Selasa, 20 Januari 2015
19:1 Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang,
19:2 maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu."
19:3 Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana.
19:4 Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."
19:5 Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!"
19:6 Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula.
19:7 Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: "Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu."
19:8 Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
19:9 Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?"
19:10 Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."
19:11 Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu.
19:12 Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.
Sesudah itu [Elia] berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: “Bangunlah, makanlah!” —1 Raja-Raja 19:5
Saya suka sekali memotret matahari terbenam di Danau Michigan. Mataharinya terkadang menampilkan pemandangan dengan warna pastel lembut; sementara di lain waktu, warna mataharinya begitu cerah dengan garis-garis yang tajam. Adakalanya matahari dengan tenang terbenam di belakang danau, dan di kesempatan lain matahari turun seperti api yang menyala-nyala dengan dahsyatnya.
Kalau harus memilih antara melihat potret atau melihatnya secara langsung, saya akan memilih yang kedua. Namun keduanya sama-sama menampilkan karya tangan Allah. Saya pun memilih untuk melihat karya Allah di dunia ini secara langsung. Saya lebih ingin melihat jawaban doa yang dramatis daripada pemeliharaan Allah yang biasa dialami sehari-hari. Namun demikian, keduanya juga sama-sama merupakan karya tangan Allah.
Elia mungkin mempunyai kecenderungan yang serupa. Ia telah terbiasa mengalami langsung kemegahan dari pernyataan kuasa Allah. Ketika ia berdoa, Allah datang dengan cara yang dramatis—pertama-tama dalam kemenangan ajaib atas para nabi Baal, lalu pada akhir dari masa kekeringan besar yang panjang (1Raj. 18). Namun kemudian Elia ketakutan dan melarikan diri. Allah mengirimkan seorang malaikat untuk memberi Elia makan dan menguatkannya untuk perjalanannya. Setelah 40 hari, Elia tiba ke Horeb. Allah menunjukkan kepada Elia bahwa Dia kini menyampaikan pesan-Nya dengan suara yang tenang dan kecil, bukan dengan keajaiban yang dahsyat (19:11-12).
Jadi, jika kamu merasa kecewa karena Allah belum hadir dengan gelegar kedahsyatan-Nya, mungkin saja Dia sedang mengungkapkan kehadiran-Nya dengan cara yang lembut dan tenang. —JAL
Tuhan, kiranya kami dapat melihat Engkau hari ini dalam hal-hal
sederhana dalam kehidupan kami, sesuatu yang biasanya tidak kami
perhatikan sebelumnya. Terima kasih untuk kehadiran-Mu yang
lembut dan tenang, di mana pun kami jumpai sepanjang hari ini.
Allah hadir dalam perkara-perkara kecil maupun dalam perkara-perkara besar.
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 49-50, Matius 13:31-58
Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu
from WarungSaTeKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar