Ayat bacaan: 2 Samuel 9:1
======================
"Berkatalah Daud: "Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan."
Apa yang kita lakukan ketika melihat musuh kita jatuh? Sebagian besar orang akan bersorak riang. Mengapa tidak, bukankah dia sudah menyakiti kita? Sebagian orang malah akan terus mengutuki atau mendoakan yang jelek-jelek terhadap musuhnya. Ini sebuah perilaku yang sudah menjadi hal yang umum di mata dunia, di mana anak-anak Tuhan sekalipun sering terjebak pada masalah yang sama. Rasa sakit hati akan sangat mudah mengarahkan kita kepada dendam, sehingga kita akan merasa sangat senang apabila musuh kita jatuh tanpa kita harus bersusah payah melakukan sesuatu.
Menyambung sekelumit kisah perjumpaan antara Daud dan anak Yonatan, cucu Saul bernama Mefiboset kemarin, hari ini mari kita lihat sisi lain dari peristiwa itu. Jika kemarin kita fokus kepada Mefiboset dan rasa rendah diri yang akhirnya merugikan dirinya, hari ini mari kita fokus kepada sikap Daud setelah kematian Saul di medan perang. Daud kini menjadi seorang raja yang bertahta atas Israel. Saul yang begitu membencinya dan sudah membuat hidupnya sulit dalam waktu yang cukup panjang telah tewas. Bukankah ini sebuah kemenangan besar yang seharusnya dirayakan? Kita mungkin berpikir demikian, tetapi Daud tidak. Apa yang dilakukan Daud justru sebaliknya, sungguh mengherankan.
Pada suatu kali setelah Daud menjabat sebagai raja, ia teringat akan nasib keluarga Saul. "Berkatalah Daud: "Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan." (2 Samuel 9:1). Ia pun segera memanggil hambanya bernama Ziba.
"Kemudian berkatalah raja: "Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah." (2 Samuel 9:3a). Lihat kata-kata Daud ini. Ia memikirkan keluarga Saul yang sekiranya masih ada yang hidup. Bukan untuk membantai mereka hingga tuntas, tetapi justru untuk menyatakan kasih, sebuah kasih yang hidup di dalam dirinya yang berasal dari Allah. Jika kita mundur ke belakang, kita pun akan menemukan ada saat dimana Daud punya kesempatan untuk membunuh Saul dari belakang. Dalam 1 Samuel 24:1-23 kita membaca kisah itu. Daud pada saat itu tengah dikejar-kejar oleh Saul dan 3000 prajurit untuk dibunuh. Ia pun lari bersembunyi ke padang gurun. Ternyata ketika ia masuk ke dalam sebuah gua, Saul tengah berada disana dengan posisi membelakanginya. Pada saat itu sebuah kesempatan emas terbuka bagi Daud. Tidak hanya dia, para anak buahnya pun berpikiran demikian. Tapi Daud punya sikap hati yang berbeda. Meski ia bisa melakukannya, ia memutuskan untuk tidak memanfaatkan kesempatan. Daud lebih memilih untuk dikuasai kasih dari Allah ketimbang memanfaatkan situasi. "Lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: "Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN." (1 Samuel 24:7).Tidak hanya itu, Daud pun melarang anak buahnya untuk menyerang Saul. (ay 8).
Sebuah sikap hati seperti ini sungguh langka kita temui hari ini. Jika Mefiboset memilih untuk bersikap rendah diri, Daud memilih untuk menghidupi sikap rendah hati dengan kasih yang dari Allah. Ia setia terhadap sahabatnya, Yonatan anak Saul. Ia tetap mengingatnya meski ayah Yonatan, Saul begitu jahat terhadapnya. Selanjutnya Daud pun mengamalkan sikap hati yang dipenuhi kasih secara langsung lewat perbuatan nyata. Menghadapi musuh, Tuhan menyatakan bahwa kita tidak boleh membenci mereka. Bahkan seharusnya kita mengasihi dan mendoakan mereka. Yesus berkata "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:43-44). Bersorak ketika mereka jatuh? Apalagi itu, tentu tidak boleh. Sebab firman Tuhan sudah mengingatkan kita agar "Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok" (Amsal 24:17).
Seorang penulis bernama Alfred Plummer menulis: “To return evil for good is devilish; to return good for good is human; to return good for evil is divine. To love as God loves is moral perfection." Membalas kebaikan dengan kejahatan itu merupakan sikap iblis, membalas kebaikan dengan kebaikan itu manusiawi, tetapi membalas kejahatan dengan kasih merupakan sebuah sikap moral yang sempurna seperti sifat Ilahi. Daud memilih untuk mengingat keluarga Saul yang pasti hancur karena ditinggalkan dengan kehancuran total seperti itu. Mefiboset yang cacat dan terbuang pun ia panggil untuk tinggal bersamanya bahkan diberi hak untuk makan satu meja dengannya. Mengapa ia melakukan hal itu? Sekali lagi, karena Daud "hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah." (ay 2a). Orang yang mendendam artinya sama dengan tidak mengenal Allah. Firman Tuhan berkata "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Dan kasih seperti ini adalah kasih tanpa pamrih yang akan diberikan kepada siapapun, termasuk kepada musuh yang sudah berlaku sangat jahat kepada kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk menolak memberikan bentuk kasih seperti ini, karena sesungguhnya kasih dari Allah ini sudah dicurahkan kepada kita lewat Roh Kudus. Kita bisa melihatnya lewat kitab Roma: "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:5). Dunia boleh saja menghalalkan balas dendam, tetapi tidak bagi kehidupan kekristenan. Sekarang pertanyaannya, apakah kita memilih untuk memakai kasih Allah itu dalam kehidupan kita secara nyata atau kita menolaknya dengan terus memelihara dendam dan merasa senang ketika musuh kita terjatuh? Daud memilih untuk menghidupi kasih Allah secara nyata dalam kehidupannya. Ia ternyata memiliki pengenalan yang baik akan Allah. Bagaimana dengan kita saat ini? Maukah kita meniru sikap hati Daud atau kita masih lebih senang memupuk kebencian dan menunggu saat yang tepat untuk melakukan pembalasan?
Nyatakanlah kasih yang dari Allah kepada siapapun termasuk kepada musuh kita
Follow us on Twitter: http://twitter.com/dailyrho
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2010
(1807)
-
▼
Agustus
(157)
- Menghargai Waktu : Orang Kaya dan Lazarus
- Menghargai Waktu : Orang Kaya dan Lazarus
- Pengampunan yang Melimpah
- Menghargai Waktu
- Menghargai Waktu
- Keluar Dari Sumur Dengan Kemenangan
- 31 Agustus - 1Kor 2:10b-16; Luk 4:31-37
- 31 Agustus - 1Kor 2:10b-16; Luk 4:31-37
- Belajar
- Belajar
- God send His Word, and I was healed
- 30 Agustus - 1Kor 2:1-5; Luk 4:16-30
- 30 Agustus - 1Kor 2:1-5; Luk 4:16-30
- Seimbang dalam Kerja, Seimbang Dalam Hidup
- Menghargai Berkat Tuhan
- Menghargai Berkat Tuhan
- 29 Agustus - Mg Biasa XXII : Sir 3:17-18.20.28-29;...
- 29 Agustus - Mg Biasa XXII : Sir 3:17-18.20.28-29;...
- Siapa Tahu yang Terbaik?
- 28 Agustus - 1Kor 1:26-31; Mat 25:14-30
- 28 Agustus - 1Kor 1:26-31; Mat 25:14-30
- Tanpa Tali Kekang
- Tanpa Tali Kekang
- Musuh Membuat Anda Sukses
- 27 Agt - 1Kor 1:17-25; Mat 25:1-13
- 27 Agt - 1Kor 1:17-25; Mat 25:1-13
- Yusuf dan Istri Potifar: Diperlakukan Tidak Adil
- Yusuf dan Istri Potifar: Diperlakukan Tidak Adil
- Kritik
- Kirimkan Kapal
- Dari Ujian Menuju Kemenangan
- Mempertahankan Iman dan Keselamatan
- Yusuf dan Istri Potifar: Ketika Sendirian
- Yusuf dan Istri Potifar: Ketika Sendirian
- Ayo pasang iklan di RHK
- The Blessing of Thorns
- Blue
- Blue
- 25 Agustus - 2Tes 3:6-10.16-18; Mat 23:27-32
- 25 Agustus - 2Tes 3:6-10.16-18; Mat 23:27-32
- Menghargai Iman
- Mefiboset dan Daud (3) : God's Unconditional Love
- Mefiboset dan Daud (3) : God's Unconditional Love
- 24 Agustus - Why 21:9b-14; Yoh 1:45-51
- 24 Agustus - Why 21:9b-14; Yoh 1:45-51
- MUJIZAT TUHAN TAK PERNAH BERAKHIR
- Mefiboset dan Daud (2): Tidak Dendam
- Mefiboset dan Daud (2): Tidak Dendam
- Video Kolaborasi Brandon dan Last minute
- 23 Agustus - 2Tes 1:1-5.11b-12; Mat 23:13-22
- 23 Agustus - 2Tes 1:1-5.11b-12; Mat 23:13-22
- Mefiboset dan Daud (1): Rendah Diri
- Mefiboset dan Daud (1): Rendah Diri
- 22 Agustus - Yes 66:18-21; Ibr 12:5-7.11-13; Luk 1...
- 21 Agustus - Yeh 43:1-7a; Mat 23:1-12
- 21 Agustus - Yeh 43:1-7a; Mat 23:1-12
- 22 Agustus - Yes 66:18-21; Ibr 12:5-7.11-13; Luk 1...
- Tiga Tipe Pemberi: Batu Api, Spon dan Sarang Lebah
- Hal Kecil
- Kisah Baut Kecil
- Brandon de Angelo dan Last Minute street crew
- Firman dalam Lagu
- Firman dalam Lagu
- TUHAN YANG MENGUBAH ”MUNGKIN” MENJADI MUJIZAT NYATA
- Semut dan Secangkir Kopi
- Semut dan Secangkir Kopi
- 20 Agustus - Yeh 37:1-14; Mat 22:34-40
- 20 Agustus - Yeh 37:1-14; Mat 22:34-40
- Kesaksian: Choky Sitohang presenter sukses Indonesia
- Album terbaru True Worshippers - Glory to Glory
- 19 Agustus - Yeh 36:23-28; Mat 22:1-14
- 18 Agustus - Yeh 34:1-11; Mat 20:1-16
- 18 Agustus - Yeh 34:1-11; Mat 20:1-16
- 19 Agustus - Yeh 36:23-28; Mat 22:1-14
- Ketaatan Prajurit
- Ketaatan Prajurit
- DIAMPUNI CUMA-CUMA
- Great is the Lord
- Great is the Lord
- Penyingkapan Tuhan
- Penyingkapan Tuhan
- The Power of Prayer
- 17 Agustus - HR Kemerdekaan RI : Sir 10: 1-8; 1Ptr...
- 17 Agustus - HR Kemerdekaan RI : Sir 10: 1-8; 1Ptr...
- Rut yang Giat dan Rajin
- Rut yang Giat dan Rajin
- 16 Agustus - Yeh 24:15-24; Mat 19:16-22)
- 16 Agustus - Yeh 24:15-24; Mat 19:16-22)
- Rut yang Bertanggung Jawab
- Rut yang Bertanggung Jawab
- Andai Titanic Mendengar
- 15 Agustus - HR SP MARIA DIANGKAT KE SURGA: Why 11...
- 15 Agustus - HR SP MARIA DIANGKAT KE SURGA: Why 11...
- Kisah Sukses : Susan Bachtiar
- Rut dan Kesetiaannya
- Rut dan Kesetiaannya
- 14 Agustus - Yeh 18:1-10.13b.30-32; Mat 19:13-15
- 14 Agustus - Yeh 18:1-10.13b.30-32; Mat 19:13-15
- Lirik lagu rohani tentang mujizat
- 13 Agustus - Yeh 16:1-15.60.63; Mat 19:3-12
-
▼
Agustus
(157)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar