Kamis, 12 Agustus 2010

Rut Pemungut Butir Jelai

Ayat bacaan: Rut 2:2
=================
"Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku."

rut, pemungut butir jelai"Kalau boleh memilih, saya lebih baik memilih pekerjaan lain.." kata seorang pedagang asongan pada suatu kali ketika ia menumpang duduk melepas lelah di depan kampus di mana saya mengajar. Kasihan memang, ia harus menantang terik matahari dan hujan untuk menyambung hidupnya. Belum lagi berbagai resiko yang harus ia hadapi di jalan raya. Saya pun merasa kagum dengan usahanya untuk terus menyambung hidup, meski pekerjaannya bukanlah sebuah pekerjaan yang bagi sebagian kita bisa dianggap membanggakan. Mengapa saya kagum? Karena di sisi lain saya sering bertemu dengan orang-orang yang lebih memilih untuk duduk, tidur dan bermalas-malasan sepanjang hari, membiarkan istri mereka bekerja, karena mereka hanya mau bekerja pada tempat atau dengan posisi yang bergengsi. Tidak jarang alasan "sudah takdir", "belum rejeki" dan sebagainya mereka kemukakan sebagai alasan untuk terus bermalas-malasan. Jika pekerjaan itu halal, meski pendapatannya rendah sekalipun, mengapa harus malu? Bukankah itu jauh lebih terhormat ketimbang duduk diam tanpa berusaha apa-apa?

Melihat si pedagang asongan saya pun langsung teringat kepada kisah Rut. Semua bermula ketika Israel sedang mengalami masa kelaparan panjang. Elimelekh, Naomi dan kedua anaknya pergi ke Moab untuk mencari nafkah. Kedua anak Elimelekh menikahi perempuan Moab, yaitu Orpa dan Rut. Selama 10 tahun di Moab, Elimelekh dan kedua anaknya kemudian meninggal dunia, sehingga tinggallah Naomi beserta kedua menantunya. Melihat tidak ada apa-apa yang bisa dilakukan lagi di tanah Moab, Naomi pun kemudian memilih untuk pulang ke kampung halamannya. Orpa memilih kembali kepada bangsanya, tetapi Rut mengambil pilihan untuk terus mendampingi mertuanya, meski di sana kelak ia tahu pasti akan mengalami banyak kesulitan.  Sejarah kelam antara Israel dan Moab yang panjang akan membuat siapapun yang berasal dari Moab akan mendapat perlakuan buruk jika memasuki wilayah Israel. Tapi kesetiaan Rut yang tinggi membuatnya tetap memilih untuk taat mengikuti mertuanya.

Sesampainya di Betlehem, mereka pun memulai hidup baru dalam keadaan tidak memiliki apa-apa. Lalu apa yang dilakukan Rut di Betlehem? Apakah dia duduk berpangku tangan dan membiarkan Naomi yang sudah tua bekerja untuk menyambung hidup mereka? Tidak, Rut tahu bahwa dia masih muda dan kuat, sehigga tentu dialah yang harus bekerja. "Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku." (Rut 2:2). Memungut bulir jelai, itulah pekerjaan yang dilakukan Rut. Ketika orang Israel menuai ladang mereka, mereka tidak boleh mengambil hasil tuaian yang jatuh ke tanah. Mengapa tidak boleh? Karena sesuai firman Tuhan lewat Musa dalam Imamat, hasil tuaian yang jatuh ke tanah itu haruslah dibiarkan agar bisa dipungut oleh janda-janda dan orang miskin untuk mencari nafkah. Demikian bunyi perintah Musa itu: "Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu." (Imamat 19:9-10). Itulah yang dilakukan Rut. Apakah ini pekerjaan terhormat? Tidak. Tapi Rut melakukannya. Meski karena terpaksa, Rut tidak menunjukkan tanda-tanda keberatan atau bersungut-sungut, mengeluh atau meratapi nasib. Ia memilih untuk tetap berjuang dengan bekerja. Dan berjalanlah Rut dibelakang para penyabit-penyabit di ladang milik Boas, seorang kaya raya dari kaum Elimelekh sendiri. Sikap, kerendah hatian dan kesederhanaannya membuat Boas kagum. Lihatlah apa kata Boas. "Boas menjawab: "Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal. TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung." (Rut 2:11-12). Singkat cerita, Rut kemudian dinikahi oleh Boas. Dan dari garis keturunannyalah kelak Yesus lahir ke dunia.

Sikap rendah hati dan kesederhanaan yang disertai kerelaan untuk bekerja sungguh-sungguh inilah yang kemudian membawa berkat bagi Rut. Rendah hati, karena Ruth mau melakukan pekerjaan yang paling rendah pada saat itu, sebuah pekerjaan yang tidak dipandang orang. Rut tidak takut disepelekan, dia tidak memikirkan gengsi atau harga dirinya. Rut sederhana, karena dia bisa dengan cepat menyesuaikan diri dan tidak berpikir muluk-muluk, atau bisa kita sebut pula dengan fleksibel. Dan lihatlah hasilnya. Dari pekerjaan yang paling rendah itu pula ia mendapat perhatian Boas, dan Tuhan pun berkenan dengan sikap hatinya. Hidupnya pun berubah seketika. Keharuman namanya kekal, sehingga hari ini kita masih mengenal sosok Rut seperti yang digambarkan dalam alkitab.

Rendah hati, sederhana dan melakukan dengan sungguh-sungguh merupakan nilai-nilai Kekristenan yang harus kita miliki dalam diri kita. Paulus mengatakan "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar." (Efesus 4:2a). Sikap rendah hati, penuh kelemahlembutan dan sabar dalam kesesakan jika dilakukan dengan tulus akan selalu membuahkan sesuatu. Tuhan berkenan kepada orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai seperti ini, karena "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6). Karena itu janganlah memandang hina sebuah pekerjaan. Tidak perlu malu jika profesi kita bukan sebuah profesi yang diimpikan banyak orang. Selama pekerjaan itu tidak melanggar perintah Tuhan dan sanggup kita kerjakan, mengapa tidak? Sesungguhnya berkat berasal dari Tuhan, bukan dari tinggi rendahnya status sebuah pekerjaan itu sendiri. Artinya lewat pekerjaan yang paling rendah sekalipun, selama kita lakukan dengan sungguh-sungguh untuk kemuliaan Tuhan, Dia pasti menghargai dan memberkatinya. Tidak ada kata tidak mungkin bagi Tuhan. Pekerjaan serendah apapun bisa Dia pakai untuk diubah menjadi berkat secara luar biasa, itu pasti. Berkaca dari sikap hati Rut, marilah kita semua mengarahkan fokus untuk memuliakan Tuhan dalam setiap yang kita kerjakan, tinggi atau rendah. Pekerjaan serendah apapun jika kita lakukan dengan serius seperti untuk Tuhan akan bernilai sangat tinggi di mataNya.

Kesederhanaan, kerendahan hati dan kesungguhan Rut dalam bekerja membuatnya dipulihkan dan dikenang sepanjang masa

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari