"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini"
HR TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM : Dan 7:13-14; Why 1:5-8: Yoh 18:33b-37
"Bapak datang, kita berpuasa dua hari", demikian keluh kesah penarik becak di kota Semarang pada suatu saat, yaitu ketika Presiden Suharta berkunjung ke Semarang dalam rangka kunjungan kerja dalam 'Seminar Budaya Jawa' di hotel Patra Jasa – Semarang. Memang pada saat itu selama dua hari jalan yang akan dilalui presiden harus steril dan bersih, antara lain: penarik becak tidak boleh lewat, para pedagang kaki lima di pinggir jalan tidak boleh jualan, dst.. Karena dua hari tidak kerja atau jualan berarti dua hari tidak memperoleh uang, padahal apa yang diperoleh satu hari juga hanya cukup untuk kebutuhan hidup keluarga sehari. Sebaliknya ketika Paus Yohanes Paulus II mengadakan kunjungan pastoral di Yogyakarta, banyak pedagang kaki lima diuntungkan, karena pada waktu itu mereka dapat berjualan di pinggir jalan seperti biasa, bahkan harga dinaikkan tidak apa-apa dan jumlah yang mereka jual hampir dua kali lipat seperti biasa. Maklum beberapa jalan sekitar Maguwaharja, tempat Paus berkunjung dan mempersembahkan Perayaan Ekaristi, ditutup guna parkir kendaraan, dan dengan demikian mereka berjualan seperti biasa tidak apa-apa. Dari dua kunjungan sebagaimana saya kisahkan secara singkat di atas, kiranya cukup jelas ada kontras tajam, perbedaan antara 'kerajaan dunia' dan 'kerajaan sorga'. "Raja dunia" pada umumnya menguasai, sedangkan 'raja sorga' lebih melayani. Sebagai orang beriman, khususnya yang beriman pada Yesus Kristus, dipanggil untuk meneladan Yesus, Sang Raja Semesta Alam, yang datang untuk melayani bukan dilayani dan menguasai.
"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." (Yoh 18:36)
Kerajaan Yesus adalah Kerajaan Allah dan kita semua, yang beriman kepadaNya, adalah anggota Kerajaan Allah, maka marilah kita mawas diri apakah kita sungguh menjadi anggota Kerajaan Allah, yaitu orang-orang yang dirajai dan dikuasai oleh Allah, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita sesuai dengan kehendak Allah. Maka pada "Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam" ini, yang tidak lain adalah minggu terakhir dalam tahun liturgy atau peralihan tahun liturgy, kita mawas diri sejauh mana dalam perjalanan iman selama satu tahun kita semakin dirajai atau dikuasai oleh Allah, melalui aneka pekerjaan, pelayanan dan kesibukan kita setiap hari: sebagai orang beriman semakin beriman, sebagai pekerja semakin trampil bekerja, sebagai suami-isteri semakin trampil saling mengasihi, sebagai anggota Lembaga Hidup Bakti semakin berbakti kepada Allah dan sesama, sebagai pelayan masyarakat semakin melayani, dst..
Setiap hari atau minggu kita senantiasa berdoa dan beribadat, entah sendirian atau bersama-sama, dan dalam ibadat pada umumnya dibacakan dan direnungkan sabda Tuhan sebagaimana yang tertulis di dalam Kitab Suci, tulisan yang berfungsi mendidik, membina, mengajar dan menegor kita. Di dalam tugas belajar atau bekerja setiap hari kita juga menerima dan mendengarkan aneka informasi baru, yang dapat memperbaharui cara hidup dan cara bertindak kita. Di dalam aneka pergaulan atau curhat kita menerima aneka informasi, nasihat, saran, tegoran, ajakan, dst. . Apakah aneka pengalaman dan informasi yang telah kita terima membina dan mendidik kita sehingga kita semakin beriman, semakin dirajai atau dikuasai oleh Allah, semakin suci, semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia?
Semakin dikuasai Allah, semakin suci, semakin beriman memang ada kemungkinan juga semakin dibenci oleh sementara orang atau semakin menghadapi banyak tantangan dan penderitaan. Tantangan dan penderitaan yang lahir dari kesetiaan pada iman, panggilan dan tugas pengutusan adalah jalan atau wahana keselamatan dan kebahagiaan sejati, maka hendaknya dihadapi dengan rendah hati dan jangan disingkiri. Tantangan dan penderitaan tersebut akan mendewasakan pribadi kita sebagai orang beriman, tanpa tantangan dan penderitaan kita tak akan tumbuh berkembang sebagaimana didambakan.
"Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."(Why 1:8)
Kutipan dari kitab Wahyu di atas ini baik menjadi permenungan atau refleksi kita: kita berasal dari Allah dan harus kembali kepada Allah. Hidup atau mati kita adalah milik Allah, maka selama hidup kita 100% tergantung dari Allah dan 100% dari usaha atau upaya kita sendiri. Allah bekerja terus menerus tiada henti, maka selama bekerja maupun istirahat hendaknya kita menghayati diri senantiasa didampingi dan dilindungi oleh Allah, sebagaimana dikatakan oleh pemazmur :"TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku."(Mzm 139:1-10)
Ungkapan pemazmur di atas mengingatkan kita semua bahwa kita tak mungkin menyembunyikan diri di hadapan Allah, dimanapun dan kapanpun kita hidup dan bertindak senantiasa dalam penglihatan dan pengawasan Allah. Meskipun kita di dalam kamar sendirian atau di tengah hutan belantara sendirian, Allah tetap menyertai dan mendampingi kita. Maka kami mengingatkan dan mengajak kita semua, kaum beriman, untuk mengimani penyertaan dan pendampingan Allah, sehingga kita tidak takut untuk melakukan apa yang baik, benar, mulia dan suci, sebaliknya kita takut untuk berbuat jahat atau melakukan tindakan-tindakan amoral, yang menyakiti orang lain. Dengan ini kami juga mengingatkan siapapun yang suka berbohong pada atau menipu orang lain, para koruptor dst. Ada pepatah "sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga", serahasia-rahasianya anda berbuat jahat suatu saat akan ketahuan juga.
Hidup dan bertindak 'jujur' itulah panggilan dan tugas kita semua. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997,hal 17). Kasus "Bank Century" maupun 'ketegangan antara POLRI dan KPK' rasanya sarat dengan ketidak-jujuran, maka dengan ini kami berharap kepada para penegak hukum untuk dapat menjadi teladan kejujuran dalam tugas dan jabatannya; para pengusaha hendaknya juga tidak dengan mudah memberi 'uang pelicin' kepada para penegak hukum.
"TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada. Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa."
(Mzm 93:1-2.5)
Jakarta, 22 November 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar