Rabu, 21 Januari 2015
8:11 Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;
8:12 dan supaya, apabila engkau sudah makan dan kenyang, mendirikan rumah-rumah yang baik serta mendiaminya,
8:13 dan apabila lembu sapimu dan kambing dombamu bertambah banyak dan emas serta perakmu bertambah banyak, dan segala yang ada padamu bertambah banyak,
8:14 jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan,
8:15 dan yang memimpin engkau melalui padang gurun yang besar dan dahsyat itu, dengan ular-ular yang ganas serta kalajengkingnya dan tanahnya yang gersang, yang tidak ada air. Dia yang membuat air keluar bagimu dari gunung batu yang keras,
8:16 dan yang di padang gurun memberi engkau makan manna, yang tidak dikenal oleh nenek moyangmu, supaya direndahkan-Nya hatimu dan dicobai-Nya engkau, hanya untuk berbuat baik kepadamu akhirnya.
8:17 Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini.
8:18 Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.
Ingatlah akan Penciptamu . . . sebelum tiba hari-hari yang malang. —Pengkhotbah 12:1
Ya Allah, berkatilah tanah air kami, Ghana” merupakan baris pertama dari lagu kebangsaan negara Ghana. Contoh lagu kebangsaan negara-negara Afrika lainnya: “Oh Uganda, kiranya Allah menopangmu”, “Tuhan, berkatilah bangsa kami” (Afrika Selatan), dan “Ya Allah Pencipta, tuntunlah perjuangan luhur kami” (Nigeria). Dengan menggunakan lagu kebangsaan sebagai doa, para pendiri negara-negara tersebut memohon kepada Allah untuk memberkati tanah air dan bangsa mereka. Banyak lagu kebangsaan dari negara-negara Afrika dan lainnya di dunia menyebut Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara. Selanjutnya, lagu-lagu kebangsaan itu menyerukan terjadinya perdamaian, perubahan, dan pengharapan bagi anak bangsa yang sering terpecah-belah karena perbedaan suku, politik, dan status sosial.
Namun saat ini, banyak pemimpin negara dan warga negara yang cenderung melupakan Allah dan tidak menjalani hidup sesuai dengan pernyataan-pernyataan tersebut—terutama saat kehidupan berjalan baik-baik saja. Namun perlukah terjadi perang, wabah penyakit, bencana alam, serangan teroris, atau kekerasan politik, baru kita teringat untuk mencari Allah? Musa memperingatkan bangsa Israel kuno untuk tidak melupakan Allah dan tidak berhenti berpegang pada jalan-jalan-Nya ketika hidup mereka makmur (Ul. 8:11). Pengkhotbah 12:1 mendorong kita, “Ingatlah akan Penciptamu . . . sebelum tiba hari-hari yang malang.”
Mendekat kepada Allah pada saat kita masih kuat dan sehat akan menyiapkan kita untuk bersandar kepada-Nya demi mendapatkan pertolongan dan pengharapan ketika “hari-hari yang malang” tersebut menimpa hidup kita. —LD
Bapa, aku selalu membutuhkan-Mu. Ampunilah aku karena
menganggap bahwa aku sanggup melakukan segalanya seorang diri.
Tolong aku untuk mengikut Engkau dan jalan-Mu, baik di saat senang
ataupun susah. Terima kasih untuk pemeliharaan-Mu atasku.
Mengingat Pencipta kita dapat menjadi “lagu kebangsaan” kita.
Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 1-3, Matius 14:1-21
Photo credit: jntolva / Foter / CC BY-NC-SA
Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu
from WarungSaTeKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar