"Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana."
(1Kor 1:17-25; Mat 25:1-15)
"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya." "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat." (Mat 25:1-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Bodoh dan bijaksana dalam hal hidup beriman atau beragama hemat saya lebih erat kaitannya dengan hati daripada otak, dengan kata lain bijaksana merupakan cirikhas hidup orang baik, berbudi pekerti luhur atau bermoral. Kita semua kiranya mendambakan diri tumbuh berkembang menjadi pribadi yang bijaksana, maka marilah kita perhatikan pembinaan atau pendampingan hati, jiwa dan akal budi kita. Memang kesehatan dan kebugaran fisik juga penting, karena ketika tubuh kita sehat dan bugar kiranya kita akan mendapat kemudahan untuk mengembangkan dan memperdalam hati, jiwa dan akal budi. Maka marilah pertama-tama kita berusaha menjaga kesehatan dan kebugaran fisik kita, yang memang di dalamnya secara inklusif kita juga memperhatikan jiwa, hati dan akal budi kita. Tumbuh-berkembang menjadi bijaksana juga erat kaitannya dengan 'talenta' yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, entah itu berupa kesehatan, keterampilan, kebugaran, kecerdasan dst.., maka jika kita mendambakan diri kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang bijaksana hendaknya mengembangkan dan memperdalam talenta yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita. Segala macam dan bentuk talenta ketika dikembangkan serta disumbangkan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan akan bertambah dan semakin mendalam dan handal. Usaha untuk bijaksana juga perlu disertai dengan doa atau kehidupan rohani yang baik dan memadai, maka hendaknya jangan melupakan hidup doa atau hidup rohani sehari-hari.
· "Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah." (1Kor 1:22-24). Orang-orang Yahudi lebih menekankan adat-istiadat dan orang-orang Yunani lebih menekankan logika atau pikiran, yang pada hemat saya keduanya sungguh sangat terbatas untuk memahami kebijaksanaan dan kekuatan serta rahmat atau hikmat Allah. Kekuatan dan hikmat Allah bagi orang yang beriman pada Yesus Kristus adalah 'Salib'. Ingatlah dan sadari bahwa kita sering membuat tanda salib, tanda salib kita buat dalam mengawali dan mengakhiri doa atau pekerjaan, dengan harapan kita akan melakukan segala sesuatu dengan semangat Yang Tersalib, yaitu dengan membaktikan diri seutuhnya pada apa yang ditugaskan atau diwajibkan bagi kita sebagai umat beriman atau beragama. Maka marilah kita bekerjasama, saling membantu dalam membaktikan diri dalam tugas, pekerjaan dan tugas pengutusan. Untuk itu jelas tak akan terlepas dari aneka penderitaan dan perjuangan, sebagai konsewensi dari kesetiaan dan ketaatan pada tugas, pekerjaan dan tugas pengutusan. Marilah kita tinggalkan adat-istiadat yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman maupun cara berpikir yang tidak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Jauhkan juga cara berpikir yang hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi.
" (Berbantahlah, TUHAN, melawan orang yang berbantah dengan aku, berperanglah melawan orang yang berperang melawan aku! Peganglah perisai dan utar-utar, bangunlah menolong aku, Biarlah mendapat malu dan kena noda, orang-orang yang ingin mencabut nyawaku; biarlah mundur dan tersipu-sipu orang-orang yang merancang kecelakaanku! Biarlah mereka seperti sekam dibawa angin, didorong Malaikat TUHAN"
(Mzm 35:1-2.4-5)
Ign 31 Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar