"Kalau kamu tetap bertahan kamu akan memperoleh hidupmu"
(Dan 5:1-6.13-14. 16-17.23- 28; Luk 21:12-19)
"Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." (Luk 21:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Berbagai bentuk penganiayaan, kesulitan dan tantangan pada umumnya memotivasi orang menjadi takut dan minder, bahkan ada yang berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena frustrasi. Hal yang sama juga sering terjadi pada saat-saat terakhir, entah saat-saat terakhir masa jabatan atau hidup, orang sering gelisah dan takut. Setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan memang tidak akan terlepas dari aneka tantangan, hambatan dan masalah yang memang dapat mengkerdilkan dan membuat kita putus asa. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita untuk tetap bertahan dalam kebenaran, panggilan maupun tugas pengutusan. Dalam menghadapi tantangan, hambatan dan masalah kita diharapkan sabar, rendah hati dan lemah lembut, tidak tergesa-gesa menanggapi saat itu juga, melainkan hendaknya semuanya itu dibawa ke dalam doa atau kontemplasi. Persembahkan semuanya kepada Tuhan sambil mohon petunjuk dan tuntunan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi tantangan, hambatan dan masalah. Dalam dan bersama dengan Tuhan kita pasti akan menemukan cara-cara yang tepat dan memadai dalam menghadapi tantangan, masalah dan hambatan. Kita `dengarkan' dengan baik tantangan, masalah dan hambatan yang ada, dan kemudian kita `lihat' dalam terang iman atau Tuhan, agar kita dapat menemukan kehendak Tuhan dalam masalah, tantangan dan hambatan tersebut. Sekali lagi kami ingatkan bahwa tantangan, hambatan dan masalah yang lahir dari kesetiaan pada panggilan dan tugas pengutusan merupakan wahana kebahagiaan, keselamatan dan damai sejahtera sejati, maka tetap bertahanlah. Memang hendaknya tidak terlalu banyak berkata-kata dalam menghadapi masalah, tantangan atau hambatan, agar masalah, tantangan dan hambatan tidak semakin besar, berkobar-kobar.
• "Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanya kepada tuanku"(Dan 5:17), demikian kata Daniel kepada raja yang meminta menjelaskan makna suatu tulisan serta menjanjikan hadiah. Raja percaya bahwa dalam diri Daniel "terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa". Sebagai orang beriman kita semua diharapkan juga memiliki "kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa", maka marilah dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan kita bersama-sama mengusahakannya. Salah satu cara untuk mengusahakan antara lain senantiasa berusaha hidup baik, berbudi pekerti luhur, tidak pernah menyakiti atau melukai dan melecehkan yang lain, dan tentu saja tidak melupakan hidup doa harian yang menjadi kebutuhan atau kewajiban orang beriman. Salah satu bentuk doa yang mendukung hal itu adalah `pemeriksaan batin', maka hendaknya kita setia mengadakan pemeriksaan batin setiap hari agar menjadi terampil dalam hal pembedaan roh atau `spiritual discernment' . Pada masa kini kiranya orang yang terampil dalam pembedaan roh sungguh sangat dibutuhkan. Kasus yang ramai menjadi perbincangan di masyarakat seperti hubungan POLRI dan KPK rasanya sarat dengan manipulasi atau permainan sandiwara, apalagi ketika hanya mendasarkan para rumusan hukum tertulis, yang serba terbatas. Apa yang tertulis dalam hukumpun harus dibaca dan disikapi dengan jernih, akal budi dan hikmat yang sehat: bukankah cintakasih menjadi dasar pembuatan hukum serta sasaran pelaksanaan hukum? Dalam dan dengan cintakasih sejati orang akan dapat membaca dan menafsirkan serta memberlakukan aneka aturan dan tatanan hidup demi kepentingan umum atau kesejahteraan umum. Sebaliknya orang yang telah menikmati `uang sogokan atau pelicin' pada umumnya dengan sombong menyatakan bahwa apa yang diusahakan sesuai dengan hukum, padahal kurang tepat penerapan hukum yang ia lakukan.
"Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala angin, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai kedinginan dan pembekuan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:62-67)
Jakarta, 25 November 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar