Oleh: Charles Christian
Salah satu resolusi tahun baru yang aku buat di tahun kemarin adalah mencatat semua perjalananku sepanjang tahun 2014. Secara sengaja aku berusaha menuliskan berapa jauh jarak yang kutempuh dan berapa lama waktu yang kuhabiskan untuk setiap perjalanan. “Hanya untuk catatan pribadi,” ujarku sembari tersenyum, setiap kali ada rekan yang menanyakan kebiasaan baruku itu.
Tak terasa 365 hari pun berlalu. Keseluruhan catatanku mencapai ribuan baris, yang kemudian kurangkum dalam grafik yang menggambarkan seluruh perjalananku. Ternyata di tahun 2014, aku telah melakukan lebih dari 1000 perjalanan, menghabiskan hampir 40 hari penuh di jalanan, dan menempuh hampir 10.000 km. Wow! Data yang cukup membuatku tercengang. Perjalanan yang bisa dibilang sangat banyak untuk orang sepertiku.
Hampir semua perjalanan itu kulakukan di tengah salah satu kota terpadat di dunia: Jakarta. Lalu lintas Jakarta yang sangat ramai membuat seorang kolumnis surat kabar di Indonesia pernah menuliskan bahwa di Jakarta, setiap detik adalah sebuah keajaiban. Jadi, ketika aku bisa melewati jutaan detik di jalanan sepanjang tahun kemarin, sesungguhnya aku telah mengalami jutaan keajaiban!
Pengalaman ini menyadarkanku akan suatu hal yang lain—betapa seringnya aku menganggap sepi perlindungan Allah! Meski aku jarang berdoa mohon perlindungan-Nya dalam perjalanan, namun Dia telah melindungiku di setiap detik perjalananku. Aku jadi teringat pada sebuah kalimat yang belum lama ini dikutip seorang teman: “Inilah yang membedakan Allah dengan manusia: Allah memberi, memberi, memberi, dan mengampuni; sedangkan manusia menerima, menerima, menerima, dan melupakan.”
Tahun ini, mari kita lebih banyak bersyukur untuk keajaiban setiap hari yang kerap luput dari perhatian kita. Mari awali tahun 2015 dengan hati yang penuh syukur!
Artikel ini termasuk dalam kategori 01 - Januari 2015: Awal yang Baru, Artikel, Pena Kamu, Tema 2015
from WarungSaTeKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar