Judul: Mengeraskan hatiTulah sampar menyerang ternak-ternak bangsa Mesir (3). Akibatnya, Mesir tidak memiliki ternak untuk dimakan atau dipekerjakan. Namun Allah menjauhkan penyakit itu dari bangsa Israel. Allah melindungi umat-Nya dari kesulitan mendapat makanan dan bekerja. Meski demikian, Firaun tidak juga melembutkan hati. Mungkin karena tetap tersedia makanan di lumbung istananya, bagi seluruh penghuni istana. Ini berarti Firaun tidak menggubris penderitaan rakyatnya karena Ia tetap mengeraskan hati terhadap peringatan Tuhan tersebut (7).
Belum usai penderitaan rakyat Mesir, tulah barah merebak di seluruh negeri (10-11). Barah itu berasal dari debu jelaga dapur yang dihamburkan ke udara di depan Firaun, dan kemudian menjangkiti manusia dan hewan di Mesir. Bagaimana dengan para ahli Mesir? Jangankan meniru untuk membuat barah yang sama, untuk dapat tetap berdiri di hadapan Musa saja mereka tidak sanggup (11). Barah itu juga menjangkiti mereka dan mereka tidak sanggup menangkalnya. Pada saat itu baik para ahli Mesir maupun seluruh rakyat Mesir dapat melihat bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat melawan Allah Israel. Bahkan allah Mesir sekalipun tidak dapat menahan Allah Israel saat Ia menunjukkan kuasa-Nya.
Lalu bagaimana respons Firaun, sang allah Mesir, menyaksikan tulah yang semakin parah? Mulai dari tulah pertama sampai tulah keenam disebutkan bahwa Firaun berkeras hati setelah ia menyaksikan tulah-tulah tersebut. Seolah ia tidak peduli pada dampak tulah-tulah yang menimpa diri dan rakyatnya. Seolah juga ia memandang enteng tulah-tulah yang jatuh atas bangsanya, atau lebih jauh lagi ia memandang enteng pada Allah yang mendatangkan tulah-tulah tersebut. Namun setelah serangkaian tulah -mulai dari tulah kesatu sampai tulah yang keenam ini- untuk pertama kalinya disebutkan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun (12).
Ini pelajaran berharga tetapi juga pernyataan keras! Siapa mengeraskan hati terhadap teguran Allah, siap-siap menghadapi hukuman-Nya yang juga keras! Karena itu mari peka pada suara dan teguran Tuhan.
Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/06/07/
Sumber : www.sabda.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar