anak, membuat cinta mereka betapa egoisnya– karena dinikmati berdua. Dengan kelahiran anak, baik suami dan istri saling merelakan diri, cinta dan perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang pribadi baru.
Waktu kecil masih terang bagi saya bahwa mama selalu menjadi tempat nyaman untuk mengungsi ketika papa marah. Saya cukup sering juga memperhatikan bagaimana bayi-bayi kecil ketika didatangi orang yang tidak dikenali segera berlari tertatih-tatih mendapati ibunya untuk berlindung. Dalam rangkulan, pelukan dan momongan ibu we feel at home; hiding close to her womb makes us safe.
Setelah melahirkan, ibu saya makin semangat bekerja, justru karena dia tahu tanggung jawab pun bertambah. Mencintai bukan hanya perkara lima kaleng susu Dancow yang selalu tersedia setiap pagi di meja, bukan sebatas lima liter nasi yang ditanak setiap hari; tentu bukan pula hanya dengan mainan dan uang yang memanjakan…tapi kehadiran, perhatian, kesabaran dan tentu saja sakit hati melihat anak yang kepalang bandel adalah pernyataan cinta yang sesungguhnya
Banyak hal yang harus direlakan justru setelah melahirkan. Waktu tidur mungkin anda terganggu justru karena pipis bayi tengah malam membangunkan anda atau si ibu; mencuci popok yang kotor bisa saja menghilangkan kesempatan untuk berdandan lebih cantik dan anggun setiap hari. Mengantar dan menemani si kecil ke Taman Kanak-Kanak tentu menunda niat kita untuk sesegera mungkin berkarir menghasilkan duit dan mendapat jabatan lebih tinggi…Masih banyak lagi daftar hal yang harus direlakan seorang perempuan begitu dia habis melahirkan…Anda bisa menambahkan sendiri seturut pengalaman anda. Saya kadang berpikir, mungkin inilah sebabnya kenapa cukup banyak anak muda sekarang ini, di Eropa khususnya, yang memilih married tapi tidak pingin punya anak. “Child is disturbing thing!”…Sudah sangat jelas maksudnya bukan?
Dan akhirnya mengingat-ingat lagi tulisan tadi saya pun merenungkan kerahiman Allah. Kita selalu menyebut Dia mahakuasa dan maharahim, saking seringnya sampai cenderung lupa merasakan kedalaman artinya. Saya sangat yakin kata ‘kerahaman’ atau ‘maha rahim’ yang kita pakai untuk mengungkapkan pengalaman kita akan Allah berasal dari pengalaman kita akan cinta ibu yang memelihara kita dalam rahimnya selama 9 bulan lebih dan kurang. Tidak bisa kita ingat bagaimana pengalaman di rahim ibu itu. Hanya ibu yang tahu bagaimana ia mengandung kita. Demikian pun dengan pengalaman akan Allah. Kita tidak tahu bagaimana persisnya kita terlindung dan terjamin, tapi Dia jauh lebih tahu bagaimana Dia mencintai dan memelihara kita. Allah memilih untuk mencintai meski tidak disadari atau bahkan ditolak oleh manusia, samahalnya dengan ibu yang de facto mencintai dengan mengandung meski sadar bahwa anaknya kelak tidak persis ingat bagamana pengalaman ‘dalam kandungan’ itu…
Akhirnya dengan merenungkan semuanya ini, saya berterima kasih pada Tuhan yang menciptakan perempuan dan memberikan ibu bagiku. Dari ibu saya sungguh belajar bagaimana mencintai dan akhirnya mengalami Allah dalam hidup saya. Maka tanpa harus menghapus tulisan yang ada di grafiti tadi, saya memilih untuk menulis demikian: perempuan, habis melahirkan lebih kuat mencintai. Betapa rindunya saya berjumpa ibu dan mencium rahimnya yang melahirkanku bagi dunia..Semoga kerinduan yang sama menjadi milik anda!
Salam,
Ronald,s.x.
Label:
ttg perempuan
Keledai
Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam semetara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.
Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup - karena berbahaya);jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.
Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian.Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.
Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.
Sementara tetangga-2 si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengunca! ngkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur' (kesedihan, masalah,dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari 'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.
Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang,jangan pernah menyerah !
Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Tersenyumlah
6. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum
Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup - karena berbahaya);jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.
Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian.Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.
Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.
Sementara tetangga-2 si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengunca! ngkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur' (kesedihan, masalah,dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari 'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.
Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang,jangan pernah menyerah !
Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Tersenyumlah
6. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum
Rabu, 23 Januari 2008
Batu Karang
Ayat Bacaan: Mzm 91:2
=====================
akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."
Hari ini saya akan memaparkan sebuah ilustrasi. Ada sekelompok burung yang tengah terbang melintasi samudera luas. Dalam perjalanannya, tiba2 badai menerpa samudera, gelombang tinggi susul menyusul, sebuah kengerian begitu nyata membuat kelompok burung tersebut tercerai berai. Ada yang terbawa badai, terhempas dan binasa. Namun, seekor burung menemukan sebuah batu karang ditengah samudera. Dan pada batu karang tersebut, ada sebuah celah, dimana burung tersebut dapat berlindung dengan tenang dan selamat dari amukan badai yang menakutkan.
Teman, hari2 ini terkadang sangat menakutkan. Ada banyak hal dalam hidup kita yang bisa menjungkir balikkan keadaan kita dalam sekejap mata. Seringkali kita berpikir, tidak ada jaminan apapun dalam hidup ini yang bisa mengamankan kita dalam setiap situasi dan kondisi. Dalam pemikiran manusia yang serba terbatas, berbagai alternatif sebagai payung pengaman hidup pun bermunculan, mulai dari yang masuk akal hingga hal2 supranatural yang berkaitan dgn kuasa kegelapan. Seringkali orang tidak sabar menunggu datangnya bala bantuan Tuhan, yang hanya diukur dalam ukuran manusia. Pendeknya, jika berdoa saat ini, Tuhan pun akan menjawab langsung doa kita, secara instan. Jika tidak? kita akan segera mencari pola penyelamatan lainnya yg bisa memberikan solusi secara cepat, tidak perduli solusi tersebut datang dari mana asalnya.
Padahal kita punya perlindungan Batu Karang yang kokoh. 1 Korintus 10:4 dengan jelas menyebutkan bahwa batu karang itu tidak lain adalah Kristus sendiri. Hadapi semua masalah dengan tenang, teruslah tekun dalam doa,dan jangan pernah lupa akan Batu Karang tempat perlindungan kita. Kita tidak perlu takut akan kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang. Tuhan sendiri akan menuntun kita dan bersama kita di lembah paling gelap dan kelam sekalipun. Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan, buat orang yang percaya. Tetaplah berjalan dalam Tuhan kita, walaupun hari2 yang kita lalui masih gelap dan penuh tanda tanya. Pada saatnya, waktunya Tuhan, hidup anda akan kembali back on track, dengan keadaan yang malah jauh lebih baik dari sebelumnya. Bersama Yesus kita akan menggapai kemenangan demi kemenangan.
Tetaplah tenang dalam setiap masalah, ada Batu Karang yang tetap melindungi kita
=====================
akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."
Hari ini saya akan memaparkan sebuah ilustrasi. Ada sekelompok burung yang tengah terbang melintasi samudera luas. Dalam perjalanannya, tiba2 badai menerpa samudera, gelombang tinggi susul menyusul, sebuah kengerian begitu nyata membuat kelompok burung tersebut tercerai berai. Ada yang terbawa badai, terhempas dan binasa. Namun, seekor burung menemukan sebuah batu karang ditengah samudera. Dan pada batu karang tersebut, ada sebuah celah, dimana burung tersebut dapat berlindung dengan tenang dan selamat dari amukan badai yang menakutkan.
Teman, hari2 ini terkadang sangat menakutkan. Ada banyak hal dalam hidup kita yang bisa menjungkir balikkan keadaan kita dalam sekejap mata. Seringkali kita berpikir, tidak ada jaminan apapun dalam hidup ini yang bisa mengamankan kita dalam setiap situasi dan kondisi. Dalam pemikiran manusia yang serba terbatas, berbagai alternatif sebagai payung pengaman hidup pun bermunculan, mulai dari yang masuk akal hingga hal2 supranatural yang berkaitan dgn kuasa kegelapan. Seringkali orang tidak sabar menunggu datangnya bala bantuan Tuhan, yang hanya diukur dalam ukuran manusia. Pendeknya, jika berdoa saat ini, Tuhan pun akan menjawab langsung doa kita, secara instan. Jika tidak? kita akan segera mencari pola penyelamatan lainnya yg bisa memberikan solusi secara cepat, tidak perduli solusi tersebut datang dari mana asalnya.
Padahal kita punya perlindungan Batu Karang yang kokoh. 1 Korintus 10:4 dengan jelas menyebutkan bahwa batu karang itu tidak lain adalah Kristus sendiri. Hadapi semua masalah dengan tenang, teruslah tekun dalam doa,dan jangan pernah lupa akan Batu Karang tempat perlindungan kita. Kita tidak perlu takut akan kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang. Tuhan sendiri akan menuntun kita dan bersama kita di lembah paling gelap dan kelam sekalipun. Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan, buat orang yang percaya. Tetaplah berjalan dalam Tuhan kita, walaupun hari2 yang kita lalui masih gelap dan penuh tanda tanya. Pada saatnya, waktunya Tuhan, hidup anda akan kembali back on track, dengan keadaan yang malah jauh lebih baik dari sebelumnya. Bersama Yesus kita akan menggapai kemenangan demi kemenangan.
Tetaplah tenang dalam setiap masalah, ada Batu Karang yang tetap melindungi kita
Langganan:
Postingan (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2008
(1183)
-
▼
Januari
(101)
- Atasan dan Bawahan
- Atasan dan Bawahan
- Pendeta naik haji
- Koneksi Internet Mati
- Koneksi Internet Mati
- Takut Akan Tuhan
- Takut Akan Tuhan
- Sekuat Embun Pagi Ini
- KETEKUNAN YANG MENGAGUMKAN
- Seharusnya berbeda
- HadiratMu (Lirik lagu rohani)
- Kisah Sukses : Oprah Winfrey
- Menyeberangi Lautan Makian
- Silahkan mati kehausan
- Kisah Sukses : Carrie Underwood
- Ayah juga lupa
- The Way to Get Is To Give
- The Way to Get Is To Give
- The Way Up is Down
- The Way Up is Down
- Kisah Sukses : Philip Mantofa (Mawar Sharon Church)
- Nasihat Edmund Hillary
- The Way to Live is To Die
- The Way to Live is To Die
- Kisah Sukses : Pendeta Kong Hee (City Harvest Chur...
- JADILAH PELITA
- Berhenti Mengeluh
- Berhenti Mengeluh
- Perempuan pasca melahirkan lebih kuat bercinta..?
- Keledai
- Batu Karang
- Batu Karang
- Humor : Neraka
- Seterang Matahari
- Seterang Matahari
- Yaa.... Pengantinnya kok jelek?
- Obat Awet Muda
- Obat Awet Muda
- Rancangan Yang Indah
- Father's Approval
- Father's Approval
- Kekuatan Kata-Kata
- Bila Tuhan Pulas Mendengkur
- Indah nya Cinta
- Relaxing in Christ
- Relaxing in Christ
- Menatap Masa Depan
- Menatap Masa Depan
- Bebas Dari Rasa Takut
- Bebas Dari Rasa Takut
- Kisah Sebuah Jam
- Ora Et La Bora
- Ora Et La Bora
- Bukan Barang Biasa:tentang Kesepian Kita
- Telpon ke rumah Tuhan
- It's Time To Care
- It's Time To Care
- Kebahagiaan Diperoleh dari Memberi
- Indah Pada Waktunya
- Indah Pada Waktunya
- BERDOA SAMPAI SESUATU TERJADI
- Haruskah saya menjadi pendeta?
- Haruskah saya menjadi pendeta?
- Seperti yang Kau minta
- FILOSOFI KISS
- Dibentuk dalam Kristus
- Dibentuk dalam Kristus
- GOSIP !!
- Pengalaman Guru yang Baik
- Pengalaman Guru yang Baik
- Hari Baik
- Hari Baik
- DITINGGAL OLEH SAHABAT
- Making Appointment With God
- Making Appointment With God
- Pujian
- Pujian
- Ketika Cinta Mulai Bersemi
- Bapaku Seorang Pemulung
- Figur Ayah
- Figur Ayah
- Kristen Kupu-Kupu atau Lebah
- Kasih
- Kasih
- Belajar dari Pensil
- Itik Buruk Rupa
- Itik Buruk Rupa
- Cinta di Saku Celana Kita
- Nasihat para Ibu
- Tips Mengatasi Kesedihan
- Tips Mengatasi Kesedihan
- Kisah Si Ayam Dan Si Babi
- Sulitkah Memaafkan?
- Sulitkah Memaafkan?
- Kupu-Kupu Jangan Pergi..........!
- HATI ALLAH YANG HANCUR
- Spiritually Fitness
- Spiritually Fitness
- Bunga
- Penolong 24 Jam
-
▼
Januari
(101)