Minggu, 06 November 2011

Kuasa Untuk Menikmati

Ayat bacaan: Pengkhotbah 6:1-2
=========================
"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit."

kuasa menikmatiAnda bosan atau malah jengkel melihat iklan-iklan yang memotong konsentrasi anda yang tengah mengikuti atau menonton sebuah acara televisi? Meski saya mengerti mengapa iklan di televisi harus ada, tetapi saya pun sering terganggu ketika tiba-tiba iklan mengganti apa yang terjadi di layar kaca. Semakin tinggi rating sebuah acara, semakin banyak pula iklan yang berseliweran disana. Sembari menanti, saya pun sering memperhatikan iklan-iklan yang ditayangkan. Bukan atas produknya, melainkan apa yang digambarkan atau ditawarkan oleh produk-produk tersebut seperti yang ditampilkan oleh masing-masing iklan. Selain untuk menawarkan kemudahan, kelebihan dan keandalan produk, sebuah iklan juga kerap menawarkan kebahagiaan. Lihatlah iklan yang menampilkan puluhan orang bernyanyi dan menari, deretan gigi-gigi putih bersih, wajah yang begitu bahagia seolah masalah hidup akan sirna semuanya hanya dengan memiliki produk yang diiklankan. Logika manusia memang sepertinya begitu. Siapa sih yang tidak senang kalau punya kemampuan membeli yang lebih dari cukup, dan mampu memiliki produk-produk yang punya kelebihan dan memberi banyak kemudahan dalam hidup? Tapi nyatanya tidaklah demikian. Begitu banyak orang yang kemampuan finansialnya lebih dari cukup, namun kehidupannya jauh dari bahagia. Saya menyaksikan sendiri beberapa orang yang saya kenal hidup dengan harta berlimpah dan berlebih tapi tidak bahagia. Orang yang melihat kekayaan mereka mungkin berpikir akan sangat bahagia jika memiliki setengah saja dari apa yang mereka punya, tapi semua itu nyatanya tidak mendatangkan rasa bahagia sama sekali bagi pemiliknya. Foya-foya, pesta pora, keliling dunia sekalipun seringkali hanya membawa kebahagiaan instan yang sangat singkat umurnya. Kebahagiaan langsung hilang begitu semuanya selesai. Kekayaan tidak serta merta menjamin keluarga yang rukun, damai dan penuh kasih. Banyak keluarga kaya hidupnya berantakan dan penuh masalah. Terus berusaha untuk hidup lebih baik tentu penting, tetapi kita tidak boleh menggantungkan hidup atas kekayaan dan menganggap bahwa kekayaan adalah segalanya. Harta boleh ada tetapi itu belum tentu menjamin kebahagiaan.

Bagaimana mungkin harta berlimpah tetapi orang yang memilikinya belum tentu terjamin kebahagiaannya? Sesungguhnya Alkitab sudah menyampaikan hal itu sejak dahulu kala. Manusia terus berusaha menjadi kaya namun melupakan satu hal yang teramat sangat penting, bahwa kuasa menikmati pun sangatlah kita perlukan. Ini bahkan lebih penting daripada harta, karena jika ini tidak kita miliki maka kita tidak akan bisa menikmati berkat-berkat dalam hidup kita, tak peduli seberapa berlimpahnya harta itu ada pada kita. Itulah sebabnya ada orang-orang yang sangat kaya raya tetapi hidupnya tidak bahagia, karena mereka tidak memperoleh kuasa untuk menikmatinya. Sebaliknya ada orang-orang yang pendapatannya biasa-biasa saja, hanya secukupnya dari hari ke hari, tetapi mereka masih bisa bersyukur dan merasakan kebahagiaan yang indah bersama keluarganya. Jadi kita butuh kuasa untuk menikmati. Dari mana kuasa itu bisa diperoleh? Tentu saja, dari Tuhan.

Perhatikanlah ayat berikut ini: "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkhotbah 6:1-2). Jika kita heran bagaimana banyak orang yang sungguh kaya raya, tapi tidak bisa menikmati kekayaannya, maka itu terjawab pada ayat bacaan hari ini. Ternyata kemampuan untuk menikmati kekayaan pun berasal dari karunia Tuhan juga. Ketika motivasi kita beralih dari mengasihi Tuhan dan membagi berkat buat sesama yang membutuhkan kepada menimbun harta sebanyak-banyaknya tanpa pernah merasa cukup, ketika kita mulai mengorbankan waktu kita bersama Allah dan mulai fokus mencari uang sebanyak-banyaknya, pada saat itu pula kita mulai meninggalkan Tuhan. Semakin jauh hal itu terjadi, semakin jauh pula karunia-karunia pergi meninggalkan kita, termasuk karunia untuk menikmati apa yang telah kita miliki. Padahal karunia menikmati adalah hal paling mendasar yang dapat membuat kita merasa bahagia. Di saat itu lah kita akan merasa bahwa apa yang kita kumpulkan ternyata sia-sia adanya tanpa kehadiran karunia untuk menikmati. Betapa malangnya, betapa menyedihkan. Itulah yang disorot oleh Pengkotbah dan ia pun mengingatkan kita agar jangan terjatuh dalam lubang yang sama.

Selanjutnya lihat pula ayat berikut ini: "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (Pengkotbah 5:19). Kekayaan, harta benda atau berkat-berkat jasmani itu merupakan karunia Allah yang patut disyukuri, demikian pula kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagian dan bisa bersukacita menikmati hasil jerih payah, itu pun merupakan karunia Allah pula. Ayat ini pun berbicara jelas akan kuasa untuk menikmati sebagai karunia dari Tuhan yang tidak boleh kita abaikan atau lupakan. Jika Pengkotbah mengangkat pesan ini beberapa kali tentulah hal ini sangat penting. Apa yang dituliskan Pengkotbah ini adalah hasil pengalaman atau kesaksiannya sendiri yang ia tulis dari sebuah perenungan panjang. Kita hendaknya bisa belajar dari apa yang telah ia alami dan tuliskan, karena sang Pengkotbah pun menuliskan itu agar menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk tidak melupakan bahwa ada yang namanya kuasa untuk menikmati yang berasal dari Allah. Inilah yang memampukan kita untuk bisa menikmati setiap hasil jerih payah kita dengan bersukacita. Dan itu tidak tergantung dari besaran harta yang kita miliki, melainkan dari sejauh mana kedekatan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan, Sang Pemberi baik berkat berbentuk fisik, kesehatan maupun sebuah kesempatan bagi kita untuk menikmati berkat-berkatNya.

Benar, Tuhan sanggup menyediakan segalanya buat kita, dan semua itu diberikan kepada orang yang sungguh-sungguh mengasihiNya. "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Tetapi apalah gunanya itu semua jika tidak disertai dengan karunia untuk bisa menikmatinya? Tidak ada gunanya bagi kita untuk terus fokus hanya kepada mencari harta tanpa memikirkan pentingnya sebuah karunia untuk menikmati. Semua akan sia-sia saja tanpa itu. Karena itu, hendaklah kita bijaksana untuk hidup dalam ketaatan penuh kepada Tuhan, mengasihiNya sepenuh hati, memiliki hidup yang berakar di dalam Tuhan. Membuang hubungan dengan Tuhan tidak saja menghalangi berkat Tuhan tercurah buat kita, tapi juga membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh karunia untuk menikmati. Jangan sampai terlambat, mari kita periksa diri kita masing-masing. Apakah kita telah mengucap syukur dan puas terhadap segala sesuatu yang telah kita miliki? Apakah kita masih saja selalu merasa kekurangan? Apakah kita saat ini bisa menikmati hasil kerja kita atau semua itu masih saja tidak membuat kita bahagia? Jika ini yang terjadi, sekarang waktunya untuk kembali berpaling kepada Tuhan yang selalu merindukan kita. Banyak atau sedikit tidak masalah, yang penting kita bisa bersukacita dan bersyukur dalam menikmati setiap berkat yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.

Kemampuan untuk menikmati, itupun merupakan karunia Allah yang penting untuk kita miliki

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari