Ayat bacaan: Maleakhi 1:8a
=======================
"Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?"
Menjelang hari Natal yang tinggal sebulan lagi, toko-toko akan mulai memajang parcel atau bingkisan dalam berbagai ukuran dan isi dengan harga yang berbeda-beda. Parcel merupakan salah satu cara yang kerap dipakai orang untuk menyampaikan ucapan terima kasih, ucapan selamat dan sebagainya kepada teman, keluarga, atasan, kolega, rekanan bisnis dan orang-orang lain yang kita anggap penting untuk diberikan sesuatu pada perayaan hari besar, termasuk Natal di dalamnya. Parcel itu disusun sedemikian rupa sehingga terlihat indah, berisikan berbagai macam produk atau benda di dalamnya, dan dibungkus dengan rapi dan indah. Bentuk paketnya pun tersedia dalam beragam variasi. Ada yang dikemas dalam produk makanan/minuman, parcel peralatan elektronik, aksesoris, produk kecantikan atau buah-buahan. Ada beberapa toko yang nakal mempergunakan kesempatan ini untuk menghabiskan barang-barang mereka yang sudah kadaluwarsa atau kemasannya rusak. Parcel yang sudah terbungkus rapi dari awal akan membuat pembelinya tidak tahu apakah isinya masih layak dikonsumsi atau tidak. Saya pernah berbisnis parcel bersama beberapa teman saya ketika masih kuliah, dan saya tahu bahwa merangkai produk-produk itu agar terlihat indah tidaklah semudah yang diperkirakan. Satu hal yang pasti, kita akan berusaha memberikan yang terbaik sesuai kemampuan kita untuk mereka yang kita anggap penting untuk diberi bingkisan. Semakin penting orangnya, biasanya paket pun akan semakin mewah pula.
Jika kepada manusia kita berusaha untuk memberikan yang terbaik, bagaimana ketika kita memberi untuk Tuhan? Mari ambil salah satu contoh ketika kita memberi persembahan di Gereja. Seringkali orang tidak memperhatikan kondisi uang yang dimasukkan ke dalam kantong persembahan. Ada begitu banyak uang yang dalam kondisi dilipat-lipat kecil, ada yang kusut, lusuh, bahkan ada yang sobek karena uang tersebut diremas-remas sedemikian rupa terkadang sampai dalam bentuk yang sangat ekstrim. Memang secara nominal uang itu masih utuh dan bisa dipergunakan, namun jelas itu bukanlah dalam kondisi yang baik secara fisik. Jika kita kembali pada parcel di atas, bukankah makanan di dalam parcel itu masih bisa dimakan tanpa disusun rapi? Tapi kita menyusunnya dengan baik, dibungkus indah, karena kita menghormati orang yang diberi dan ingin memberikan yang terbaik buat mereka. Seperti itu pula ketika kita memberi persembahan. Seharusnya kita lebih memperhatikan dengan lebih serius lagi, karena kita memberi persembahan bagi Tuhan. Betul, kita memberikan kepada gereja, dan tidak langsung kepada Tuhan. Tapi bukankah apa yang kita persembahkan itu akan dipergunakan oleh gereja untuk pekerjaan Tuhan, pelebaran kerajaanNya dimana Allah sendiri yang dimuliakan? Bukankah ketika kita memberi persembahan itu sebenarnya kita sedang menunaikan kewajiban kita untuk mengembalikan sesuatu yang menjadi kewajiban kita kepada Allah?
Ayat hari ini diambil dari kitab Maleakhi, dimana Tuhan menunjukkan kekecewaanNya ketika kepadanya dipersembahkan kurban binatang dalam kondisi yang tidak selayaknya Dia terima. Apa yang dipersembahkan orang Israel waktu itu memang keterlaluan. Bukannya memberikan persembahan terbaik, namun mereka malah memberikan binatang yang timpang dan sakit. Yang baik dipakai untuk diri sendiri, sedang yang kondisinya buruk atau sisa diberikan kepada Tuhan. Dan Tuhanpun menganggap itu jahat. "Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?" (Maleakhi 1:8a). Tuhan menganggap hal ini sebagai sebuah bentuk penghinaan bagiNya. Selanjutnya Tuhan pun membandingkan dengan pemberian kepada para pemimpin atau orang-orang yang berpengaruh di dunia. "Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam." (ay 8b). Ya, bukankah ironis ketika kita memberi yang terbaik kepada orang-orang yang kita hormati di dunia, tapi di sisi lain kita memberikan asal-asalan kepada Tuhan semesta alam? Katakanlah apabila walikota datang berkunjung ke rumah anda, apakah anda akan asal-asalan menyediakan sesuatu untuk menyambutnya? Rasanya tidak. Jika buat mereka saja kita berusaha memberi yang terbaik, apalagi kepada Tuhan. Ingatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia selalu memberikan rancangan yang terbaik bagi kita, menyediakan yang terbaik bagi kita, bahkan menganugrahkan Kristus, anakNya sendiri untuk menyelamatkan kita. Betapa keterlaluan jika kita membalasnya dengan sekedar memberikan tanpa ada rasa hormat. Tuhan lebih dari sekedar layak untuk dihormati jauh dari itu. Mari kita lihat ayat sebelumnya. "Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?" (ay 6). Singkatnya, Tuhan mempertanyakan kepada kita demikian: "Jika benar Aku BapaMu, dimana penghargaan, hormat dan takutmu kepadaKu?"
Ketika memberi, memberilah dengan sopan dan hormat. Kita memberikan persembahan kepada Tuhan yang bukan saja telah menciptakan kita, tapi juga melindungi, menyertai dan mengasihi kita lebih dari segalanya. Tuhan sangat layak menerima pemberian yang terbaik dari anak-anakNya. Ketika kita memberikan dengan sungguh hati atas besarnya kasih kita kepadaNya, kita seharusnya juga memberikan apa yang terbaik dari kita. Di atas segalanya pemberian yang bisa kita lakukan, Yesus mengingatkan kita bahwa mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi manusia seperti diri sendiri jauh lebih baik daripada semua korban. "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33). Lebih dari bentuk persembahan apapun, sesungguhnya bentuk persembahan yang terbaik yang bisa kita berikan tidak lain adalah diri kita sendiri. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Sebegitu seriusnya sehingga dikatakan bahwa persembahan tubuh kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah merupakan ibadah yang sejati, yang sesungguhnya. Sebuah bentuk kehidupan yang menjaga kekudusan, tidak terpengaruh oleh berbagai tawaran di dunia, terus berusaha untuk menjadi lebih baik, mampu membedakan kehendak Allah, dan tahu apa yang berkenan dan sempurna untuk diberikan kepada Allah, itulah tubuh kita yang layak dipersembahkan kepada Tuhan.
Dalam bersyukur kepada Tuhan, hendaklah kita memberi yang terbaik kepadaNya dengan penuh hormat dan takut, karena kita mengasihiNya. Kita bisa memberi sesuatu yang terbaik yang bisa kita berikan, tapi ingatlah bahwa lebih dari semua itu, persembahkanlah hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Bukan hidup yang acak-acakan dan penuh dosa, tapi sebuah hidup yang kudus dan bersih, hidup yang bertumbuh dan berbuah dalam Roh, sebagai sebuah persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Allah sudah memberikan segala yang terbaik untuk kita. Mari kita melakukan giliran kita untuk memberikan segala yang terbaik pula bagi Tuhan.
Give nothing but the best to the Lord
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2011
(1879)
-
▼
November
(165)
- Menghadapi Masalah Ala Daniel (1)
- Menghadapi Masalah Ala Daniel (1)
- 1 des
- 1 des
- RS: Run With Goal
- Serius Menepati Janji
- Serius Menepati Janji
- Fwd: 30 Nov
- Fwd: 30 Nov
- 29 Nov
- 29 Nov
- Terhubung Dengan Tuhan
- Terhubung Dengan Tuhan
- 28 Nov
- 28 Nov
- RS: Tahan Segala Cuaca
- Tak Kenal Maka Tak Sayang
- Tak Kenal Maka Tak Sayang
- First Love
- Akrab Yuk..!
- Blues
- Blues
- Mg Adven I
- Mg Adven I
- 26 Nov
- 26 Nov
- MENGENAKAN SIFAT-SIFAT SEORANG HAMBA
- Semakin Pendek Atau Semakin Panjang
- Lemah Lembut
- Lemah Lembut
- Hikmat 006
- RS: Asumsi atau Komunikasi
- 25 Nov
- 25 Nov
- 24 Nov
- 24 Nov
- 23 Nov
- 23 Nov
- Mempersembahkan Yang Terbaik
- Mempersembahkan Yang Terbaik
- Menjaga Kekudusan
- Relatifnya Waktu
- Relatifnya Waktu
- Semak Duri Kekuatiran
- Musik Merdu tanpa Makna
- Musik Merdu tanpa Makna
- Cuci Otak
- KETIKA TUHAN MENGUNDANGMU
- MENGUBUR MENTAL FARISI
- Keadaan Sentosa
- Keadaan Sentosa
- Prioritas
- Be The Light
- 22 Nov
- 22 Nov
- 21 Nov
- 21 Nov
- Sombong
- Sombong
- HR Kristus Raja
- HR Kristus Raja
- Rendah Hati (1)
- Rendah Hati (2)
- Rendah Hati (1)
- Rendah Hati (2)
- Peduli Terhadap Hewan
- Peduli Terhadap Hewan
- Semangkuk Nasi Putih
- Kesaksian Welyar Kauntu
- Cermin Yang Retak
- Duka dan Suka
- 19 Nov
- 19 Nov
- 18 Nov
- 18 Nov
- Sikap Orang Sukses
- Belajar dan Berlatih
- Belajar dan Berlatih
- 17 nov
- 17 nov
- 16 Nov
- 15 Nov
- 15 Nov
- 16 Nov
- Sikap Terhadap Musuh
- Sikap Terhadap Musuh
- RS: Waktu adalah Kesempatan
- Dosa Mengaburkan Visi
- Bintang pun Tidak Cukup
- Bintang pun Tidak Cukup
- Pohon Korma dan Pohon Aras (2)
- Pohon Korma dan Pohon Aras (2)
- RS: Pikirkan yang Baik
- Pohon Korma dan Pohon Aras (1)
- Pohon Korma dan Pohon Aras (1)
- 14 Nov
- 14 Nov
- Minggu Biasa XXXIII
- Minggu Biasa XXXIII
- Kunci Hidup Menjadi Pemenang
-
▼
November
(165)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar