"Apakah yang harus aku perbuat?"
(Rm 15:14-21; Luk 16:1-8)
"Dan Yesus berkata kepada murid-murid- Nya: "
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•Dalam dunia pendidikan kita masa kini masih diwarnai oleh aneka lomba, misalnya: lomba phisika atau matematika Olympiade, rangking nilai ujian akhir/NEM, dstÂ… Sejauh saya cermati hal itu telah memotivasi , entah para orangtua, pengelola sekolah maupun para guru/pendidik, untuk lebih mengutamakan kecerdasan intelektual daripada kecerdasan spiritual, lebih mengutamakan agar pada peserta didik pandai daripada baik atau berbudi pekerti luhur. Dampak dari hal itu antara lain kebiasaan atau budaya menyontek dalam ulangan umum maupun ujian, yang tidak lain merupakan akar kebiasaan korupsi. Maka tidak mengherankan kebiasaan korupsi masih marak di sana-sini, bahkan di era Reformasi dan Desentralisasi korupsi semakin tersebar dan sulit terkendali alias diberantas. "Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang", demikian sabda Yesus. Kami berharap dan mendambakan pada semua pihak yang terkait dalam pendidikan, entah orangtua, pengelola, pendidik/guru atau pejabat terkait, untuk lebih mengutamakan kecerdasan spiritual daripada kecerdasan intelektual, untuk lebih membantu anak-anak tumbuh berkembang menjadi baik dan berbudi pekerti luhur daripada pandai alias cerdik. Memang untuk membantu anak memiliki kecerdasan spiritual atau baik dan berbudi pekerti luhur lebih sulit, tetapi ketika mereka memiliki kecerdasan spiritual, maka kecerdasan-kecerdas an lain seperti intelektual, sosial, emosional dan phisik dapat diusahakan lebih mudah. Sebaliknya ketika kecerdasan spiritual atau budi pekerti luhur kurang memperoleh tempat atau perhatian dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, maka aneka korupsi dan kejahatan semakin marak sebagaimana kita saksikan pada masa kini.
•"Karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu, yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus" (Rm 15:15-16). Kasih karunia Allah telah membuat Paulus tanpa takut dan gentar untuk mewartakan Kabar Baik ke seluruh dunia, "bangsa-bangsa bukan Yahudi". Kasih karunia Allah memang tidak terbatas, dianugerahkan kepada siapapun dan dimanapun, yang terbuka untuk menerimanya. Kasih karunia Allah bukan untuk menina-bobokan orang dan kemudian bermalas-malasan, tetapi menggerakkan dan memotivasi orang untuk keluar dari dirinya sendiri alias bersifat missioner, diutus. Kasih karunia utama dari Allah adalah Roh Kudus, maka siapapun yang menerima Roh Kudus dan kemudian hidup dari dan oleh Roh Kudus, maka dari cara hidup dan cara bertindaknya lahirlah keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh ini hendaknya juga menjadi dambaan dan buah hasi dari aneka usaha pendidikan. Hidup saya ini adalah kasih karunia Allah, maka segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki dan nikmati atau kuasai sampai saat ini adalah anugerah Allah, maka selayaknya kita semua hidup dan bertindak dengan rendah hati, lemah lembut, dst..
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar