"Setiap orang yang mempunyai kepadanya diberi sehingga ia berkelimpahan"
(1Kor 1:26-31; Mat 25:14-30)
"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya……Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." (Mat 25:14-18.29-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Dari pengalaman dan pengamatan saya melihat bahwa mereka yang memiliki banyak bakat atau keterampilan alias anugerah, pada umumnya juga memiliki kesiap-sediaan mendalam, sehingga ketika yang bersangkutan dibebani aneka macam tugas tidak akan bermasalah, artinya semua tugas dapat diselesaikan pada waktunya. Sebaliknya mereka yang kurang memiliki bakat atau keterampilan tertentu diberi satu tugas yang mudah saja tak dapat diselesaikan dengan baik. Memang ada rumus bahwa 'mereka yang merasa kurang memiliki waktu pada umumnya dengan efisien, efektif, afektif memanfaatkan waktu alias hemat waktu, sedangkan yang merasa memiliki banyak waktu akan boros waktu alias suka bermalas-malas'. "Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga berkelimpahan", demikian sabda Yesus. St.Agustinus yang kita rayakan hari ini pada masa mudanya memang dikenal dengan boros waktu, berfoya-foya, namun karena bimbingan dan pendampingan ibunya, St.Monika, ia bertobat dan kemudian menjadi tokoh Gereja yang sangat berpengaruh. Agustinus membagikan anugerah Allah kepada sesamanya, antara lain melalui tulisan-tulisan (buku) yang tidak lain adalah buah refleksi imannya. Apa yang ia tulis atau ajarkan dalam hal filsafat dan teologi sampai kini masih berpengaruh dalam kehidupan Gereja. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua: marilah kita kembangkan bakat atau keterampilan kita, sekecil atau sebesar apapun, artinya kita fungsikan demi keselamatan dan kebahagiaan orang lain, kita bagikan kepada sesama kita. Bakat dan keterampilan semakin dibagikan atau diberikan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan semakin bertambah, mendalam dan handal.
· "Apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah" (1Kor 1:27-29), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua umat beriman. Paradigma Allah bertolak belakang dengan paradigma manusia. Dalam paradigma manusia apa yang kuat, terpandang dan berarti secara sosial atau duniawi pasti 'memegahkan diri' alias sombong. Kerajaan dunia memang berbeda dengan Kerajaan Allah, di dalam Kerajaan Allah, hidup beriman atau beragama yang utama, terpandang dan berarti ialah mereka yang suci, yang 100% menggantungkan diri pada Allah dan 100% menggantungkan diri pada dunia, sebagaimana Yesus tergantung di kayu salib, siap sedia dipandang sebagai yang bodoh, berdosa meskipun tiada noda dan dosa sedikitpun padaNya. Marilah kita sadari dan hayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai kini adalah anugerah Allah, sehingga kita dapat hidup dan bertindak dengan rendah hati, tidak sombong. Kami berharap kepada mereka yang terpandang dan berarti dalam kehidupan bersama, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati yang mendalam, memfungsikan jabatan atau kedudukannya untuk melayani bukan menguasai, demi kebahagiaan atau kesejahteraan umum bukan demi diri sendiri, dst.. Kesejahteraan dan kebahagiaan umum atau rakyat merupakan tanda keberhasilan cara hidup dan cara bertindak dari mereka yang terpandang dan berarti dalam kehidupan bersama, para pejabat atau pemimpin. Jauhkan aneka macam bentuk egoisme yang mencelakakan diri sendiri maupun orang lain.
"Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri! TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia;.. Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan"
(Mzm 33:12-13.18-19)
Jakarta, 28 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar