Judul: Mudah bersungut-sungutPadang gurun memang bukan tempat yang nyaman. Siang hari, kering dan terik, dan haus. Di malam hari, dinginnya menusuk tulang. Namun, Israel mampu menjalani hidup di padang gurun 40 tahun, sampai alih generasi, tanpa berkekurangan suatu apa pun (Ul 29:5). Di padang gurun, penyertaan Tuhan sangat nyata. Tiang awan dan tiang api menyertai mereka (Kel 13:21-22). Mata air yang memuaskan dahaga, serta manna sebagai makanan pokok mereka, jelas berasal dari Tuhan. Burung puyuh yang ditiupkan Tuhan secara berkala ke perkemahan Israel adalah bukti pemeliharaan Tuhan. Di perjalanan yang gersang dan sulit itu, hadirat Tuhan jauh lebih nyata dibandingkan saat mereka menetap di tanah perjanjian.
Toh, kehadiran Tuhan yang begitu nyata tidak membuat mereka berpuas hati. Bilangan 14:22 menuliskan bahwa Allah mencatat mereka memberontak 10 kali. Cukuplah Allah bersabar terhadap sikap tak tahu bersyukur Israel. Ia harus menghukum mereka keras (15)!
Di antara pemberontakan itu, ada yang sangat serius, seperti memberontak kepada pemimpin mereka, Musa dan Harun (16), menyembah lembu emas (19-20), menolak masuk ke negeri perjanjian (24-25), menyembah baal peor (28-29). Ada pula yang sepertinya sepele, bersungut-sungut karena makanan (14). Namun sebenarnya sama seriusnya karena ketidakpercayaan mereka kepada Tuhan. Penghukuman Tuhan pantas dan adil. Namun, penghukuman itu bukan untuk menghancurkan mereka melainkan agar bertobat dan tidak bersungut-sungut lagi.
Berapa kali dalam hidupmu Anda bersungut-sungut kepada Tuhan? Tidak puas dengan cara Tuhan mengelola hidup Anda? Anda bahkan sering memilih jalan sendiri yang jelas-jelas melawan kehendak-Nya? Jangan sampai Dia harus menghajar Anda, baru kapok dan bertobat. Belajar dari Israel. Belajarlah mengucap syukur karena Dia mengasihi Anda.
Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/16/
Sumber : www.sabda.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar