Rabu, 30 November 2011
Menghadapi Masalah Ala Daniel (1)
====================
"Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."
Tidak ada satupun manusia yang bisa hidup seratus persen tanpa masalah selamanya. Siapapun kita tentu sudah pernah berhadapan dengan kesulitan-kesulitan atau tekanan hidup dalam berbagai bentuk. Ada yang mungkin tengah menghadapi pergumulan saat ini, nanti pun masalah bisa datang sewaktu-waktu. Tidak satupun manusia yang suka berhadapan dengan masalah, tidak terkecuali saya. Tapi saya tahu bahwa dalam hidup kita memang harus siap berhadapan dengan itu, dan saya selalu berusaha untuk mengambil hikmah dibalik setiap permasalahan yang saya hadapi. Minimal lewat masalah itu saya bisa menguji sampai sejauh mana iman saya untuk percaya kepada Tuhan dengan kesabaran penuh dan berusaha belajar sesuatu yang baru dari masalah yang timbul beserta pemecahannya. Ketika kita tidak bisa menghindari sepenuhnya kehadiran masalah menerpa hidup kita pada waktu yang tidak disangka-sangka, apa yang bisa kita lakukan adalah mencermati betul bagaimana cara yang kita ambil untuk mengatasinya. Seringkali karena kita terburu-buru atau panik, kita mengambil langkah-langkah yang salah. Akibatnya, bukan masalahnya yang selesai, tetapi kerap kali kita malah menambah masalah baru dengan keputusan-keputusan kita sendiri yang gegabah. Ada begitu banyak tokoh di dalam Alkitab, dan masing-masing mereka punya masalah atau pergumulannya sendiri-sendiri. Ada yang harus berhadapan dengan orang-orang yang sulit diatur, ada yang mengalami pergumulan iman, ada yang harus menanti cukup lama akan janji Tuhan, ada pula yang harus menghadapi fitnahan dari orang-orang yang iri atau benci terhadap mereka. Hidup bagi para tokoh ini tidak ada yang mulus dan mudah seluruhnya dan hidup di masa sekarang pun tidak kalah sulitnya. Apa yang menarik bagi saya adalah melihat bagaimana cara mereka menghadapi masalah lalu keluar sebagai pemenang. Semua itu tentu bisa kita jadikan pelajaran dan pedoman dalam menghadapi masalah-masalah hari ini.
Apakah anda pernah menjadi korban fitnah? Saya pernah merasakannya dan tahu bagaimana sangat tidak enaknya menghadapi itu. Rasa sirik dan iri hati sepertinya sudah mendarah daging dalam kehidupan manusia, sehingga pembunuhan karakter lewat tuduhan-tuduhan keji bisa dilemparkan dengan mudahnya hanya karena merasa iri melihat keberhasilan orang lain. Fitnahan bisa begitu kejam sehingga hidup korbannya bisa menjadi hancur. Seringkali mereka hancur sebegitu rupa sehingga sulit untuk bangkit kembali. Orang-orang yang busuk hatinya bisa tega melakukan itu hanya untuk memberi kepuasan terhadap perasaan dengki mereka. Daniel pernah mengalam hal itu secara ekstrim. Dalam dua hari ini mari kita lihat bagaimana cara menghadapi serta mengatasi masalah ala Daniel.
Daniel tercatat sebagai sosok luar biasa dengan banyak kelebihan yang lahir pada masa bangsa Israel mengalami pembuangan dan pengasingan di Babel. Daniel dikatakan sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu di seluruh kerajaannya. (Daniel 1:20) dan diketahui memiliki roh yang luar biasa. (6:4). Kecerdasan Daniel dikatakan melebihi 120 wakil raja dan dua pejabat tinggi lainnya. (6:2-4). Empat kali raja lengser, Daniel masih tetap menjabat. Itu membuktikan bahwa Daniel memang beda. Apa yang membuat Daniel bisa diberkati sedemikian rupa? Alkitab jelas menuliskan jawabannya, yaitu kebiasaan dan disiplin Daniel dalam berdoa. Ayat bacaan kita hari ini menunjukkan hal itu dengan sangat jelas. Daniel ternyata biasa melakukan doa, berlutut dan memuji Allah sebanyak tiga kali sehari. Ada atau tidak ada kegiatan, sibuk atau tidak sibuk, keadaan memungkinkan atau tidak, dia tetap memegang komitmen untuk berdoa dengan disiplin. Tidaklah heran jika Kebiasaannya berdoa ternyata bisa membawanya menerima anugerah Tuhan secara luar biasa, dan dari sana Daniel pun menjadi orang penting dengan pengaruh sangat besar. Melihat kesuksesan seperti itu, mulailah para pejabat tinggi dan wakil raja yang berjumlah seratus dua puluh orang itumerasa dengki dan iri hati. Mereka lalu mulai mencari-cari kesalahan atas Daniel. Alkitab menyebutkan bahwa mereka tidak mendapati kesalahan apapun. "Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya." (ay 5). Tapi dasar niatnya jelek, mereka terus saja mencari-cari akal untuk menimpakan kesalahan atas Daniel. Akhirnya mereka menemukan sebuah akal untuk menjebak Daniel. "Maka berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!" (ay 6). Dan itulah yang mereka pergunakan untuk menjebak. Mereka tahu betul kebiasaan Daniel dalam berdoa, dan itu mereka pakai untuk menyingkirkan Daniel. Mereka pun datang mengahadap raja dan melancarkan siasat buruk mereka. "Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa." (ay 8). Raja Darius ternyata menyetujuinya. Begitu disahkan, mereka pun langsung bergegas menangkap Daniel.
Saya yakin Daniel tahu ia tengah berhadapan dengan masalah besar ketika mendengar perihal peraturan baru ini. Apa yang menjadi reaksinya? Gentar atau ciutkah dia? Apakah Daniel takut lalu berhenti berdoa atau mulai sembunyi-sembunyi dalam melakukannya? Ternyata tidak. Daniel sama sekali tidak gentar. Dia tidak cemas apalagi takut. Daniel tidak berusaha melarikan diri, berpura-pura tidak berdoa, atau bersembunyi supaya tidak ketahuan. Apa yang dilakukan Daniel menggambarkan sebuah iman yang luar biasa. "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (ay 11). Daniel kemudian ditangkap, dan dimasukkan ke gua singa. namun kita tahu apa yang kemudian terjadi. Daniel selamat tanpa lecet sedikitpun. Kata Daniel: "Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." (ay 23). Apa yang terjadi pada para wakil dan pejabat berhati busuk yang memfitnah dan menjebak Daniel? "Raja memberi perintah, lalu diambillah orang-orang yang telah menuduh Daniel dan mereka dilemparkan ke dalam gua singa, baik mereka maupun anak-anak dan isteri-isteri mereka. Belum lagi mereka sampai ke dasar gua itu, singa-singa itu telah menerkam mereka, bahkan meremukkan tulang-tulang mereka." (ay 25).
(bersambung)
Menghadapi Masalah Ala Daniel (1)
====================
"Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."
Tidak ada satupun manusia yang bisa hidup seratus persen tanpa masalah selamanya. Siapapun kita tentu sudah pernah berhadapan dengan kesulitan-kesulitan atau tekanan hidup dalam berbagai bentuk. Ada yang mungkin tengah menghadapi pergumulan saat ini, nanti pun masalah bisa datang sewaktu-waktu. Tidak satupun manusia yang suka berhadapan dengan masalah, tidak terkecuali saya. Tapi saya tahu bahwa dalam hidup kita memang harus siap berhadapan dengan itu, dan saya selalu berusaha untuk mengambil hikmah dibalik setiap permasalahan yang saya hadapi. Minimal lewat masalah itu saya bisa menguji sampai sejauh mana iman saya untuk percaya kepada Tuhan dengan kesabaran penuh dan berusaha belajar sesuatu yang baru dari masalah yang timbul beserta pemecahannya. Ketika kita tidak bisa menghindari sepenuhnya kehadiran masalah menerpa hidup kita pada waktu yang tidak disangka-sangka, apa yang bisa kita lakukan adalah mencermati betul bagaimana cara yang kita ambil untuk mengatasinya. Seringkali karena kita terburu-buru atau panik, kita mengambil langkah-langkah yang salah. Akibatnya, bukan masalahnya yang selesai, tetapi kerap kali kita malah menambah masalah baru dengan keputusan-keputusan kita sendiri yang gegabah. Ada begitu banyak tokoh di dalam Alkitab, dan masing-masing mereka punya masalah atau pergumulannya sendiri-sendiri. Ada yang harus berhadapan dengan orang-orang yang sulit diatur, ada yang mengalami pergumulan iman, ada yang harus menanti cukup lama akan janji Tuhan, ada pula yang harus menghadapi fitnahan dari orang-orang yang iri atau benci terhadap mereka. Hidup bagi para tokoh ini tidak ada yang mulus dan mudah seluruhnya dan hidup di masa sekarang pun tidak kalah sulitnya. Apa yang menarik bagi saya adalah melihat bagaimana cara mereka menghadapi masalah lalu keluar sebagai pemenang. Semua itu tentu bisa kita jadikan pelajaran dan pedoman dalam menghadapi masalah-masalah hari ini.
Apakah anda pernah menjadi korban fitnah? Saya pernah merasakannya dan tahu bagaimana sangat tidak enaknya menghadapi itu. Rasa sirik dan iri hati sepertinya sudah mendarah daging dalam kehidupan manusia, sehingga pembunuhan karakter lewat tuduhan-tuduhan keji bisa dilemparkan dengan mudahnya hanya karena merasa iri melihat keberhasilan orang lain. Fitnahan bisa begitu kejam sehingga hidup korbannya bisa menjadi hancur. Seringkali mereka hancur sebegitu rupa sehingga sulit untuk bangkit kembali. Orang-orang yang busuk hatinya bisa tega melakukan itu hanya untuk memberi kepuasan terhadap perasaan dengki mereka. Daniel pernah mengalam hal itu secara ekstrim. Dalam dua hari ini mari kita lihat bagaimana cara menghadapi serta mengatasi masalah ala Daniel.
Daniel tercatat sebagai sosok luar biasa dengan banyak kelebihan yang lahir pada masa bangsa Israel mengalami pembuangan dan pengasingan di Babel. Daniel dikatakan sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu di seluruh kerajaannya. (Daniel 1:20) dan diketahui memiliki roh yang luar biasa. (6:4). Kecerdasan Daniel dikatakan melebihi 120 wakil raja dan dua pejabat tinggi lainnya. (6:2-4). Empat kali raja lengser, Daniel masih tetap menjabat. Itu membuktikan bahwa Daniel memang beda. Apa yang membuat Daniel bisa diberkati sedemikian rupa? Alkitab jelas menuliskan jawabannya, yaitu kebiasaan dan disiplin Daniel dalam berdoa. Ayat bacaan kita hari ini menunjukkan hal itu dengan sangat jelas. Daniel ternyata biasa melakukan doa, berlutut dan memuji Allah sebanyak tiga kali sehari. Ada atau tidak ada kegiatan, sibuk atau tidak sibuk, keadaan memungkinkan atau tidak, dia tetap memegang komitmen untuk berdoa dengan disiplin. Tidaklah heran jika Kebiasaannya berdoa ternyata bisa membawanya menerima anugerah Tuhan secara luar biasa, dan dari sana Daniel pun menjadi orang penting dengan pengaruh sangat besar. Melihat kesuksesan seperti itu, mulailah para pejabat tinggi dan wakil raja yang berjumlah seratus dua puluh orang itumerasa dengki dan iri hati. Mereka lalu mulai mencari-cari kesalahan atas Daniel. Alkitab menyebutkan bahwa mereka tidak mendapati kesalahan apapun. "Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya." (ay 5). Tapi dasar niatnya jelek, mereka terus saja mencari-cari akal untuk menimpakan kesalahan atas Daniel. Akhirnya mereka menemukan sebuah akal untuk menjebak Daniel. "Maka berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!" (ay 6). Dan itulah yang mereka pergunakan untuk menjebak. Mereka tahu betul kebiasaan Daniel dalam berdoa, dan itu mereka pakai untuk menyingkirkan Daniel. Mereka pun datang mengahadap raja dan melancarkan siasat buruk mereka. "Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa." (ay 8). Raja Darius ternyata menyetujuinya. Begitu disahkan, mereka pun langsung bergegas menangkap Daniel.
Saya yakin Daniel tahu ia tengah berhadapan dengan masalah besar ketika mendengar perihal peraturan baru ini. Apa yang menjadi reaksinya? Gentar atau ciutkah dia? Apakah Daniel takut lalu berhenti berdoa atau mulai sembunyi-sembunyi dalam melakukannya? Ternyata tidak. Daniel sama sekali tidak gentar. Dia tidak cemas apalagi takut. Daniel tidak berusaha melarikan diri, berpura-pura tidak berdoa, atau bersembunyi supaya tidak ketahuan. Apa yang dilakukan Daniel menggambarkan sebuah iman yang luar biasa. "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (ay 11). Daniel kemudian ditangkap, dan dimasukkan ke gua singa. namun kita tahu apa yang kemudian terjadi. Daniel selamat tanpa lecet sedikitpun. Kata Daniel: "Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." (ay 23). Apa yang terjadi pada para wakil dan pejabat berhati busuk yang memfitnah dan menjebak Daniel? "Raja memberi perintah, lalu diambillah orang-orang yang telah menuduh Daniel dan mereka dilemparkan ke dalam gua singa, baik mereka maupun anak-anak dan isteri-isteri mereka. Belum lagi mereka sampai ke dasar gua itu, singa-singa itu telah menerkam mereka, bahkan meremukkan tulang-tulang mereka." (ay 25).
(bersambung)
1 des
(Sir 51:1-8; Yoh 12:24-26)
" Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yoh 12:24-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Beato Dionisius dan Redemptus, biarawan dan martir Indonesia, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Menjadi biarawan berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui pelayanan kepada sesamanya yang disertai dengan doa-doa. Sedangkan martir kiranya sebagaimana disabdakan oleh Yesus, yaitu orang yang "tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal". Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki dimensi kemartiran yang harus kita hayati dan sebarluaskan, maka marilah kita mawas diri apakah dalam hidup sehari-hari kita setia menghayati kemartiran kita. Nyawa adalah gairah, cita-cita, harapan atau dambaan, dan sebagai orang yang dipanggil untuk menghayati kemartiran kita diharapkan tidak mencintai atau hidup dan bertindak hanya mengikuti gairah, cita-cita, harapan dan dambaan pribadi, melainkan terutama dan pertama-tama adalah mengikuti kehendak dan perintah Tuhan. Kita dapat belajar dari atau meneladan Yesus yang telah menyerahkan nyawaNya sampai wafat di kayu salib demi keselamatan atau kebahagiaan seluruh umat manusia di dunia, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Mengikuti kehendak dan perintah Tuhan antara lain dapat kita wujudkan dengan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kami berharap kesetiaan dan ketaatan untuk melaksanakan tata tertib ini dibiasakan dan dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga kita masing-masing, dengan teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu. Kesetiaan dan ketaatan melaksanakan tata tertib hemat saya merupakan salah satu bentuk penghayatan kemartiran masa kini yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan.
· "Dari segala pihak aku dikelilingi orang dan tidak ada penolong, aku memandang keliling mencari bantuan dari manusia, tapi tidak ada. Maka teringatlah aku akan belas kasihan-Mu, ya Tuhan, dan akan pekerjaan-Mu dari dahulu kala, bahwasanya Engkau melepaskan orang yang berharap kepada-Mu serta menyelamatkan mereka dari tangan para musuhnya" (Sir 51:7-8). Kutipan ini kiranya baik kita renungkan atau refleksikan dalam rangka mawas diri perihal kemartiran kita. Setia dan taat pada iman dalam segala situasi atau keadaan memang dengan mudah akan dimusuhi atau dibenci oleh orang lain, apalagi di Indonesia ini yang masih sarat dengan tindak korupsi dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupan bersama. Menghayati kemartiran memang berarti senantiasa mengandalkan diri pada belas kasihan atau rahmat Tuhan. Mereka yang membenci atau memusuhi orang yang setia dan taat pada imannya adalah orang yang mengandalkan diri pada setan atau roh jahat, maka jika kita mengandalkan diri para rahmat Tuhan, yang berarti bersama dan bersatu dengan Tuhan, dengan demikian kita akan mampu menghadapi orang-orang yang membenci dan memusuhi kita. Tuhan pasti akan melepaskan orang dari kebencian dan permusuhan, jika yang bersangkutan sungguh berharap atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Hadapi aneka kebencian dan permusuhan dengan cintakasih, karena cintakasih mengatasi segalanya. Sejelek-jelek orang yang membenci dan memusuhi kiranya yang bersangkutan masih memiliki cintakasih, maka jika dihadapi dan disikapi dengan cintakasih, mereka pasti akan bertobat alias tidak akan membenci dan memusuhi lagi. Ingatlah bahwa cintakasih pasti menang atas kebencian dan balas dendam. Binatang-binatang buas yang kelihatan menakutkan dan mengancam pun ketika didekati dan disikapi dalam dan dengan cintkasih dapat menjadi sahabat, apalagi manusia, ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini.
" Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan." (Mzm 118:1.8-9)
Ign 1 Desember 2011
1 des
(Sir 51:1-8; Yoh 12:24-26)
" Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yoh 12:24-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Beato Dionisius dan Redemptus, biarawan dan martir Indonesia, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Menjadi biarawan berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui pelayanan kepada sesamanya yang disertai dengan doa-doa. Sedangkan martir kiranya sebagaimana disabdakan oleh Yesus, yaitu orang yang "tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal". Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki dimensi kemartiran yang harus kita hayati dan sebarluaskan, maka marilah kita mawas diri apakah dalam hidup sehari-hari kita setia menghayati kemartiran kita. Nyawa adalah gairah, cita-cita, harapan atau dambaan, dan sebagai orang yang dipanggil untuk menghayati kemartiran kita diharapkan tidak mencintai atau hidup dan bertindak hanya mengikuti gairah, cita-cita, harapan dan dambaan pribadi, melainkan terutama dan pertama-tama adalah mengikuti kehendak dan perintah Tuhan. Kita dapat belajar dari atau meneladan Yesus yang telah menyerahkan nyawaNya sampai wafat di kayu salib demi keselamatan atau kebahagiaan seluruh umat manusia di dunia, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Mengikuti kehendak dan perintah Tuhan antara lain dapat kita wujudkan dengan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kami berharap kesetiaan dan ketaatan untuk melaksanakan tata tertib ini dibiasakan dan dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga kita masing-masing, dengan teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu. Kesetiaan dan ketaatan melaksanakan tata tertib hemat saya merupakan salah satu bentuk penghayatan kemartiran masa kini yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan.
· "Dari segala pihak aku dikelilingi orang dan tidak ada penolong, aku memandang keliling mencari bantuan dari manusia, tapi tidak ada. Maka teringatlah aku akan belas kasihan-Mu, ya Tuhan, dan akan pekerjaan-Mu dari dahulu kala, bahwasanya Engkau melepaskan orang yang berharap kepada-Mu serta menyelamatkan mereka dari tangan para musuhnya" (Sir 51:7-8). Kutipan ini kiranya baik kita renungkan atau refleksikan dalam rangka mawas diri perihal kemartiran kita. Setia dan taat pada iman dalam segala situasi atau keadaan memang dengan mudah akan dimusuhi atau dibenci oleh orang lain, apalagi di Indonesia ini yang masih sarat dengan tindak korupsi dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupan bersama. Menghayati kemartiran memang berarti senantiasa mengandalkan diri pada belas kasihan atau rahmat Tuhan. Mereka yang membenci atau memusuhi orang yang setia dan taat pada imannya adalah orang yang mengandalkan diri pada setan atau roh jahat, maka jika kita mengandalkan diri para rahmat Tuhan, yang berarti bersama dan bersatu dengan Tuhan, dengan demikian kita akan mampu menghadapi orang-orang yang membenci dan memusuhi kita. Tuhan pasti akan melepaskan orang dari kebencian dan permusuhan, jika yang bersangkutan sungguh berharap atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Hadapi aneka kebencian dan permusuhan dengan cintakasih, karena cintakasih mengatasi segalanya. Sejelek-jelek orang yang membenci dan memusuhi kiranya yang bersangkutan masih memiliki cintakasih, maka jika dihadapi dan disikapi dengan cintakasih, mereka pasti akan bertobat alias tidak akan membenci dan memusuhi lagi. Ingatlah bahwa cintakasih pasti menang atas kebencian dan balas dendam. Binatang-binatang buas yang kelihatan menakutkan dan mengancam pun ketika didekati dan disikapi dalam dan dengan cintkasih dapat menjadi sahabat, apalagi manusia, ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini.
" Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan." (Mzm 118:1.8-9)
Ign 1 Desember 2011
Selasa, 29 November 2011
RS: Run With Goal
Read: Ams 29:18 (KJV), 1 Kor 9:25-26, Ef 3:20-21, Ams 23:18. Gbu.
Serius Menepati Janji
==================
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."
Ada beberapa teman saya yang mudah berkata ya atau berjanji, tetapi mereka jarang menepatinya. Misalnya berkata "Ok, besok saya datang..", atau "segera malam ini saya kirim", tapi ternyata tidak. Banyak orang yang begitu mudah memberi janji atau berkata ya dan kita menganggap mereka serius dengan janjinya, padahal itu mereka anggap hanya sebagai basa basi saja. Melihat sifat mereka, saya pun akhirnya tahu menempatkan diri dengan tidak menganggap serius janji-janji mereka, karena apabila saya meletakkan standar yang saya inginkan mengenai menepati janji, saya tentu akan kecewa dan akan sulit berteman dengan mereka.
Sebuah janji bagi saya merupakan hal yang penting. Jika saya sudah berkata ya, maka saya harus melakukannya apapun resikonya. Namun bagi banyak orang janji punya tingkatan. Ada yang harus, ada yang kalau sempat, ada pula yang basa basi saja. Ada banyak orang pula yang bahkan bersembunyi di belakang nama Tuhan. Kalau mereka tidak melakukan, itu adalah karena Tuhan yang tidak mengijinkan, padahal sebenarnya merekalah yang malas. Ada banyak alasan orang berkata ya dengan cepat tanpa berpikir harus melakukannya. Misalnya karena segan, tidak mau membuat orang lain kecewa, atau alasan lainnya, kita bisa melakukan basa basi atau "lips-service" dengan membuat sebuah janji. Soal ditepati atau tidak itu soal nanti, yang penting janjikan saja dulu. Toh alasan bisa dicari belakangan. Kita menganggap itu wajar dan biasa-biasa saja, namun sifat seperti ini sangatlah tidak dianjurkan dalam Alkitab. Perilaku ingkar janji ini tidak berbeda jauh dengan berbohong. Dan akan hal ini Yesus berkata tegas: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37)."Let your Yes be simply Yes, and your No be simply No; anything more than that comes from the evil one." Ini merupakan hal serius yang harus kita sadari.
Yesus mengatakan hal ini dalam konteks menasihati kita untuk tidak bersumpah, yang didasarkan dari 10 Perintah Allah: "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu" (Keluaran 20:16). Kenyataannya, manusia terkadang begitu beraninya bersumpah demi segala sesuatu, bahkan demi Tuhan untuk menutupi kebohongan. Ini jelas-jelas melanggar firman Tuhan. Tuhan sangat tidak suka jika kita melakukan ini, bahkan dikatakan jijik dengan sikap/kebiasaan seperti ini seperti apa yang dikatakan Daud: "Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." (Mazmur 5:7). Dari ayat ini kita melihat bahwa penipu disamakan dengan pembunuh. Berlebihankah? Saya rasa tidak, karena penipu, orang yang bersaksi dusta, orang yang ingkar janji bisa membunuh harapan, kepercayaan orang, bahkan karakter orang lain. Salomo di kemudian hari mengingatkan lebih lanjut: "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar." (Amsal 19:5). Dan pada suatu ketika, orang-orang pembohong tidak akan luput dari hukuman. Begitu seseorang berbohong, maka Tuhan pun akan menjadi lawannya. (Yehezkiel 13:9).
Kita harus membiasakan diri untuk menepati dan menganggap serius sebuah janji, sekecil apapun hal yang dijanjikan itu. Orang yang selalu menepati janji dengan sendirinya menjadi saksi kuat akan dirinya sendiri dalam hal kebenaran, sehingga mereka tidak lagi perlu mengucapkan sumpah-sumpah lewat bibirnya untuk meyakinkan orang lain. Kita harus mampu menjalani kehidupan yang bisa mendatangkan kepercayaan orang pada diri kita lewat kesetiaan kita dalam menepati janji atau menseriusi kata persetujuan yang kita berikan, dan itu akan jauh lebih terpercaya dibanding berusaha memperoleh kepercayaan lewat sumpah. Demikian pula dengan nazar, yang merupakan janji kita terhadap Tuhan ketika memohon sesuatu. Jangan pernah menunda atau lupa membayar nazar, karena itu juga akan menjadi sebuah kebohongan yang sangatlah tidak berkenan di hadapan Tuhan. "Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu." (Pengkotbah 5:4). Seperti apa yang diajarkan Yesus, hendaklah kita mau menghormati janji dan senantiasa menepatinya. Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak, katakan tidak. Selebihnya merupakan kebohongan yang datang dari iblis. Jangan bilang ya jika anda tidak serius apalagi dengan memakainya sebagai basa basi saja. Ketika mengatakan ya, peganglah itu dengan sungguh-sungguh, like you really mean it. Jangan biasakan untuk memberi janji-janji palsu dengan alasan apapun. Seperti kata sebuah pepatah bahasa Inggris, "Never make a promise you can't keep", hendaklah kita selalu mengutamakan kejujuran agar tidak membuka peluang bagi iblis untuk mengacak-acak hidup kita. Ingatlah bahwa janji yang dibuat asal-asalan dan tidak ditepati tidak saja mengakibatkan ketidakpercayaan orang pada kita, tapi juga merupakan sebuah dosa menjijikkan di hadapan Tuhan.
Take each promise seriously and make sure you'll keep it
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Serius Menepati Janji
==================
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."
Ada beberapa teman saya yang mudah berkata ya atau berjanji, tetapi mereka jarang menepatinya. Misalnya berkata "Ok, besok saya datang..", atau "segera malam ini saya kirim", tapi ternyata tidak. Banyak orang yang begitu mudah memberi janji atau berkata ya dan kita menganggap mereka serius dengan janjinya, padahal itu mereka anggap hanya sebagai basa basi saja. Melihat sifat mereka, saya pun akhirnya tahu menempatkan diri dengan tidak menganggap serius janji-janji mereka, karena apabila saya meletakkan standar yang saya inginkan mengenai menepati janji, saya tentu akan kecewa dan akan sulit berteman dengan mereka.
Sebuah janji bagi saya merupakan hal yang penting. Jika saya sudah berkata ya, maka saya harus melakukannya apapun resikonya. Namun bagi banyak orang janji punya tingkatan. Ada yang harus, ada yang kalau sempat, ada pula yang basa basi saja. Ada banyak orang pula yang bahkan bersembunyi di belakang nama Tuhan. Kalau mereka tidak melakukan, itu adalah karena Tuhan yang tidak mengijinkan, padahal sebenarnya merekalah yang malas. Ada banyak alasan orang berkata ya dengan cepat tanpa berpikir harus melakukannya. Misalnya karena segan, tidak mau membuat orang lain kecewa, atau alasan lainnya, kita bisa melakukan basa basi atau "lips-service" dengan membuat sebuah janji. Soal ditepati atau tidak itu soal nanti, yang penting janjikan saja dulu. Toh alasan bisa dicari belakangan. Kita menganggap itu wajar dan biasa-biasa saja, namun sifat seperti ini sangatlah tidak dianjurkan dalam Alkitab. Perilaku ingkar janji ini tidak berbeda jauh dengan berbohong. Dan akan hal ini Yesus berkata tegas: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37)."Let your Yes be simply Yes, and your No be simply No; anything more than that comes from the evil one." Ini merupakan hal serius yang harus kita sadari.
Yesus mengatakan hal ini dalam konteks menasihati kita untuk tidak bersumpah, yang didasarkan dari 10 Perintah Allah: "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu" (Keluaran 20:16). Kenyataannya, manusia terkadang begitu beraninya bersumpah demi segala sesuatu, bahkan demi Tuhan untuk menutupi kebohongan. Ini jelas-jelas melanggar firman Tuhan. Tuhan sangat tidak suka jika kita melakukan ini, bahkan dikatakan jijik dengan sikap/kebiasaan seperti ini seperti apa yang dikatakan Daud: "Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." (Mazmur 5:7). Dari ayat ini kita melihat bahwa penipu disamakan dengan pembunuh. Berlebihankah? Saya rasa tidak, karena penipu, orang yang bersaksi dusta, orang yang ingkar janji bisa membunuh harapan, kepercayaan orang, bahkan karakter orang lain. Salomo di kemudian hari mengingatkan lebih lanjut: "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar." (Amsal 19:5). Dan pada suatu ketika, orang-orang pembohong tidak akan luput dari hukuman. Begitu seseorang berbohong, maka Tuhan pun akan menjadi lawannya. (Yehezkiel 13:9).
Kita harus membiasakan diri untuk menepati dan menganggap serius sebuah janji, sekecil apapun hal yang dijanjikan itu. Orang yang selalu menepati janji dengan sendirinya menjadi saksi kuat akan dirinya sendiri dalam hal kebenaran, sehingga mereka tidak lagi perlu mengucapkan sumpah-sumpah lewat bibirnya untuk meyakinkan orang lain. Kita harus mampu menjalani kehidupan yang bisa mendatangkan kepercayaan orang pada diri kita lewat kesetiaan kita dalam menepati janji atau menseriusi kata persetujuan yang kita berikan, dan itu akan jauh lebih terpercaya dibanding berusaha memperoleh kepercayaan lewat sumpah. Demikian pula dengan nazar, yang merupakan janji kita terhadap Tuhan ketika memohon sesuatu. Jangan pernah menunda atau lupa membayar nazar, karena itu juga akan menjadi sebuah kebohongan yang sangatlah tidak berkenan di hadapan Tuhan. "Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu." (Pengkotbah 5:4). Seperti apa yang diajarkan Yesus, hendaklah kita mau menghormati janji dan senantiasa menepatinya. Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak, katakan tidak. Selebihnya merupakan kebohongan yang datang dari iblis. Jangan bilang ya jika anda tidak serius apalagi dengan memakainya sebagai basa basi saja. Ketika mengatakan ya, peganglah itu dengan sungguh-sungguh, like you really mean it. Jangan biasakan untuk memberi janji-janji palsu dengan alasan apapun. Seperti kata sebuah pepatah bahasa Inggris, "Never make a promise you can't keep", hendaklah kita selalu mengutamakan kejujuran agar tidak membuka peluang bagi iblis untuk mengacak-acak hidup kita. Ingatlah bahwa janji yang dibuat asal-asalan dan tidak ditepati tidak saja mengakibatkan ketidakpercayaan orang pada kita, tapi juga merupakan sebuah dosa menjijikkan di hadapan Tuhan.
Take each promise seriously and make sure you'll keep it
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Senin, 28 November 2011
Fwd: 30 Nov
(Rm 10:9-18; Mat 4:18-22)
"Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia." (Mat 4:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Tugas utama seorang rasul adalah menjadi 'penjala manusia', artinya berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, terutama keselamatan jiwa manusia. Kebanyakan dari dua belas rasul yang mengikuti Yesus berasal dari para penjala ikan, dengan kata lain panggilan menjadi penjala manusia merupakan pengembangan dan pendalaman anugerah yang telah diterimanya. Sebagai orang beriman kita semua juga memiliki panggilan rasuli, tugas untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, maka marilah dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, ini kita mawas diri perihal panggilan rasuli kita masing-masing. Salah satu bentuk usaha karya penyelamatan dunia adalah perbuatan baik, maka hendaknya kapan pun dan dimana pun kita senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan jiwa manusia. Tanda bahwa kita semua saling berbuat baik satu sama lain antara lain adalah kita semua senantiasa dalam keadaan baik, sehat wal'afiat dan damai sejahtera baik lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. Maka baiklah kita lihat, perhatikan dan cermati apakah di lingkungan hidup dan kerja kita ada yang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa sakit akal budi atau sakit phisik, dan kemudian kita tolong penyembuhannya. Rasanya di antara kita cukup banyak yang menderita sakit hati atau sakit jiwa, meskipun belum begitu parah dan baru sedikit saja, misalnya mereka yang suka marah, menggerutu atau mengeluh terhadap aneka macam peristiwa atau kejadian.
· "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rm 10:17), demikian kata Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Mendengarkan hemat saya merupakan anugerah Tuhan dari pancaindera yang pertama-tama dianugerahkan Tuhan kepada kita semua. Ketika kita masih berada di rahim ibu kita masing-masing, kita telah dapat mendengarkan aneka suara di lingkungan hidup kita dan apa yang kita dengarkan membekas dalam diri kita, membentuk pribadi kita sebagaimana adanya saat ini. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk memperdengarkan atau menyuarakan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan manusia, terutama keselamatan jiwa manusia. Secara khusus sebagai orang beragama kita diharapkan mewartakan atau menyebarluaskan firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Hemat saya seluruh isi firman sebagaimana tertulis di dalam kitab-kitab suci apapun dapat dipadatkan ke dalam firman Tuhan atau perintah Tuhan untuk hidup saling mengasihi satu sama lain, sebagaiman Tuhan telah mengasihi kita sampai kini. Maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi kapan pun dan dimana pun, sehingga yang terdengar atau terwartakan dari cara hidup dan cara bertindak kita, entah secara pribadi atau bersama adalah perihal saling mengasihi. Panggilan atau tugas saling mengasihi hemat saya mudah kita hayati atau lakukan jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih', diciptakan dan dibesarkan dalam dan oleh kasih. Ingat dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban hidup bersama bapak-kita yang saling mengasihi, saling bekerjasama atau bergotong-royong. Hendaknya jangan mengingkari diri bahwa kita adalah buah kasih dan gotong-royong, maka selayaknya kita menghayati diri sebagai yang terkasih dan dengan demikian bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dan yang terkasih dan dengan demikian saling mengasihi.
"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari"
(Mzm 19:2-5)
Ign 30 November 2011
Fwd: 30 Nov
(Rm 10:9-18; Mat 4:18-22)
"Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia." (Mat 4:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Tugas utama seorang rasul adalah menjadi 'penjala manusia', artinya berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, terutama keselamatan jiwa manusia. Kebanyakan dari dua belas rasul yang mengikuti Yesus berasal dari para penjala ikan, dengan kata lain panggilan menjadi penjala manusia merupakan pengembangan dan pendalaman anugerah yang telah diterimanya. Sebagai orang beriman kita semua juga memiliki panggilan rasuli, tugas untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, maka marilah dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, ini kita mawas diri perihal panggilan rasuli kita masing-masing. Salah satu bentuk usaha karya penyelamatan dunia adalah perbuatan baik, maka hendaknya kapan pun dan dimana pun kita senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan jiwa manusia. Tanda bahwa kita semua saling berbuat baik satu sama lain antara lain adalah kita semua senantiasa dalam keadaan baik, sehat wal'afiat dan damai sejahtera baik lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. Maka baiklah kita lihat, perhatikan dan cermati apakah di lingkungan hidup dan kerja kita ada yang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa sakit akal budi atau sakit phisik, dan kemudian kita tolong penyembuhannya. Rasanya di antara kita cukup banyak yang menderita sakit hati atau sakit jiwa, meskipun belum begitu parah dan baru sedikit saja, misalnya mereka yang suka marah, menggerutu atau mengeluh terhadap aneka macam peristiwa atau kejadian.
· "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rm 10:17), demikian kata Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Mendengarkan hemat saya merupakan anugerah Tuhan dari pancaindera yang pertama-tama dianugerahkan Tuhan kepada kita semua. Ketika kita masih berada di rahim ibu kita masing-masing, kita telah dapat mendengarkan aneka suara di lingkungan hidup kita dan apa yang kita dengarkan membekas dalam diri kita, membentuk pribadi kita sebagaimana adanya saat ini. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk memperdengarkan atau menyuarakan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan manusia, terutama keselamatan jiwa manusia. Secara khusus sebagai orang beragama kita diharapkan mewartakan atau menyebarluaskan firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Hemat saya seluruh isi firman sebagaimana tertulis di dalam kitab-kitab suci apapun dapat dipadatkan ke dalam firman Tuhan atau perintah Tuhan untuk hidup saling mengasihi satu sama lain, sebagaiman Tuhan telah mengasihi kita sampai kini. Maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi kapan pun dan dimana pun, sehingga yang terdengar atau terwartakan dari cara hidup dan cara bertindak kita, entah secara pribadi atau bersama adalah perihal saling mengasihi. Panggilan atau tugas saling mengasihi hemat saya mudah kita hayati atau lakukan jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih', diciptakan dan dibesarkan dalam dan oleh kasih. Ingat dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban hidup bersama bapak-kita yang saling mengasihi, saling bekerjasama atau bergotong-royong. Hendaknya jangan mengingkari diri bahwa kita adalah buah kasih dan gotong-royong, maka selayaknya kita menghayati diri sebagai yang terkasih dan dengan demikian bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dan yang terkasih dan dengan demikian saling mengasihi.
"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari"
(Mzm 19:2-5)
Ign 30 November 2011
29 Nov
"Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil"
(Yes 11:1-10; Luk 10:21-24)
"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." (Luk 10:21-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Orang-orang yang disebut bijak pada umumnya berfungsi sebagai pimpinan dan dengan demikian perhatiannya lebih terarah pada apa-apa yang bersifat umum dan besar serta kurang memperhatikan hal-hal atau perkara-perkara kecil dan sederhana. Yang memperhatikan hal-hal atau perkara kecil dan sederhana pada umumnya adalah orang-orang kecil seperti para pembantu atau pelayan rumah tangga dan kantor. Yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari adalah hal-hal atau perkara-perkara kecil dan sederhana seperti makan dan minum, pakaian bersih, kamar dan tempat kerja bersih, halaman bersih dst.., dan yang mengurus semuanya itu adalah para pembantu atau pelayan alias orang-orang kecil. Para pelayan atau pembantu rumah tangga dan kantor pada umumnya juga tahu selera pribadi orang-orang yang harus dilayani alias semua anggota rumah tangga atau kantor. Para pelayan harus melayani semua orang sedemikian rupa sehingga mereka yang dilayani senang, bahagia dan sejahtera. Para pelayan atau pembantu rumah tangga atau kantor yang baik mampu 'melihat' dengan baik, cermat dan tepat apa yang harus dikerjakan sehingga semua yang dikerjakan berkenan bagi semuanya. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk dengan rendah hati 'melihat' perkara-perkara atau hal-hal kecil yang kita butuhkan dalam hidup dan kerja kita setiap hari. Selain perkara atau hal kecil dan sederhana hendaknya juga diperhatikan anak-anak kecil, orang-orang miskin dan berkekurangan yang ada di lingkungan hidup maupun kerja kita masing-masing. "Small is beautiful" = kecil itu indah, demikian kata sebuah pepatah. Bukankah anak kecil atau bayi lebih menarik dan mempesona daripada anak-anak besar atau orang-orang dewasa?
· "Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya. Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia" (Yes 11:9-10), demikian penglihatan nabi Yesaya akan masa depan yang dijanjikan oleh Tuhan. "Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk" itulah dambaan, harapan dan kerinduan kita dalam hidup dan kerja bersama. Dambaan, harapan dan kerinduan itu akan menjadi kenyataan atau terwujud jika kita usahakan bersama dengan kerja keras serta bantuan rahmat Tuhan. Saya merasa dambaan, harapan dan kerinduan tersebut hendaknya pertama-tama diusahakan dan menjadi nyata dalam keluarga kita masing-masing. Dengan kata lain anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina untuk tidak melakukan kejahatan atau kebusukan sekecil apapun, dan tentu saja pertama-tama dan terutama dengan teladan konkret dari para orangtua atau bapak-ibu. Hendaknya antar kakak-adik dilatih dan dibina saling berbuat baik dan saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga. Pengalaman relasi yang baik antar orangtua dan anak akan menjadi modal masa depan untuk relasi antara bawahan dan atasan, pengalaman relasi yang baik antar kakak-adik akan menjadi modal masa depan dalam berrelasi antar rekan belajar atau bekerja , pengalaman relasi antar anggota rumah tangga dan pembantu atau pelayan rumah tangga akan menjadi modal masa depan dalam relasi kita dengan orang-orang kecil, sederhana, miskin dan berkekurangan. Apa yang dialami dan ditterima dalam keluarga akan dikembangkan dalam kehidupan bersama yang lebih besar dan kompleks.
"Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin."
(Mzm 72:7-8.12-13)
Ign 29 November 2011
29 Nov
"Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil"
(Yes 11:1-10; Luk 10:21-24)
"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." (Luk 10:21-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Orang-orang yang disebut bijak pada umumnya berfungsi sebagai pimpinan dan dengan demikian perhatiannya lebih terarah pada apa-apa yang bersifat umum dan besar serta kurang memperhatikan hal-hal atau perkara-perkara kecil dan sederhana. Yang memperhatikan hal-hal atau perkara kecil dan sederhana pada umumnya adalah orang-orang kecil seperti para pembantu atau pelayan rumah tangga dan kantor. Yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari adalah hal-hal atau perkara-perkara kecil dan sederhana seperti makan dan minum, pakaian bersih, kamar dan tempat kerja bersih, halaman bersih dst.., dan yang mengurus semuanya itu adalah para pembantu atau pelayan alias orang-orang kecil. Para pelayan atau pembantu rumah tangga dan kantor pada umumnya juga tahu selera pribadi orang-orang yang harus dilayani alias semua anggota rumah tangga atau kantor. Para pelayan harus melayani semua orang sedemikian rupa sehingga mereka yang dilayani senang, bahagia dan sejahtera. Para pelayan atau pembantu rumah tangga atau kantor yang baik mampu 'melihat' dengan baik, cermat dan tepat apa yang harus dikerjakan sehingga semua yang dikerjakan berkenan bagi semuanya. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk dengan rendah hati 'melihat' perkara-perkara atau hal-hal kecil yang kita butuhkan dalam hidup dan kerja kita setiap hari. Selain perkara atau hal kecil dan sederhana hendaknya juga diperhatikan anak-anak kecil, orang-orang miskin dan berkekurangan yang ada di lingkungan hidup maupun kerja kita masing-masing. "Small is beautiful" = kecil itu indah, demikian kata sebuah pepatah. Bukankah anak kecil atau bayi lebih menarik dan mempesona daripada anak-anak besar atau orang-orang dewasa?
· "Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya. Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia" (Yes 11:9-10), demikian penglihatan nabi Yesaya akan masa depan yang dijanjikan oleh Tuhan. "Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk" itulah dambaan, harapan dan kerinduan kita dalam hidup dan kerja bersama. Dambaan, harapan dan kerinduan itu akan menjadi kenyataan atau terwujud jika kita usahakan bersama dengan kerja keras serta bantuan rahmat Tuhan. Saya merasa dambaan, harapan dan kerinduan tersebut hendaknya pertama-tama diusahakan dan menjadi nyata dalam keluarga kita masing-masing. Dengan kata lain anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina untuk tidak melakukan kejahatan atau kebusukan sekecil apapun, dan tentu saja pertama-tama dan terutama dengan teladan konkret dari para orangtua atau bapak-ibu. Hendaknya antar kakak-adik dilatih dan dibina saling berbuat baik dan saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga. Pengalaman relasi yang baik antar orangtua dan anak akan menjadi modal masa depan untuk relasi antara bawahan dan atasan, pengalaman relasi yang baik antar kakak-adik akan menjadi modal masa depan dalam berrelasi antar rekan belajar atau bekerja , pengalaman relasi antar anggota rumah tangga dan pembantu atau pelayan rumah tangga akan menjadi modal masa depan dalam relasi kita dengan orang-orang kecil, sederhana, miskin dan berkekurangan. Apa yang dialami dan ditterima dalam keluarga akan dikembangkan dalam kehidupan bersama yang lebih besar dan kompleks.
"Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin."
(Mzm 72:7-8.12-13)
Ign 29 November 2011
Terhubung Dengan Tuhan
====================
"karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa."
Saya masih sempat merasakan susahnya berkomunikasi orang yang berada di kota berbeda, apalagi di luar negeri. Sarana komunikasi satu-satunya adalah melalui surat yang dikirim lewat pos atau telepon. Belakangan ada pager yang mempermudah kontak antara kita dengan orang lain, lalu handphone atau mobile phone muncul sehingga kita bisa saling berhubungan meski tengah berada di luar rumah, dan text messaging atau sms memungkinkan kita untuk bisa bertukar cerita dengan tarif yang sangat murah. Hari ini para pengguna BlackBerry tentu sudah merasakan keuntungan dengan menggunakan BBM atau BlackBerry Messenger. Surat bisa dikirim via email yang akan sampai di tujuan dalam hitungan detik. Yahoo messenger dan fasilitas chatting lainnya pun membantu kita dalam berkomunikasi. Bahkan kita bisa berkomunikasi sambil melihat lawan bicara kita dengan menggunakan fasilitas internet. Teknologi semakin berkembang membuat komunikasi pun menjadi semakin mudah. Kita tidak perlu bingung lagi untuk menghubungi teman atau keluarga yang berada di belahan dunia lain, karena selain kita bisa dengan mudah menghubungi mereka, biaya yang harus dikeluarkan juga sangat minim bahkan bisa gratis.
Dalam hal hubungan kita dengan Tuhan pun demikian. Dalam Perjanjian Lama kita melihat bahwa manusia butuh perantaraan nabi-nabi yang dipilih Tuhan untuk berhubungan denganNya. Manusia tidak bisa secara langsung melakukan itu akibat dosa yang memutus hubungan antara kita dengan tahta Tuhan yang kudus. Thanks to Jesus, hari ini kita bisa datang berbicara kepada Tuhan dengan mudah, kapan saja dan dimana saja. Kita bisa masuk menghampiri tahtaNya dan berhubungan denganNya setiap waktu. Tuhan Yesus sudah memulihkan hubungan kita yang terputus dari Tuhan akibat dosa sehingga kita tidak perlu lagi harus melalui perantaraan nabi dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Kita tidak perlu mengantri, memasuki gedung-gedung tertentu, atau mempersiapkan segala sesuatu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Kita tidak perlu dijadwal terlebih dahulu untuk melakukan itu. Kita bisa secara langsung menumpahkan isi hati kita, memuji dan menyembahNya, mendengar suaraNya, merasakan hadiratNya yang begitu damai atau memohon pertolongan kapanpun dan dimanapun kita berada. Kita tidak memerlukan perantaraan orang lain untuk menyampaikan suara hati kita. Dan yang lebih luar biasa lagi, Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk kita. Kapan saja kita membuka hubungan dengan Tuhan, Dia akan selalu berkenan untuk dihampiri. Bukankah itu indah?
Tanpa Kristus kita tidak akan pernah bisa mengalami semua kemudahan ini. Paulus mengerti benar akan hal itu dan itu bisa kita lihat lewat apa yang ia katakan: "karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:18). Karena Tuhanlah kita semua, baik orang-orang Israel secara rohani maupun yang berada diluar, oleh Roh Allah yang satu, dapat mendekati Bapa. Hubungan kita yang telah terputus akibat dosa telah kembali tersambung lewat darah Kristus. Tepat ketika Yesus menyerahkan nyawaNya di kayu salib, sesuatu terjadi di Bait suci. "Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah." (Markus 13:38). Itulah pertanda bahwa tidak lagi ada sekat yang membentang antara kita dengan Tuhan. Itulah yang disinggung oleh Paulus. "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus." (Efesus 2:13). Artinya, semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk selamat dan berhubungan secara langsung kepada Bapa melalui Roh Kudus oleh karena Kristus, dengan perantaraan Kristus. Lebih lanjut Paulus mengatakan "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (3:12). Setiap saat, kapan dan dimana saja, kita bisa berhubungan dengan Tuhan. Ini adalah anugerah yang terlalu besar untuk kita abaikan.
Melalui Kristus, semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan hadirat Tuhan secara langsung. Tuhan selalu menyambut siapapun dengan tangan terbuka tanpa memandang siapa kita, kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan dahulu atau latar belakang apapun. Dia siap menyucikan kita kembali agar bisa dengan penuh keberanian memasuki tahta kudusNya. Apa yang perlu kita perbuat adalah mengakui dosa-dosa kita dengan melakukan pertobatan secara total dan menyeluruh, karena sesungguhnya yang memisahkan kita dari Tuhan tidak lain adalah dosa-dosa kita. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Sebuah syarat lain tentu saja dengan percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita pun akan dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16).
"TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:8). Dan kedekatan itu sudah menjadi begitu nyata melalui hubungan tanpa hambatan/batas yang telah dimungkinkan lewat darah Kristus. "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:17). Kalau begitu semuanya tinggal tergantung kita. Apakah kita mau memanfaatkan anugerah sebesar ini atau menyia-nyiakannya, apakah ita mau masuk atau masih memilih untuk berada di luar. Yang pasti, pintu sudah dibuka, dan pintu itu terbuka untuk semua orang tanpa terkecuali. Melalui Yesus, kita bisa menghampiri tahta kudusNya kapanpun dan dimanapun. Selama kita mau, tidak ada tempat atau waktu dimana kita tidak bisa menemuiNya. Isn't it great?
Tidak ada pembatas lagi untuk berhubungan dengan Tuhan. Kapanpun dan dimanapun kita bisa.
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Terhubung Dengan Tuhan
====================
"karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa."
Saya masih sempat merasakan susahnya berkomunikasi orang yang berada di kota berbeda, apalagi di luar negeri. Sarana komunikasi satu-satunya adalah melalui surat yang dikirim lewat pos atau telepon. Belakangan ada pager yang mempermudah kontak antara kita dengan orang lain, lalu handphone atau mobile phone muncul sehingga kita bisa saling berhubungan meski tengah berada di luar rumah, dan text messaging atau sms memungkinkan kita untuk bisa bertukar cerita dengan tarif yang sangat murah. Hari ini para pengguna BlackBerry tentu sudah merasakan keuntungan dengan menggunakan BBM atau BlackBerry Messenger. Surat bisa dikirim via email yang akan sampai di tujuan dalam hitungan detik. Yahoo messenger dan fasilitas chatting lainnya pun membantu kita dalam berkomunikasi. Bahkan kita bisa berkomunikasi sambil melihat lawan bicara kita dengan menggunakan fasilitas internet. Teknologi semakin berkembang membuat komunikasi pun menjadi semakin mudah. Kita tidak perlu bingung lagi untuk menghubungi teman atau keluarga yang berada di belahan dunia lain, karena selain kita bisa dengan mudah menghubungi mereka, biaya yang harus dikeluarkan juga sangat minim bahkan bisa gratis.
Dalam hal hubungan kita dengan Tuhan pun demikian. Dalam Perjanjian Lama kita melihat bahwa manusia butuh perantaraan nabi-nabi yang dipilih Tuhan untuk berhubungan denganNya. Manusia tidak bisa secara langsung melakukan itu akibat dosa yang memutus hubungan antara kita dengan tahta Tuhan yang kudus. Thanks to Jesus, hari ini kita bisa datang berbicara kepada Tuhan dengan mudah, kapan saja dan dimana saja. Kita bisa masuk menghampiri tahtaNya dan berhubungan denganNya setiap waktu. Tuhan Yesus sudah memulihkan hubungan kita yang terputus dari Tuhan akibat dosa sehingga kita tidak perlu lagi harus melalui perantaraan nabi dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Kita tidak perlu mengantri, memasuki gedung-gedung tertentu, atau mempersiapkan segala sesuatu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Kita tidak perlu dijadwal terlebih dahulu untuk melakukan itu. Kita bisa secara langsung menumpahkan isi hati kita, memuji dan menyembahNya, mendengar suaraNya, merasakan hadiratNya yang begitu damai atau memohon pertolongan kapanpun dan dimanapun kita berada. Kita tidak memerlukan perantaraan orang lain untuk menyampaikan suara hati kita. Dan yang lebih luar biasa lagi, Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk kita. Kapan saja kita membuka hubungan dengan Tuhan, Dia akan selalu berkenan untuk dihampiri. Bukankah itu indah?
Tanpa Kristus kita tidak akan pernah bisa mengalami semua kemudahan ini. Paulus mengerti benar akan hal itu dan itu bisa kita lihat lewat apa yang ia katakan: "karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:18). Karena Tuhanlah kita semua, baik orang-orang Israel secara rohani maupun yang berada diluar, oleh Roh Allah yang satu, dapat mendekati Bapa. Hubungan kita yang telah terputus akibat dosa telah kembali tersambung lewat darah Kristus. Tepat ketika Yesus menyerahkan nyawaNya di kayu salib, sesuatu terjadi di Bait suci. "Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah." (Markus 13:38). Itulah pertanda bahwa tidak lagi ada sekat yang membentang antara kita dengan Tuhan. Itulah yang disinggung oleh Paulus. "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus." (Efesus 2:13). Artinya, semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk selamat dan berhubungan secara langsung kepada Bapa melalui Roh Kudus oleh karena Kristus, dengan perantaraan Kristus. Lebih lanjut Paulus mengatakan "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (3:12). Setiap saat, kapan dan dimana saja, kita bisa berhubungan dengan Tuhan. Ini adalah anugerah yang terlalu besar untuk kita abaikan.
Melalui Kristus, semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan hadirat Tuhan secara langsung. Tuhan selalu menyambut siapapun dengan tangan terbuka tanpa memandang siapa kita, kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan dahulu atau latar belakang apapun. Dia siap menyucikan kita kembali agar bisa dengan penuh keberanian memasuki tahta kudusNya. Apa yang perlu kita perbuat adalah mengakui dosa-dosa kita dengan melakukan pertobatan secara total dan menyeluruh, karena sesungguhnya yang memisahkan kita dari Tuhan tidak lain adalah dosa-dosa kita. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Sebuah syarat lain tentu saja dengan percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita pun akan dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16).
"TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:8). Dan kedekatan itu sudah menjadi begitu nyata melalui hubungan tanpa hambatan/batas yang telah dimungkinkan lewat darah Kristus. "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:17). Kalau begitu semuanya tinggal tergantung kita. Apakah kita mau memanfaatkan anugerah sebesar ini atau menyia-nyiakannya, apakah ita mau masuk atau masih memilih untuk berada di luar. Yang pasti, pintu sudah dibuka, dan pintu itu terbuka untuk semua orang tanpa terkecuali. Melalui Yesus, kita bisa menghampiri tahta kudusNya kapanpun dan dimanapun. Selama kita mau, tidak ada tempat atau waktu dimana kita tidak bisa menemuiNya. Isn't it great?
Tidak ada pembatas lagi untuk berhubungan dengan Tuhan. Kapanpun dan dimanapun kita bisa.
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Minggu, 27 November 2011
28 Nov
28 Nov
RS: Tahan Segala Cuaca
Tak Kenal Maka Tak Sayang
====================
"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN."
Kita selalu dianjurkan untuk berhati-hati jika berkenalan dengan teman-teman baru di dunia maya. Himbauan ini tentu ada benarnya, mengingat ada begitu banyak orang jahat yang memanfaatkan dunia ini untuk menipu, menjebak atau memperdaya orang lain. Tapi jika kita mengatakan bahwa dunia cyber ini 100% berisi orang jahat, itupun tidaklah benar. Saya memiliki banyak teman dekat yang kemudian menjadi seperti saudara sendiri yang tadinya saya kenal lewat dunia maya ini. Hampir semuanya melalui proses yang tidak singkat, dimana kita saling mengenal lebih jauh terlebih dahulu untuk bisa sampai kepada sebuah tahapan persahabatan yang erat pada akhirnya. Persahabatan itu kemudian menjadi lebih erat lagi setelah bertemu muka secara langsung. Ketika itulah saya bisa mengenal mereka secara lebih dekat lagi, demikian pula sebaliknya. Ada sebuah pepatah yang mengatakan "To know is to love" atau dalam bahasa Indonesianya dikatakan "tak kenal maka tak sayang." Semakin dalam kita mengenal seseorang secara pribadi, maka kita bisa semakin percaya kepada mereka, begitu juga sebaliknya. Apakah di dunia nyata ataupun di dunia maya, proses persahabatan yang bermula dari perkenalan awal membutuhkan sebuah proses. Ada yang cepat, ada yang lambat, tetapi biar bagaimanapun kita tetap harus melewati proses itu. Tanpa mengenal dengan baik, pasti sulit bagi kita untuk percaya.
Hubungan antara kita dengan Sang Pencipta pun seperti itu. Bagaimana kita bisa mengaku mencintai Tuhan apabila kita tidak mengenalNya secara dekat? Lalu bagaimana kita bisa mengaku kenal Tuhan jika kita tidak mengetahui firmanNya? Sejauh mana kita mengenal Tuhan akan akan sangat menentukan seberapa besar tingkat kepercayaan kita kepadaNya. Mengaku percaya mungkin mudah. Lewat lagu-lagu pujian, lewat ucapan di depan orang lain, mungkin mudah bagi kita untuk berkata percaya jika hanya lewat bibir saja. Namun ketika dihadapkan pada realita, mungkin hanya sedikit yang benar-benar percaya lewat iman yang teguh bahwa Tuhan itu ada memelihara kehidupan mereka sehari-hari. Ketika masalah menerpa, ketika badai menghadang, disanalah tingkat kepercayaan kita akan diuji. Begitu banyak orang yang saat ini didera kekhawatiran/ketakutan terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. Mereka dikuasai ketakutan yang timbul dari pikiran mereka sendiri karena melihat situasi hanya lewat mata saja. Pada tingkat tertentu itu bisa membuat orang menjadi paranoid. Bukannya percaya pada Tuhan, tapi malah lebih mudah untuk menyerah kepada ketakutan dan kekhawatiran yang menghantui pikiran. Masalah menjadi terlihat jauh lebih besar dibandingkan kuasa yang dimiliki Tuhan. Segala-galanya hanya dipandang dari segi jumlah harta, popularitas atau gengsi saja. Saya bertemu dengan banyak orang yang bersikap seperti ini, bahkan beberapa diantaranya merupakan orang-orang yang melayani Tuhan. Inilah yang mungkin terjadi apabila kita belum mengenal Tuhan secara benar.
Untuk bisa percaya kepada Tuhan, tentu terlebih dahulu kita harus mengenalNya.Daud mengatakan sebagai berikut: "Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9:11). Kunci penting itu disebutkan disini: Agar kita bisa percaya maka kita harus mengenalNya terlebih dahulu. Bagaimana caranya?
Yang pertama kita bisa mengenal Dia lewat firman Tuhan. Alkitab mencatat begitu banyak keterangan mengenai Tuhan. Mari kita lihat beberapa ayat berikut ini. "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Mazmur 33:9). Tuhan adalah pribadi yang menciptakan segala sesuatu lewat firman. Kisah penciptaan alam semesta beserta isinya di awal Alkitab menjadi sebuah catatan penting mengenai hal ini. Salomo menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang jauh lebih tinggi dari segala kepintaran dan kecerdasan bahkan kebijaksanaan manusia. "Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN." (Amsal 21:30). Dalam Yesaya dikatakan: "Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 3-4) Tuhan adalah Bapa yang setia yang akan tetap mau menggendong, menanggung, memikul dan menyelamatkan kita sampai akhir hayat."Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku"(ay 9). Atau lihatlah Mazmur 23, disana Daud menunjukkan seperti apa ia mengenal Tuhan. Dan tentunya banyak lagi firman Tuhan yang mampu mengenalkan kita secara mendalam kepada siapa Tuhan sebenarnya.
Kemudian selanjutnya, mengenal pribadi Allah bisa kita peroleh lewat pengalaman kita berjalan bersama-sama denganNya. Mengalami langsung kuasa Tuhan dengan penyertaanNya dalam hidup kita. Saya masih bisa menulis renungan saat ini, dan anda bisa membacanya, itu adalah atas karunia Tuhan. Saya percaya semakin taat kita menjalani hidup, maka kuasaNya akan semkakin nyata pula kita rasakan. "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:10). Orang yang percaya akan dibenarkan, yang mengaku akan diselamatkan. Ini sejalan dengan ayat bacaan hari ini, bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan orang yang terus berusaha untuk mengenalNya lebih jauh. Orang yang setia mencari dan merindukan Tuhan adalah gambaran dari orang yang percaya kepadaNya, punya pengharapan tanpa henti, tidak menyerah pada ketakutan dan kekhawatiran. Dan ini akan dimiliki apabila kita mengenal siapa Tuhan itu sebenarnya, seperti apa sebenarnya besar kasihNya kepada kita, seberapa besar Tuhan ingin kita selamat dan mendapatkan bagian di KerajaanNya. Janganlah berhenti dengan percaya sebatas bibir saja, mulailah hari ini untuk mengenal pribadi Allah lebih jauh lagi sehingga dengan iman teguh yang bertumbuh semakin besar kita bisa percaya sepenuhnya dan menerima penyertaan Tuhan secara nyata dalam hidup kita.
To know Him is to love Him
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Arsip Blog
-
▼
2011
(1879)
-
▼
November
(165)
- Menghadapi Masalah Ala Daniel (1)
- Menghadapi Masalah Ala Daniel (1)
- 1 des
- 1 des
- RS: Run With Goal
- Serius Menepati Janji
- Serius Menepati Janji
- Fwd: 30 Nov
- Fwd: 30 Nov
- 29 Nov
- 29 Nov
- Terhubung Dengan Tuhan
- Terhubung Dengan Tuhan
- 28 Nov
- 28 Nov
- RS: Tahan Segala Cuaca
- Tak Kenal Maka Tak Sayang
- Tak Kenal Maka Tak Sayang
- First Love
- Akrab Yuk..!
- Blues
- Blues
- Mg Adven I
- Mg Adven I
- 26 Nov
- 26 Nov
- MENGENAKAN SIFAT-SIFAT SEORANG HAMBA
- Semakin Pendek Atau Semakin Panjang
- Lemah Lembut
- Lemah Lembut
- Hikmat 006
- RS: Asumsi atau Komunikasi
- 25 Nov
- 25 Nov
- 24 Nov
- 24 Nov
- 23 Nov
- 23 Nov
- Mempersembahkan Yang Terbaik
- Mempersembahkan Yang Terbaik
- Menjaga Kekudusan
- Relatifnya Waktu
- Relatifnya Waktu
- Semak Duri Kekuatiran
- Musik Merdu tanpa Makna
- Musik Merdu tanpa Makna
- Cuci Otak
- KETIKA TUHAN MENGUNDANGMU
- MENGUBUR MENTAL FARISI
- Keadaan Sentosa
- Keadaan Sentosa
- Prioritas
- Be The Light
- 22 Nov
- 22 Nov
- 21 Nov
- 21 Nov
- Sombong
- Sombong
- HR Kristus Raja
- HR Kristus Raja
- Rendah Hati (1)
- Rendah Hati (2)
- Rendah Hati (1)
- Rendah Hati (2)
- Peduli Terhadap Hewan
- Peduli Terhadap Hewan
- Semangkuk Nasi Putih
- Kesaksian Welyar Kauntu
- Cermin Yang Retak
- Duka dan Suka
- 19 Nov
- 19 Nov
- 18 Nov
- 18 Nov
- Sikap Orang Sukses
- Belajar dan Berlatih
- Belajar dan Berlatih
- 17 nov
- 17 nov
- 16 Nov
- 15 Nov
- 15 Nov
- 16 Nov
- Sikap Terhadap Musuh
- Sikap Terhadap Musuh
- RS: Waktu adalah Kesempatan
- Dosa Mengaburkan Visi
- Bintang pun Tidak Cukup
- Bintang pun Tidak Cukup
- Pohon Korma dan Pohon Aras (2)
- Pohon Korma dan Pohon Aras (2)
- RS: Pikirkan yang Baik
- Pohon Korma dan Pohon Aras (1)
- Pohon Korma dan Pohon Aras (1)
- 14 Nov
- 14 Nov
- Minggu Biasa XXXIII
- Minggu Biasa XXXIII
- Kunci Hidup Menjadi Pemenang
-
▼
November
(165)