Mat. 23:23-26
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.
Renungan:
St. Agustinus Uskup adalah tipe jenius yang ingin merambah rahasia alam dan daya manusia. Oleh kekuatan doa ibunya, Santa Monika, ia akhirnya menemukan Tuhan. Sampai usia dewasa, ia belajar ilmu kefasihan yang prestisius, mengejar kesenangan dunia sampai kelahiran putera hubungan gelapnya, Adeodatus. Oleh rahmat Allah, ia bertobat. Ia menjadi Orang Kudus dan Pujangga Gereja.
Ajarannya diungkapkan dalam kalimat-kalimat wasiat. Berbeda dengan orang-orang Farisi, yang memandang hokum taurat, sebagai beban, baginya, Tuhan adalah sumber kasih, kemanisan dan kedamaian. "Terlambat aku mencintaiMu, Indah bahari dan mahabaru. Terlambat aku mencintaiMu. Engkau besertaku, tetapi aku berada di luar. Engkau berseru dan berteriak, meretas ketulianku. Sinar cemerlangMu mengusir kebutaanku. Harum semerbakMu menarik aku kepadaMu. Kunikmati, kucicipi, kureguk haus sekali.
Engkau menyentuhku, dan aku merekah dalam damaiMu" ( bdk 10:38). Setiap orang, yang mencari Allah, merasakan denyut rohani yang mirip dengan St. Agustinus. Di satu pihak terdapat dorongan kuat dalam diri kita untuk mengejar dan mencapai segala kekayaan dan kesenangan duniawi. Tetapi serentak muncul dalam hati kesebalan dan kecemasan. Untuk apa semuanya itu? Hati kita menjadi kurang tenang, bahkan stres. Di mana ada damai? St. Agustinus menemukan jawaban. "Cemas gelisahlah hati kami, hingga beristirahat di dalam Engkau"
(Renungan Harian Mutiara Iman 2012, Yayasan Pustaka Nusatama,Yogyakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar