"Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"
(Keb 6:1-11; Luk 17:11-19)
"Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."(Luk 17:11-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Martinus dari Tours, Uskup, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Ketika mau minta sumbangan atau pinjaman dengan bergairah orang berkomunikasi, tetapi begitu sumbangan atau pinjaman diterima langsung diam seribu bahasa terhadap yang memberi sumbangan atau pinjaman. Sikap mental macam itu kiranya masih menjiwai banyak orang. Kepada penyumbang atau pemberi pinjaman ketika disampaikan ucapan 'terima kasih' atas sumbangan atau pinjaman yang diberikan, mereka pasti akan gembira dan puas. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa menghaturkan 'terima kasih' atas aneka kebaikan yang telah kita terima kepada mereka yang memberikan. St.Martinus yang kita kenangkan hari ini dikenal sebagai orang yang dengan senang hati, iklas hati dan gembira dalam memberi bantuan atau sumbangan pada orang lain, lebih-lebih kepada mereka yang miskin dan berkekurangan, yang memang dari pihak penerima hanya memperoleh tanggapan 'terima kasih'. Pengalaman saya pribadi dalam berbagai kesempatan pelayanan menunjukkan bahwa orang-orang yang miskin dan berkekurangan akan lebih cepat dan mudah berterima kasih ketika menerima sesuatu, sementara itu orang-orang kaya pada umumnya lebih banyak menuntut pelayanan daripada berterima kasih. Cukup menarik juga jika mencermati peristiwa bencana alam, seperti gempa bumi atau tsunami: orang-orang asing lebih berpartisipasi meringankan beban penderitaan para korban daripada saudara-saudari sebangsa dan se tanah air. Birokrasi dalam pelayanan sosial rasanya begitu berbelit-belit, dan mungkin yang terjadi sebenarnya adalah pemotongan sumbangan sosial. Kami berharap agar anak-anak di dalam keluarga dibiasakan sedini mungkin untuk berterma kasih kepada siapapun yang telah berbuat baik kepada mereka.
· "Condongkanlah telinga, hai kamu yang memerintah orang banyak dan bermegah karena banyaknya bangsa-bangsamu. Sebab dari Tuhanlah kamu diberi kekuasaan dan pemerintahan datang dari Yang Mahatinggi, yang akan memeriksa segala pekerjaanmu serta menyelami rencanamu"(Keb 6:2-3). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi siapapun yang merasa harus memerintah atau memiliki kekuasaan, entah itu di dalam keluarga, tempat kerja, masyarakat, bangsa, Negara maupun kehidupan beragama. Sebagai pimpinan atau atasan diharapkan lebih banyak mendengarkan dari yang dipimpin daripada berkata-kata, dengan kata lain menghayati kepemimpinan partisipatif dan melayani. Dengarkanlah aneka dambaan, keluhan, pujian, kritik, saran, dst.. dari mereka yang harus kita pimpin atau layani, dan kemudian olahlah dalam Tuhan alias jadikan bahan doa aneka masukan tersebut untuk mohon pencerahan dan kekuatan dari Tuhan dalam rangka menanggapi masukan-masukan tersebut. Tanggapan pemimpin atau atasan dapat bersifat reaktif mapun pro-aktif, tergantung dari situasi dan kondisi yang ada maupun perkara yang muncul. Ingat dan sadari bahwa Allah, Yang Mahatinggi, yang akan memeriksa segala pekerjaan kita dan menyelami rencana kita, dan Allah tak mungkin dikelabuhi atau ditipu dan dibohongi. Marilah kita doakan para pemimpin Negara maupun Agama kita agar mereka dengan rela hati dan penuh pengorbanan berani mendengarkan mereka yang harus dilayani atau dipimpin, dan semoga para pemimpin tidak tumbuh berkembang menjadi diktator, tetapi tumbuh berkembang sebagai pelayan bagi semuanya. Semoga semakin tinggi jabatan atau kedudukan juga semakin rendah hati, tidak sombong; semoga semakin kaya akan harta benda juga semakin beriman dan rendah hati, bukan sombong dan serakah.
"Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!"
(Mzm 82:3-4)
Jakarta, 11 November 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar