Ayat bacaan: 1 Korintus 9:10 ===================== "Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya." Seperti apa rasanya hidup tanpa pengharapan? Bagi saya pribadi itu rasanya mengerikan. Seandainya saya berjalan tanpa adanya harapan, tanpa impian dan cita-cita, maka segala yang saya lakukan hari ini tentu sia-sia saja. Jika saya masih berusaha hari ini, itu karena saya punya pengharapan. Apakah berusaha untuk bekerja lebih giat dan lebih baik lagi, berusaha mengasihi keluarga lebih dari sebelumnya, berusaha melayani Tuhan dengan lebih dalam dan tentu saja berusaha semakin mendekati citra Kristus, semua itu karena ada pengharapan yang saya nantikan. Ini bukanlah dalam artian pamrih, karena segala yang dilakukan atau diusahakan untuk sebuah pengharapan disini adalah dengan rasa takut atau hormat akan Tuhan, bukan dengan menghalalkan segala sesuatu termasuk menabrak larangan Tuhan. Tidak semua orang hidup dalam pengharapan. Ada banyak yang bekerja bagai robot. Bekerja setiap hari seperti jalannya sebuah program rutin tanpa memiliki tujuan, harapan atau impian. Mereka ini akan tampil sebagai orang-orang yang air mukanya keruh, tanpa kegembiraan. Seperti itulah beberapa orang yang saya kenal dan tahu bahwa mereka berjalan tanpa arah tujuan dalam hidup mereka. Siapa bilang hidup itu mudah? Hidup itu memang penuh kesulitan, dan itu seringkali menjadi sebab terampasnya kebahagiaan dari hidup seseorang. Mereka berubah menjadi pribadi-pribadi kaku, dingin dan muram karena tekanan pekerjaan yang merubah mereka hidup seperti tanpa jiwa. Sebuah sikap hati yang baik untuk ditanamkan dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan adalah bekerja atau berusaha dengan pengharapan. Sangatlah penting bagi kita untuk tetap memiliki pengharapan dalam bekerja, bukan hanya melakukannya tanpa jiwa, tanpa target, tanpa impian dan harapan. Mengapa hal ini penting? Karena tanpa pengharapan kita tak ubahnya seperti robot yang hanya berjalan sesuai program tanpa kerinduan apapun dalam hati kita. Kemarin saya sudah sampaikan pentingnya untuk memiliki visi ke depan dengan memandang lewat iman. Mungkinkah itu terjadi jika kita tidak memiliki harapan sama sekali dalam hidup kita? Tentu saja tidak. Tidak ada gunanya memandang dengan iman jauh ke depan jika kita tidak punya pengharapan apa-apa. Dalam suratnya kepada jemaat Korintus Paulus menyampaikan sesuatu yang penting mengenai pengharapan ini. Pada saat itu ia mengutip sebuah tulisan mengenai hukum Musa dalam Ulangan 25:4. Kata Paulus: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" (1 Korintus 9:9a). Lalu Paulus bertanya, "Lembukah yang Allah perhatikan?" (ay 9b). Lembukah, atau itu ditulis sebenarnya untuk kita? Perhatikan ayat selanjutnya: "Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya." (ay 10). Perhatikanlah bahwa Paulus mengingatkan bahwa kita harus membajak atau mengirik, yang notabene maksudnya adalah bekerja dalam pengharapan. Ini merupakan sebuah pesan penting yang akan mampu membuat kita terus memiliki tujuan dalam bekerja, bukan sekedar menyambung hidup dari ke hari tanpa harapan sama sekali dalam hati kita masing-masing. Jangan berharap kita memiliki nyala semangat apabila hidup tanpa pengharapan. Tanpa pengharapan kita tidak akan bisa tekun dan memberikan hasil yang terbaik. Pengharapan mampu menolong kita untuk bisa bersikap setia dan berkomitmen baik bagi tempat kita bekerja, atas profesi kita atau segala sesuatu yang kita usahakan di dunia. Lantas kemana pengharapan kita harus diarahkan? Paulus dalam surat Korintus di atas mengatakan bahwa penting bagi kita untuk mengarahkan pengharapan untuk memperoleh bagian kita, in expectation of partaking of the harvest. Dan bagian itu sudah disediakan oleh Tuhan dalam Kristus. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa Yesus Kristuslah yang harus menjadi dasar pengharapan kita (1 Timotius 1:1). Selanjutnya Alkitab mengingatkan pula bahwa kita hendaknya "..teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia." (Ibrani 10:23). Allah tidak pernah ingkar janji. Dia akan selalu menepati setiap janji yang telah Dia berikan. Oleh karena itulah kita juga diingatkan bahwa pengharapan tidak akan pernah mengecewakan. (Roma 5:5). Jika anda merupakan salah satu dari orang yang melihat masa depan sebagai sesuatu yang suram ataupun gelap, terangilah pandangan anda dengan pengharapan. Ini adalah salah satu buah dari iman yang seharusnya ada pada diri setiap orang percaya. Jika anda merasa apa yang anda kerjakan hari ini sepertinya menyita hidup anda secara sia-sia, berdoalah dan tanyakan kepada Tuhan dimana titik masalahnya. Ijinkan Tuhan berbicara dan memberitahukan rencanaNya kepada anda sambil terus memupuk pengharapan dalam ketaatan. Berikan yang terbaik dalam segala sesuatu yang anda lakukan. Lakukan bagian anda, dan percayalah Tuhan akan melakukan bagianNya. Meski pekerjaan yang kita lakukan begitu menyita waktu, tenaga dan pikiran, meski semua itu saat ini terlihat seolah-olah menutup segala kemungkinan bagi kita untuk berharap apapun, tetaplah pegang pengharapan dalam Kristus erat-erat, karena Alkitab sudah dengan tegas mengatakan bahwa "..masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Seberapa jauh kita bisa mengimani hal itu akan sangat tergantung dari seberapa besar pengharapan kita akan pemenuhan janji Tuhan. Mengucap syukurlah atas pekerjaan yang anda miliki hari ini, dan tetap pegang teguh janji Tuhan bahwa ada pengharapan di dalamnya, dan itu tidak akan pernah sia-sia. Tetap miliki nyala pengharapan dalam segala sesuatu yang kita kerjakan Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar