Salah satu kota di Jakarta yang bernama kota Depok, tinggallah sepasang suami istri yang sangat kaya raya, sebut saja Pak dan Bu Rejo. Pasangan suami istri ini di karuniai seorang anak lelaki yang diberi nama oleh mereka BEJO. Karena sewaktu Bu Rejo hamil, berkat yang di terima keluarga ini berlimpah ruah dan usaha pembuatan cendol Pak Rejo maju luar biasa, sehingga mampu mengangkat keluarga ini di jajaran elite orang-orang kaya di Jakarta. Apalagi sesudah anak ini lahir, usaha mereka semakin sukses dan mendunia, bahkan bisa mendirikan perusahaan Cendol dengan skala eksport / dunia.
Maka anak yang lahir ini di beri nama Bejo (dalam bahasa jawa artinya : beruntung, dalam bahasa inggris : lucky). Seiring dengan bertumbuhnya si Bejo yang sekarang sudah menjadi pemuda yang super keren dan tajir, kemana – mana bawa mobil Mercedes Bens seri terbaru, hapenya saja communicator bak direktur, kemana – mana juga menenteng laptop bak orang penting, baju dan seluruh accecories-nya bermerk semua, badannya tegap atletis,tinggi, putih bersih, sayang perut agak buncit karena kebanyakan makanan ala luar negeri, apalagi si Bejo ini lulusan luar negeri pula, bukan dari Amerika atau Eropa, tapi dari Universitas Ethiopia di Afrika, kata si Bejo kurang keren kalau kuliah di Amerika / Eropa gitu loh.
Karena kesibukan kedua orang tua si Bejo ini dalam mengurus perusahaan dan terlebih pasangan suami istri ini juga ikut kegiatan / pelayanan di Gereja, mereka tidak begitu tanggap dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh anaknya, yang terpenting dalam prinsip Pak dan Bu Rejo mereka akan selalu menuruti semua yang diminta anaknya, mau beli mobil, hape, dan segala macam pakaian, sepatu, bahkan celana dalam merek terkenal pun akan dibelikan.
Itu yang menjadikan keluarga ini tidak pernah bertemu muka meski mereka bertiga satu rumah. Pagi saat si Bejo masih tidur, Pak dan Bu Rejo udah berangkat ke kantor, malam Pak dan Bu Rejo pulang, gantian si Bejo pergi dengan teman-temannya pulang sampai malam. Paling-paling Bu Rejo telpon anaknya sekedar tanya atau memberi nasehat basi, "Bejo jangan mabuk-mabukan yah, apalagi narkoba, hati-hati di jalan, cepetan pulang."
Hanya kata-kata itu terus yang sering dan berulang–ulang si Bejo dengerin dari ibunya.
Sebetulnya ada ganjelan dalam hati si Bejo, terkadang dia merenung seorang diri sambil melihat ke arah cermin, dia pemuda kaya, keren, tinggi tegap, putih bersih, cuman ada satu yang membuat dia kurang pede yaitu bentuk hidungnya yang bak jambu monyet terbalik. Sehingga dia merasa kemanapun dia pergi, tak ada seorang cewe pun yang menengok kepadanya, paling-paling yang di tengok kalau bukan mobil, atau hapenya saja, plus dompetnya. Paling cewe-cewe pada berbisik-bisik bila si Bejo ini lewat, "Ihhh ganteng-ganteng kok hidungnya kaya jambu monyet yah."
Semakin lama semakin risau hati si Bejo ini, dia kemudian menyalahkan orang tuanya, terutama Pak Rejo, karena bentuk hidung jambu monyet itu turun dari bapaknya (like father, like Bejo) heheheheheh.
"Aduhhhhh ini semua gara-gara bapak, punya hidung aja kok ya jelek banget sih," begitu setiap si Bejo melihat ke cermin.
Tetapi si Bejo tidak ada tempat untuk melampiaskan kerisauan hatinya, kedua orang tuanya sibuk sendiri-sendiri. Oh ya si Bejo ini tidak pernah mau ke gereja, karena buat apa dia ke gereja, emang gereja bisa memberikan kekayaan seperti orang tuanya, begitu di dalam pikiran si Bejo. Apalagi pernah ada tamu dari gereja yang hadir dalam acara pembukaan kantor cabang baru, sedang berbisik-bisik dengan tamu yang lain mengenai kejelekan hidung si Bejo, dan ini kedengaran ama si Bejo, membuat dia memiliki akar kepahitan dengan orang–orang gereja. Sampai-sampai si Bejo punya niat akan operasi plastik hidungnya, tapi dia mengurungkan niatnya karena biaya terlalu mahal.(kalau mau cari murah ya pakai plastik kresek kata temannya, hehehehehhe).
Di hari sabtu tak kala si Bejo hendak pulang dari berenang, dia memacu mobilnya dengan kencang kearah jln Sudirman, dan berniat makan di daerah Thamrin. Karena jalanan agak macet, maka si Bejo pelan-pelan mengendarai mobilnya. Sambil tengok kanan tengok kiri mencari ruang kosong untuk mobilnya, tatapan mata si Bejo tertegun tak kala dia melihat seorang gadis cantik,anggun dan kalem (bukan *Ka*ya*Lem*bu loh) sedang berdiri dihalte bis, namun tiba – tiba bunyi klakson mobil belakang yang kencang membuat si Bejo tersentak kaget dari lamunannya, dan buru-buru si Bejo menghentikan mobilnya di jalur lambat. Setelah dia parkir mobilnya dia cepat-cepat menghampiri gadis yang sedang menunggu di halte.
Dengan perasaan deg-degan campur malu, campur takut, si Bejo memberanikan diri untuk berkenalan dengan gadis tersebut, dan si Bejo benar-benar sudah lupa akan bentuk hidungnya (karena sudah tersepona).
"Eeee, anu, eeeeee, " tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut si Bejo ketika dia sudah didekat dengan gadis itu.
"Ih ngapain sih anak ini, kok seperti orang bingung, " begitu pikir si gadis.
"Anu, eeeee, "si Bejo masih terkunci mulutnya, dan terdengar keras detak jantung si Bejo.
"Ada apa sih mas?" tanya si gadis.
Blarrrrr, seakan meledak dan terbuka sudah mulut si Bejo, dia langsung memberanikan diri untuk mengajak kenalan.
"My name is Bejo" dan gadis itu menjawab, "Liana"
Sewaktu si Bejo menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman, alangkah kagetnya si Bejo tak kala si Liana menyodorkan tangan kanannya pula, sebab lengan itu tidak ada pergelangan tangannya, alias bunting eh buntung. Karena si Bejo sudah terlanjur menyodorkan tangannya, dan tidak mau membuat gadis ini tersinggung, si Bejo tetap meremas pergelangan gadis itu, sambil berkata, "maaf saya tidak tahu."
Tapi jawaban si gadis ini membuat hati si Bejo semakin tersepona dan seakan dia tertemplak begitu mendengar jawaban si gadis ini, "Oh ga papa kok, memang dari sejak lahir saya tidak memiki pergelangan tangan kanan, tapi Puji Tuhan saya masih memiliki tangan kiri dan sepasang kaki, sepasang mata, sepasang telinga, dan organ-organ tubuh lainya yang masih berfungsi."
Bak kesiram air panas, mulut si Bejo hanya bisa ternganga dan terbuka lebar, sampai seekor lalat pun bisa masuk ke dalamnya. Singkat cerita, Si Bejo mengantar gadis ini ke rumahnya di daerah Karawaci, sepanjang perjalanan Liana mengenalkan kasih Tuhan Yesus kepada si Bejo, dan dengan rela hati dan tulus si Bejo mau bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya. Singkat cerita mereka berdua resmi berpacaran. Si Bejo merasa beruntung memiliki Liana sebagai pacarnya, karena diam-diam rupanya Liana tertarik dengan si Bejo bukan karena dia kaya, tapi karena bentuk hidung si Bejo yang bikin gemes dan bikin susah tidur. Akhirnya mereka berdua diberkati Tuhan menjadi sepasang suami istri dan mereka diberkati pula dengan dua orang anak, yang pertama cewe manis persis ibunya di beri nama Myke, yang kedua cowo persis bapaknya, apalagi hidung yang mirip jambu monyet, di beri nama Jammon (alias JambuMonyet) hehehehehehehhe :D
Pesan Moral
1. Bersyukurlah dengan bentuk tubuh yang Tuhan sudah berikan pada kita, entah hidung kita spt hidung si Bejo, atau mancung ke dalam, dll karena kita itu diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Jadi semua itu baik adanya.
2. Mengucap syukurlah dengan berkat yang Tuhan sudah berikan, jangan bersungut-sungut dan menggerutu kepada Tuhan.
3. Bagi yang sudah menikah dan melayani Tuhan, bagilah waktu anda sebaik mungkin antara pelayanan dan keluarga, karena Tuhan itu mengutamakan keutuhan keluarga. Pelayanan berhasil tapi kalau keluarga berantakan, itu sama saja menjadi orang yang munafik.
4. Jangan pernah memilih calon suami atau istri berdasarkan bentuk fisik, siapa tahu justru kekurangan fisik anda itu menjadi daya tarik yang mengagumkan (seperti Liana yang justru tertarik dengan bentuk hidung jambu monyet, jadi gemes bokk)
5. Dan jangan pernah memiliki akar kepahitan, sbab bisa membuat hidup kita menderita dan sengsara di siksa oleh kebencian.
6. Dan jangan pernah lupa ceritakan kebaikan Tuhan di dalam hidup kita kepada orang lain, sehingga orang lain juga mendapat kebaikan yang sama.
dikirim oleh : Johan Huang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar