Ayat bacaan: Ulangan 32:11
======================
"Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia."
Malam ini saya kembali melihat seekor burung elang melintas rendah tepat di depan mata saya. Saya tahu saya harus kembali menulis mengenai burung elang alias burung rajawali lagi. Saat ini sebenarnya saya sedang siap-siap untuk tidur, hari sudah sangat larut dan menjelang subuh, tapi ayat yang saya jadikan ayat bacaan hari ini tiba-tiba terlintas di pikiran saya dan itu artinya saya harus menuliskan sesuatu malam ini juga sebelum keburu lupa.
Seperti apa burung rajawali mengajarkan anaknya untuk terbang? Dalam sebuah film dokumenter yang pernah saya tonton, jalannya adalah sebagai berikut. Seperti yang saya tuliskan kemarin, burung rajawali biasanya membuat sarang jauh tinggi di atas gunung. Di sanalah biasanya burung rajawali menetaskan telurnya. Pada awal kelahiran, seperti halnya bayi manusia, bayi-bayi burung rajawali akan menghabiskan waktunya dengan makan dan tidur dengan penuh kenyamanan dalam sarangnya. Sang induk pun akan mengurus mereka dengan penuh kasih sayang, mencari makanan dan menyuapi mereka satu persatu. Tapi pada suatu hari, sang induk akan terbang mengitari sarangnya sambil memperhatikan anak-anaknya dengan seksama. Pada suatu saat, sang induk rajawali akan meluncur cepat menuju sarangnya, menabrak sarangnya dan menggoncang dan menggoyang sarang itu. Lalu anaknya akan di ajarkan terbang. Si anak akan berkali-kali jatuh, namun induknya akan dengan cepat meraih anaknya kembali, mengangkat anaknya naik ke atas, dan melepaskannya kembali hingga anaknya terlatih dan siap untuk terbang.
Ada banyak di antara kita yang percaya pada Yesus tapi terus berlaku selayaknya bayi burung rajawali. Kita hanya mau berada di sarang yang nyaman, disuapi terus, diurusi terus tanpa mau melangkah, mau masuk lebih dalam atau mau belajar untuk terbang naik lebih tinggi lagi. Kita takut menghadapi perubahan. Kita hanya mau mendengar firman yang berisi berkat-berkat yang nyaman bagi telinga, dan melupakan ayat-ayat yang mengajarkan untuk bertekun dalam penderitaan. Menganggap Allah penuh kasih ketika senang, tapi ketika masalah datang, Tuhan dalam seketika akan berubah menjadi sosok bengis yang kejam. Apa yang kita baca pada ayat bacaan hari ini sesungguhnya sangat indah. "Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia." (Ulangan 32:11). God Himself wants to teach us how to fly. Ada masa dimana kita harus disuapi dan diberi susu, tapi ada saat dimana kita cukup "dewasa" dan akan dipersiapkan Tuhan untuk berdiri, berjalan dan berlari. Mulai mengepakkan sayap dan terus berusaha untuk naik ke atas. Mulai bertolak dari pinggiran pantai dan masuk ke laut yang lebih dalam. Dalam proses itu, Tuhan sendirilah yang akan menuntun kita. Dia akan menuntun kita hingga kita siap untuk terbang.
Dalam suatu kali Paulus mengingatkan demikian. "Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?" (1 Korintus 3:1-3). Berbagai perselisihan dan saling menjatuhkan di antara sesama anak-anak Tuhan yang banyak terjadi menunjukkan sebuah proses iman yang masih jauh dari dewasa. Mari kita lihat dalam kitab lain. "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:12-14). Lihatlah masih banyak orang-orang yang seharusnya sudah siap menjadi pelayan Tuhan, namun perilaku, sikap, tindakan dan perbuatannya masih seperti bayi kecil. Bagaimana Tuhan bisa mengajarkan kita untuk naik ke atas, dan menerima begitu banyak janji Tuhan di atas sana, terbang lebih tinggi dari segala permasalahan dan goncangan-goncangan kehidupan, jika kita masih terus saja berlaku seperti bayi?
In times, He wants you to fly. He will personally teach and guide you for that. Kembali pada Ulangan 32, kisah rajawali menggoyang sarang ini didahului oleh ayat berikut: "Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya." (Ulangan 32:10). Dan kemudian setelah ayat bacaan hari ini kita dapati ayat demikian: "Dibuat-Nya dia berkendaraan mengatasi bukit-bukit di bumi, dan memakan hasil dari ladang; dibuat-Nya dia mengisap madu dari bukit batu, dan minyak dari gunung batu yang keras" (ay 14). Lihatlah di padang gurun, ditengah ketandusan dan auman padang belantara, Tuhan ada bersama kita. Dia melatih kita untuk menjadi kuat, untuk mampu terbang tinggi, sehingga kita sanggup melintasi semua ketandusan, kegersangan dan ganasnya kehidupan dan mendapatkan berkat melimpah dari bukit batu dan gunung batu yang keras sekalipun! Itu yang Tuhan sediakan bagi kita. Tapi itu tidaklah bisa kita peroleh jika kita terus menerus berlaku seperti layaknya bayi rajawali. Let's spread our wings and fly!
To be able to fly high first we must learn how to fly
Selasa, 31 Maret 2009
Learn To Fly
Ayat bacaan: Ulangan 32:11
======================
"Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia."
Malam ini saya kembali melihat seekor burung elang melintas rendah tepat di depan mata saya. Saya tahu saya harus kembali menulis mengenai burung elang alias burung rajawali lagi. Saat ini sebenarnya saya sedang siap-siap untuk tidur, hari sudah sangat larut dan menjelang subuh, tapi ayat yang saya jadikan ayat bacaan hari ini tiba-tiba terlintas di pikiran saya dan itu artinya saya harus menuliskan sesuatu malam ini juga sebelum keburu lupa.
Seperti apa burung rajawali mengajarkan anaknya untuk terbang? Dalam sebuah film dokumenter yang pernah saya tonton, jalannya adalah sebagai berikut. Seperti yang saya tuliskan kemarin, burung rajawali biasanya membuat sarang jauh tinggi di atas gunung. Di sanalah biasanya burung rajawali menetaskan telurnya. Pada awal kelahiran, seperti halnya bayi manusia, bayi-bayi burung rajawali akan menghabiskan waktunya dengan makan dan tidur dengan penuh kenyamanan dalam sarangnya. Sang induk pun akan mengurus mereka dengan penuh kasih sayang, mencari makanan dan menyuapi mereka satu persatu. Tapi pada suatu hari, sang induk akan terbang mengitari sarangnya sambil memperhatikan anak-anaknya dengan seksama. Pada suatu saat, sang induk rajawali akan meluncur cepat menuju sarangnya, menabrak sarangnya dan menggoncang dan menggoyang sarang itu. Lalu anaknya akan di ajarkan terbang. Si anak akan berkali-kali jatuh, namun induknya akan dengan cepat meraih anaknya kembali, mengangkat anaknya naik ke atas, dan melepaskannya kembali hingga anaknya terlatih dan siap untuk terbang.
Ada banyak di antara kita yang percaya pada Yesus tapi terus berlaku selayaknya bayi burung rajawali. Kita hanya mau berada di sarang yang nyaman, disuapi terus, diurusi terus tanpa mau melangkah, mau masuk lebih dalam atau mau belajar untuk terbang naik lebih tinggi lagi. Kita takut menghadapi perubahan. Kita hanya mau mendengar firman yang berisi berkat-berkat yang nyaman bagi telinga, dan melupakan ayat-ayat yang mengajarkan untuk bertekun dalam penderitaan. Menganggap Allah penuh kasih ketika senang, tapi ketika masalah datang, Tuhan dalam seketika akan berubah menjadi sosok bengis yang kejam. Apa yang kita baca pada ayat bacaan hari ini sesungguhnya sangat indah. "Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia." (Ulangan 32:11). God Himself wants to teach us how to fly. Ada masa dimana kita harus disuapi dan diberi susu, tapi ada saat dimana kita cukup "dewasa" dan akan dipersiapkan Tuhan untuk berdiri, berjalan dan berlari. Mulai mengepakkan sayap dan terus berusaha untuk naik ke atas. Mulai bertolak dari pinggiran pantai dan masuk ke laut yang lebih dalam. Dalam proses itu, Tuhan sendirilah yang akan menuntun kita. Dia akan menuntun kita hingga kita siap untuk terbang.
Dalam suatu kali Paulus mengingatkan demikian. "Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?" (1 Korintus 3:1-3). Berbagai perselisihan dan saling menjatuhkan di antara sesama anak-anak Tuhan yang banyak terjadi menunjukkan sebuah proses iman yang masih jauh dari dewasa. Mari kita lihat dalam kitab lain. "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:12-14). Lihatlah masih banyak orang-orang yang seharusnya sudah siap menjadi pelayan Tuhan, namun perilaku, sikap, tindakan dan perbuatannya masih seperti bayi kecil. Bagaimana Tuhan bisa mengajarkan kita untuk naik ke atas, dan menerima begitu banyak janji Tuhan di atas sana, terbang lebih tinggi dari segala permasalahan dan goncangan-goncangan kehidupan, jika kita masih terus saja berlaku seperti bayi?
In times, He wants you to fly. He will personally teach and guide you for that. Kembali pada Ulangan 32, kisah rajawali menggoyang sarang ini didahului oleh ayat berikut: "Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya." (Ulangan 32:10). Dan kemudian setelah ayat bacaan hari ini kita dapati ayat demikian: "Dibuat-Nya dia berkendaraan mengatasi bukit-bukit di bumi, dan memakan hasil dari ladang; dibuat-Nya dia mengisap madu dari bukit batu, dan minyak dari gunung batu yang keras" (ay 14). Lihatlah di padang gurun, ditengah ketandusan dan auman padang belantara, Tuhan ada bersama kita. Dia melatih kita untuk menjadi kuat, untuk mampu terbang tinggi, sehingga kita sanggup melintasi semua ketandusan, kegersangan dan ganasnya kehidupan dan mendapatkan berkat melimpah dari bukit batu dan gunung batu yang keras sekalipun! Itu yang Tuhan sediakan bagi kita. Tapi itu tidaklah bisa kita peroleh jika kita terus menerus berlaku seperti layaknya bayi rajawali. Let's spread our wings and fly!
To be able to fly high first we must learn how to fly
======================
"Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia."
Malam ini saya kembali melihat seekor burung elang melintas rendah tepat di depan mata saya. Saya tahu saya harus kembali menulis mengenai burung elang alias burung rajawali lagi. Saat ini sebenarnya saya sedang siap-siap untuk tidur, hari sudah sangat larut dan menjelang subuh, tapi ayat yang saya jadikan ayat bacaan hari ini tiba-tiba terlintas di pikiran saya dan itu artinya saya harus menuliskan sesuatu malam ini juga sebelum keburu lupa.
Seperti apa burung rajawali mengajarkan anaknya untuk terbang? Dalam sebuah film dokumenter yang pernah saya tonton, jalannya adalah sebagai berikut. Seperti yang saya tuliskan kemarin, burung rajawali biasanya membuat sarang jauh tinggi di atas gunung. Di sanalah biasanya burung rajawali menetaskan telurnya. Pada awal kelahiran, seperti halnya bayi manusia, bayi-bayi burung rajawali akan menghabiskan waktunya dengan makan dan tidur dengan penuh kenyamanan dalam sarangnya. Sang induk pun akan mengurus mereka dengan penuh kasih sayang, mencari makanan dan menyuapi mereka satu persatu. Tapi pada suatu hari, sang induk akan terbang mengitari sarangnya sambil memperhatikan anak-anaknya dengan seksama. Pada suatu saat, sang induk rajawali akan meluncur cepat menuju sarangnya, menabrak sarangnya dan menggoncang dan menggoyang sarang itu. Lalu anaknya akan di ajarkan terbang. Si anak akan berkali-kali jatuh, namun induknya akan dengan cepat meraih anaknya kembali, mengangkat anaknya naik ke atas, dan melepaskannya kembali hingga anaknya terlatih dan siap untuk terbang.
Ada banyak di antara kita yang percaya pada Yesus tapi terus berlaku selayaknya bayi burung rajawali. Kita hanya mau berada di sarang yang nyaman, disuapi terus, diurusi terus tanpa mau melangkah, mau masuk lebih dalam atau mau belajar untuk terbang naik lebih tinggi lagi. Kita takut menghadapi perubahan. Kita hanya mau mendengar firman yang berisi berkat-berkat yang nyaman bagi telinga, dan melupakan ayat-ayat yang mengajarkan untuk bertekun dalam penderitaan. Menganggap Allah penuh kasih ketika senang, tapi ketika masalah datang, Tuhan dalam seketika akan berubah menjadi sosok bengis yang kejam. Apa yang kita baca pada ayat bacaan hari ini sesungguhnya sangat indah. "Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia." (Ulangan 32:11). God Himself wants to teach us how to fly. Ada masa dimana kita harus disuapi dan diberi susu, tapi ada saat dimana kita cukup "dewasa" dan akan dipersiapkan Tuhan untuk berdiri, berjalan dan berlari. Mulai mengepakkan sayap dan terus berusaha untuk naik ke atas. Mulai bertolak dari pinggiran pantai dan masuk ke laut yang lebih dalam. Dalam proses itu, Tuhan sendirilah yang akan menuntun kita. Dia akan menuntun kita hingga kita siap untuk terbang.
Dalam suatu kali Paulus mengingatkan demikian. "Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?" (1 Korintus 3:1-3). Berbagai perselisihan dan saling menjatuhkan di antara sesama anak-anak Tuhan yang banyak terjadi menunjukkan sebuah proses iman yang masih jauh dari dewasa. Mari kita lihat dalam kitab lain. "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:12-14). Lihatlah masih banyak orang-orang yang seharusnya sudah siap menjadi pelayan Tuhan, namun perilaku, sikap, tindakan dan perbuatannya masih seperti bayi kecil. Bagaimana Tuhan bisa mengajarkan kita untuk naik ke atas, dan menerima begitu banyak janji Tuhan di atas sana, terbang lebih tinggi dari segala permasalahan dan goncangan-goncangan kehidupan, jika kita masih terus saja berlaku seperti bayi?
In times, He wants you to fly. He will personally teach and guide you for that. Kembali pada Ulangan 32, kisah rajawali menggoyang sarang ini didahului oleh ayat berikut: "Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya." (Ulangan 32:10). Dan kemudian setelah ayat bacaan hari ini kita dapati ayat demikian: "Dibuat-Nya dia berkendaraan mengatasi bukit-bukit di bumi, dan memakan hasil dari ladang; dibuat-Nya dia mengisap madu dari bukit batu, dan minyak dari gunung batu yang keras" (ay 14). Lihatlah di padang gurun, ditengah ketandusan dan auman padang belantara, Tuhan ada bersama kita. Dia melatih kita untuk menjadi kuat, untuk mampu terbang tinggi, sehingga kita sanggup melintasi semua ketandusan, kegersangan dan ganasnya kehidupan dan mendapatkan berkat melimpah dari bukit batu dan gunung batu yang keras sekalipun! Itu yang Tuhan sediakan bagi kita. Tapi itu tidaklah bisa kita peroleh jika kita terus menerus berlaku seperti layaknya bayi rajawali. Let's spread our wings and fly!
To be able to fly high first we must learn how to fly
MELEPASKAN UNTUK MENDAPATKAN
Bacaan : Matius 13:44-46
Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu (Matius 13:46)
Banyak orangtua sangat berharap dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai ke bangku kuliah. Meski biaya yang dibutuhkan sangat banyak, itu tidak menyurutkan keinginan mereka. Oleh sebab itu, tidak sedikit orangtua yang siap menjual harta bendanya, termasuk barang-barang yang sangat mereka sayangi. Mereka sadar ada yang harus dilepaskan demi mendapat apa yang mereka impikan.
Bacaan hari ini mengingatkan kita tentang bagaimana seharusnya memandang Kerajaan Surga. Yakni memandangnya seperti harta terpendam dan mutiara yang indah. Saat kita melihatnya sebagai "mutiara" yang jauh lebih berharga dari segala harta, kita akan rela melepas segala milik kita demi mendapatkan yang paling berharga. Sayang, pada zaman ini manusia kerap bersikap sebaliknya. Berbagai keindahan semu menutupi pandangan manusia bahwa Surga itu yang paling berharga.
Membuat mereka-sebaliknya- rela melepaskan Kerajaan Surga demi mendapatkan yang semu dan sementara itu. Harta atau posisi bisa membuat seseorang menghalalkan cara-yang tak berkenan bagi Tuhan-demi menggapainya. Cinta kepada lawan jenis dapat membuat seseorang rela mengompromikan iman. Kesibukan di pekerjaan sangat mungkin membuat seseorang membiarkan kehidupan rohaninya tak bertumbuh.
Apakah yang paling bernilai dalam hidup Anda saat ini? Apakah itu harta, karier, status, kekasih, keluarga, atau yang lain? Biarlah hari ini mata rohani kita dibukakan untuk melihat bahwa semuanya itu sesungguhnya tidak sebanding dengan Kerajaan Surga, yang akan kita miliki sampai kekekalan. Sebab itu, semua yang lain mesti siap untuk kita lepaskan, agar kita tak kehilangan yang kekal -ALS
KERAJAAN SURGA JAUH LEBIH BERHARGA DARIPADA APA PUN
Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu (Matius 13:46)
Banyak orangtua sangat berharap dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai ke bangku kuliah. Meski biaya yang dibutuhkan sangat banyak, itu tidak menyurutkan keinginan mereka. Oleh sebab itu, tidak sedikit orangtua yang siap menjual harta bendanya, termasuk barang-barang yang sangat mereka sayangi. Mereka sadar ada yang harus dilepaskan demi mendapat apa yang mereka impikan.
Bacaan hari ini mengingatkan kita tentang bagaimana seharusnya memandang Kerajaan Surga. Yakni memandangnya seperti harta terpendam dan mutiara yang indah. Saat kita melihatnya sebagai "mutiara" yang jauh lebih berharga dari segala harta, kita akan rela melepas segala milik kita demi mendapatkan yang paling berharga. Sayang, pada zaman ini manusia kerap bersikap sebaliknya. Berbagai keindahan semu menutupi pandangan manusia bahwa Surga itu yang paling berharga.
Membuat mereka-sebaliknya- rela melepaskan Kerajaan Surga demi mendapatkan yang semu dan sementara itu. Harta atau posisi bisa membuat seseorang menghalalkan cara-yang tak berkenan bagi Tuhan-demi menggapainya. Cinta kepada lawan jenis dapat membuat seseorang rela mengompromikan iman. Kesibukan di pekerjaan sangat mungkin membuat seseorang membiarkan kehidupan rohaninya tak bertumbuh.
Apakah yang paling bernilai dalam hidup Anda saat ini? Apakah itu harta, karier, status, kekasih, keluarga, atau yang lain? Biarlah hari ini mata rohani kita dibukakan untuk melihat bahwa semuanya itu sesungguhnya tidak sebanding dengan Kerajaan Surga, yang akan kita miliki sampai kekekalan. Sebab itu, semua yang lain mesti siap untuk kita lepaskan, agar kita tak kehilangan yang kekal -ALS
KERAJAAN SURGA JAUH LEBIH BERHARGA DARIPADA APA PUN
Senin, 30 Maret 2009
Terbang Lebih Tinggi
Ayat bacaan: Yesaya 40:31
=====================
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
Kemarin saya melihat seekor burung elang/rajawali terbang melayang tepat di langit di depan rumah saya. Saya mengamatinya dari teras, betapa indah dan elegan burung rajawali itu mengembangkan kedua sayapnya dan melayang bebas di angkasa. Melihat seekor burung rajawali terbang melayang-layang di tengah kota tentulah bukan pemandangan yang biasa, sehingga sempat menjadi tontonan warga di sekitar tempat tinggal saya. Burung rajawali adalah burung yang berukuran cukup besar. Saya pernah membaca bahwa lebar kedua sayapnya ketika direntangkan setidaknya mencapai dua meter. Burung rajawali pun diketahui membangun sarangnya tinggi di atas gunung. Untuk mencapai sebuah puncak ketinggian tertentu dimana burung itu bisa melayang megah dan bebas tentu tidak mudah. Seekor burung rajawali harus mengepakkan sayapnya dengan kuat melawan angin kencang dan mungkin badai untuk bisa sampai ke sebuah ketinggian tertentu. Burung rajawali pun harus berani menghadapi dan menentang badai untuk bisa melewatinya. Tapi usaha keras burung rajawali untuk menentang angin dan badai tidaklah sia-sia. Ketika mereka berada di atas badai dan angin kencang, mereka bisa melayang-layang bebas dengan indahnya. Itulah yang saya lihat, betapa bahagianya burung rajawali itu melayang di angkasa.
Ketika saya diingatkan mengenai berani melangkah dan masuk lebih dalam lagi dalam dua hari terakhir, malam ini saya mendapatkan ayat ini. Berada di tempat rendah, kita akan merasakan berbagai masalah yang terus menerpa kita bak angin kencang dan badai. Jika kita memutuskan untuk berhenti dan puas hanya di tempat rendah, kitapun bisa goyah diterpa angin dan badai masalah. Untuk bisa mengatasinya adalah dengan berani mengambil langkah untuk naik lebih tinggi, sehingga kita bisa berada di atas segala permasalahan duniawi. Dengan berada di atas, kita tidak akan mudah goncang di terpa badai, malah mungkin kita tidak lagi merasakannya! Dunia boleh ditimpa krisis, dunia boleh goncang, namun hanya ketika kita berada di ataslah kita akan selamat, tidak kurang suatu apapun, malah bisa seolah burung rajawali yang melayang-layang dengan penuh sukacita.
Bagaimana agar kita bisa terbang ke tempat yang tinggi? Semoga ayat hari ini bisa memberi berkat buat kita semua. "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31). Kita haruslah terus menanti-nantikan Tuhan. Terus bergantung tanpa putus pengharapan. Pengharapan akan Tuhan tidaklah pernah mengecewakan. "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:5). Itu janji Tuhan, dan kita tahu janji Tuhan itu adalah "ya dan amin". (2 Korintus 1:20). Mungkin waktunya tidaklah sama dengan keinginan kita, tapi kita tahu bahwa apa yang dirancang Tuhan bagi kita adalah semua yang terbaik. Semua Dia sediakan untuk kita miliki. Karena itulah pengharapan dalam menanti-nanti Tuhan tidak akan pernah mengecewakan. Bagi kita semua yang terus bertekun dan patuh, kita akan dibawa seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, tidak akan lesu dan tidak akan lelah, meskipun harus menempuh angin dan badai sekalipun. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29). Tuhan ada bersama kita!
Prosesnya tidaklah gampang. Seperti burung rajawali yang harus mengepakkan sayapnya dengan sekuat tenaga berulang-ulang agar dapat menembus angin untuk naik ke atas, demikian pula ketika kita hendak melatih kerohanian kita untuk terus menapak naik. Kita harus mematahkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang mungkin nikmat buat kita, kita harus keluar dari zona kenyamanan kita yang sering membuat kita terlena. Untuk bisa "terbang" di atas masalah, kita harus berani menghadapi masa-masa sukar dan tidak menghindar darinya. Namun percayalah, jika kita adalah orang percaya yang setia menanti-nantikan Tuhan, maka dalam proses untuk naik terbang tersebut kita akan ditopang oleh Allah, sehingga kita tidak menjadi lesu dan lelah. Pada suatu saat nanti, anda akan berada di atas, dan tidak lagi terpengaruh oleh angin, badai, gempa dan goncangan-goncangan hidup lainnya. Ada janji Tuhan yang sangat besar menanti di atas. Karena itu teruslah bertekun untuk terbang naik bak rajawali bersama Allah yang akan terus menguatkan anda.
Untuk lepas dari ikatan masalah, kita harus terbang lebih tinggi lagi
=====================
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
Kemarin saya melihat seekor burung elang/rajawali terbang melayang tepat di langit di depan rumah saya. Saya mengamatinya dari teras, betapa indah dan elegan burung rajawali itu mengembangkan kedua sayapnya dan melayang bebas di angkasa. Melihat seekor burung rajawali terbang melayang-layang di tengah kota tentulah bukan pemandangan yang biasa, sehingga sempat menjadi tontonan warga di sekitar tempat tinggal saya. Burung rajawali adalah burung yang berukuran cukup besar. Saya pernah membaca bahwa lebar kedua sayapnya ketika direntangkan setidaknya mencapai dua meter. Burung rajawali pun diketahui membangun sarangnya tinggi di atas gunung. Untuk mencapai sebuah puncak ketinggian tertentu dimana burung itu bisa melayang megah dan bebas tentu tidak mudah. Seekor burung rajawali harus mengepakkan sayapnya dengan kuat melawan angin kencang dan mungkin badai untuk bisa sampai ke sebuah ketinggian tertentu. Burung rajawali pun harus berani menghadapi dan menentang badai untuk bisa melewatinya. Tapi usaha keras burung rajawali untuk menentang angin dan badai tidaklah sia-sia. Ketika mereka berada di atas badai dan angin kencang, mereka bisa melayang-layang bebas dengan indahnya. Itulah yang saya lihat, betapa bahagianya burung rajawali itu melayang di angkasa.
Ketika saya diingatkan mengenai berani melangkah dan masuk lebih dalam lagi dalam dua hari terakhir, malam ini saya mendapatkan ayat ini. Berada di tempat rendah, kita akan merasakan berbagai masalah yang terus menerpa kita bak angin kencang dan badai. Jika kita memutuskan untuk berhenti dan puas hanya di tempat rendah, kitapun bisa goyah diterpa angin dan badai masalah. Untuk bisa mengatasinya adalah dengan berani mengambil langkah untuk naik lebih tinggi, sehingga kita bisa berada di atas segala permasalahan duniawi. Dengan berada di atas, kita tidak akan mudah goncang di terpa badai, malah mungkin kita tidak lagi merasakannya! Dunia boleh ditimpa krisis, dunia boleh goncang, namun hanya ketika kita berada di ataslah kita akan selamat, tidak kurang suatu apapun, malah bisa seolah burung rajawali yang melayang-layang dengan penuh sukacita.
Bagaimana agar kita bisa terbang ke tempat yang tinggi? Semoga ayat hari ini bisa memberi berkat buat kita semua. "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31). Kita haruslah terus menanti-nantikan Tuhan. Terus bergantung tanpa putus pengharapan. Pengharapan akan Tuhan tidaklah pernah mengecewakan. "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:5). Itu janji Tuhan, dan kita tahu janji Tuhan itu adalah "ya dan amin". (2 Korintus 1:20). Mungkin waktunya tidaklah sama dengan keinginan kita, tapi kita tahu bahwa apa yang dirancang Tuhan bagi kita adalah semua yang terbaik. Semua Dia sediakan untuk kita miliki. Karena itulah pengharapan dalam menanti-nanti Tuhan tidak akan pernah mengecewakan. Bagi kita semua yang terus bertekun dan patuh, kita akan dibawa seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, tidak akan lesu dan tidak akan lelah, meskipun harus menempuh angin dan badai sekalipun. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29). Tuhan ada bersama kita!
Prosesnya tidaklah gampang. Seperti burung rajawali yang harus mengepakkan sayapnya dengan sekuat tenaga berulang-ulang agar dapat menembus angin untuk naik ke atas, demikian pula ketika kita hendak melatih kerohanian kita untuk terus menapak naik. Kita harus mematahkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang mungkin nikmat buat kita, kita harus keluar dari zona kenyamanan kita yang sering membuat kita terlena. Untuk bisa "terbang" di atas masalah, kita harus berani menghadapi masa-masa sukar dan tidak menghindar darinya. Namun percayalah, jika kita adalah orang percaya yang setia menanti-nantikan Tuhan, maka dalam proses untuk naik terbang tersebut kita akan ditopang oleh Allah, sehingga kita tidak menjadi lesu dan lelah. Pada suatu saat nanti, anda akan berada di atas, dan tidak lagi terpengaruh oleh angin, badai, gempa dan goncangan-goncangan hidup lainnya. Ada janji Tuhan yang sangat besar menanti di atas. Karena itu teruslah bertekun untuk terbang naik bak rajawali bersama Allah yang akan terus menguatkan anda.
Untuk lepas dari ikatan masalah, kita harus terbang lebih tinggi lagi
Terbang Lebih Tinggi
Ayat bacaan: Yesaya 40:31
=====================
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
Kemarin saya melihat seekor burung elang/rajawali terbang melayang tepat di langit di depan rumah saya. Saya mengamatinya dari teras, betapa indah dan elegan burung rajawali itu mengembangkan kedua sayapnya dan melayang bebas di angkasa. Melihat seekor burung rajawali terbang melayang-layang di tengah kota tentulah bukan pemandangan yang biasa, sehingga sempat menjadi tontonan warga di sekitar tempat tinggal saya. Burung rajawali adalah burung yang berukuran cukup besar. Saya pernah membaca bahwa lebar kedua sayapnya ketika direntangkan setidaknya mencapai dua meter. Burung rajawali pun diketahui membangun sarangnya tinggi di atas gunung. Untuk mencapai sebuah puncak ketinggian tertentu dimana burung itu bisa melayang megah dan bebas tentu tidak mudah. Seekor burung rajawali harus mengepakkan sayapnya dengan kuat melawan angin kencang dan mungkin badai untuk bisa sampai ke sebuah ketinggian tertentu. Burung rajawali pun harus berani menghadapi dan menentang badai untuk bisa melewatinya. Tapi usaha keras burung rajawali untuk menentang angin dan badai tidaklah sia-sia. Ketika mereka berada di atas badai dan angin kencang, mereka bisa melayang-layang bebas dengan indahnya. Itulah yang saya lihat, betapa bahagianya burung rajawali itu melayang di angkasa.
Ketika saya diingatkan mengenai berani melangkah dan masuk lebih dalam lagi dalam dua hari terakhir, malam ini saya mendapatkan ayat ini. Berada di tempat rendah, kita akan merasakan berbagai masalah yang terus menerpa kita bak angin kencang dan badai. Jika kita memutuskan untuk berhenti dan puas hanya di tempat rendah, kitapun bisa goyah diterpa angin dan badai masalah. Untuk bisa mengatasinya adalah dengan berani mengambil langkah untuk naik lebih tinggi, sehingga kita bisa berada di atas segala permasalahan duniawi. Dengan berada di atas, kita tidak akan mudah goncang di terpa badai, malah mungkin kita tidak lagi merasakannya! Dunia boleh ditimpa krisis, dunia boleh goncang, namun hanya ketika kita berada di ataslah kita akan selamat, tidak kurang suatu apapun, malah bisa seolah burung rajawali yang melayang-layang dengan penuh sukacita.
Bagaimana agar kita bisa terbang ke tempat yang tinggi? Semoga ayat hari ini bisa memberi berkat buat kita semua. "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31). Kita haruslah terus menanti-nantikan Tuhan. Terus bergantung tanpa putus pengharapan. Pengharapan akan Tuhan tidaklah pernah mengecewakan. "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:5). Itu janji Tuhan, dan kita tahu janji Tuhan itu adalah "ya dan amin". (2 Korintus 1:20). Mungkin waktunya tidaklah sama dengan keinginan kita, tapi kita tahu bahwa apa yang dirancang Tuhan bagi kita adalah semua yang terbaik. Semua Dia sediakan untuk kita miliki. Karena itulah pengharapan dalam menanti-nanti Tuhan tidak akan pernah mengecewakan. Bagi kita semua yang terus bertekun dan patuh, kita akan dibawa seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, tidak akan lesu dan tidak akan lelah, meskipun harus menempuh angin dan badai sekalipun. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29). Tuhan ada bersama kita!
Prosesnya tidaklah gampang. Seperti burung rajawali yang harus mengepakkan sayapnya dengan sekuat tenaga berulang-ulang agar dapat menembus angin untuk naik ke atas, demikian pula ketika kita hendak melatih kerohanian kita untuk terus menapak naik. Kita harus mematahkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang mungkin nikmat buat kita, kita harus keluar dari zona kenyamanan kita yang sering membuat kita terlena. Untuk bisa "terbang" di atas masalah, kita harus berani menghadapi masa-masa sukar dan tidak menghindar darinya. Namun percayalah, jika kita adalah orang percaya yang setia menanti-nantikan Tuhan, maka dalam proses untuk naik terbang tersebut kita akan ditopang oleh Allah, sehingga kita tidak menjadi lesu dan lelah. Pada suatu saat nanti, anda akan berada di atas, dan tidak lagi terpengaruh oleh angin, badai, gempa dan goncangan-goncangan hidup lainnya. Ada janji Tuhan yang sangat besar menanti di atas. Karena itu teruslah bertekun untuk terbang naik bak rajawali bersama Allah yang akan terus menguatkan anda.
Untuk lepas dari ikatan masalah, kita harus terbang lebih tinggi lagi
=====================
"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
Kemarin saya melihat seekor burung elang/rajawali terbang melayang tepat di langit di depan rumah saya. Saya mengamatinya dari teras, betapa indah dan elegan burung rajawali itu mengembangkan kedua sayapnya dan melayang bebas di angkasa. Melihat seekor burung rajawali terbang melayang-layang di tengah kota tentulah bukan pemandangan yang biasa, sehingga sempat menjadi tontonan warga di sekitar tempat tinggal saya. Burung rajawali adalah burung yang berukuran cukup besar. Saya pernah membaca bahwa lebar kedua sayapnya ketika direntangkan setidaknya mencapai dua meter. Burung rajawali pun diketahui membangun sarangnya tinggi di atas gunung. Untuk mencapai sebuah puncak ketinggian tertentu dimana burung itu bisa melayang megah dan bebas tentu tidak mudah. Seekor burung rajawali harus mengepakkan sayapnya dengan kuat melawan angin kencang dan mungkin badai untuk bisa sampai ke sebuah ketinggian tertentu. Burung rajawali pun harus berani menghadapi dan menentang badai untuk bisa melewatinya. Tapi usaha keras burung rajawali untuk menentang angin dan badai tidaklah sia-sia. Ketika mereka berada di atas badai dan angin kencang, mereka bisa melayang-layang bebas dengan indahnya. Itulah yang saya lihat, betapa bahagianya burung rajawali itu melayang di angkasa.
Ketika saya diingatkan mengenai berani melangkah dan masuk lebih dalam lagi dalam dua hari terakhir, malam ini saya mendapatkan ayat ini. Berada di tempat rendah, kita akan merasakan berbagai masalah yang terus menerpa kita bak angin kencang dan badai. Jika kita memutuskan untuk berhenti dan puas hanya di tempat rendah, kitapun bisa goyah diterpa angin dan badai masalah. Untuk bisa mengatasinya adalah dengan berani mengambil langkah untuk naik lebih tinggi, sehingga kita bisa berada di atas segala permasalahan duniawi. Dengan berada di atas, kita tidak akan mudah goncang di terpa badai, malah mungkin kita tidak lagi merasakannya! Dunia boleh ditimpa krisis, dunia boleh goncang, namun hanya ketika kita berada di ataslah kita akan selamat, tidak kurang suatu apapun, malah bisa seolah burung rajawali yang melayang-layang dengan penuh sukacita.
Bagaimana agar kita bisa terbang ke tempat yang tinggi? Semoga ayat hari ini bisa memberi berkat buat kita semua. "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31). Kita haruslah terus menanti-nantikan Tuhan. Terus bergantung tanpa putus pengharapan. Pengharapan akan Tuhan tidaklah pernah mengecewakan. "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:5). Itu janji Tuhan, dan kita tahu janji Tuhan itu adalah "ya dan amin". (2 Korintus 1:20). Mungkin waktunya tidaklah sama dengan keinginan kita, tapi kita tahu bahwa apa yang dirancang Tuhan bagi kita adalah semua yang terbaik. Semua Dia sediakan untuk kita miliki. Karena itulah pengharapan dalam menanti-nanti Tuhan tidak akan pernah mengecewakan. Bagi kita semua yang terus bertekun dan patuh, kita akan dibawa seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, tidak akan lesu dan tidak akan lelah, meskipun harus menempuh angin dan badai sekalipun. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29). Tuhan ada bersama kita!
Prosesnya tidaklah gampang. Seperti burung rajawali yang harus mengepakkan sayapnya dengan sekuat tenaga berulang-ulang agar dapat menembus angin untuk naik ke atas, demikian pula ketika kita hendak melatih kerohanian kita untuk terus menapak naik. Kita harus mematahkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang mungkin nikmat buat kita, kita harus keluar dari zona kenyamanan kita yang sering membuat kita terlena. Untuk bisa "terbang" di atas masalah, kita harus berani menghadapi masa-masa sukar dan tidak menghindar darinya. Namun percayalah, jika kita adalah orang percaya yang setia menanti-nantikan Tuhan, maka dalam proses untuk naik terbang tersebut kita akan ditopang oleh Allah, sehingga kita tidak menjadi lesu dan lelah. Pada suatu saat nanti, anda akan berada di atas, dan tidak lagi terpengaruh oleh angin, badai, gempa dan goncangan-goncangan hidup lainnya. Ada janji Tuhan yang sangat besar menanti di atas. Karena itu teruslah bertekun untuk terbang naik bak rajawali bersama Allah yang akan terus menguatkan anda.
Untuk lepas dari ikatan masalah, kita harus terbang lebih tinggi lagi
Can I be Successful Without God?
"The essence of man's life is to be successful in this world and find salvation, joy, peace and contentment."
The Atheist says,"I can be a successful man without God." But the Theist says,"I can't be a successful man in this world without God." What is the essence of success in this world?
......
Read more......
The Atheist says,"I can be a successful man without God." But the Theist says,"I can't be a successful man in this world without God." What is the essence of success in this world?
......
Label:
Kiat sukses,
Renungan Untuk Pekerja
Hari ini indah, namun...
Seorang anak laki-laki buta duduk di tangga sebuah bangunan dengan sebuah topi terbalik di kakinya untuk menampung sumbangan dari orang-orang lewat. Ia menaruh sebuah karton putih dengan tulisan: "Saya buta, tolonglah saya."
Di topi itu terlihat sedikit koin. Seseorang berjalan mendekat. Ia mengambil beberapa koin dari kantungnya dan menjatuhkannya di topi itu. Ia kemudian mengambil karton putih itu, membaliknya dan menuliskan beberapa kata. Ia menaruh kembali karton putih itu sehingga setiap orang yang berjalan melewati anak buta itu dapat membaca kata-kata barunya.
Dengan segera topi itu mulai dipenuhi koin. Banyak orang mau memberi uang kepada anak buta itu. Sore harinya lelaki yang telah mengganti perkataan di karton putih itu datang lagi untuk melihat bagaimana hasilnya. Anak laki-laki buta itu mengenali lelaki itu dari langkah-langkah kakinya, sehingga ia bertanya, "Apakah bapak adalah orang yang mengganti tulisan di karton putih tadi pagi? Apa sih yang bapak tulis?"
"Saya hanya menuliskan kebenaran. Saya menuliskan apa yang engkau tulis tapi dengan cara berbeda." Apa yang ia tulis adalah: "Hari ini hari yang indah, namun saya tak dapat melihatnya."
Apakah karton dengan tulisan pertama dan kedua sama? Tentu saja kedua tulisan itu mengatakan kepada orang-orang lewat bahwa anak itu buta. Karton dengan tulisan kedua mengatakan bahwa mereka sangat beruntung dapat melihat hari yang indah karena mereka tidak buta. Janganlah heran kalau karton kedua lebih efektif mengajak orang bersyukur dan mendorong orang-orang untuk memberi uang kepada anak buta itu.
Bersyukurlah atas setiap yang ada pada kita ataupun yang tidak ada pada kita.
Ayo, kita kreatif.
Di topi itu terlihat sedikit koin. Seseorang berjalan mendekat. Ia mengambil beberapa koin dari kantungnya dan menjatuhkannya di topi itu. Ia kemudian mengambil karton putih itu, membaliknya dan menuliskan beberapa kata. Ia menaruh kembali karton putih itu sehingga setiap orang yang berjalan melewati anak buta itu dapat membaca kata-kata barunya.
Dengan segera topi itu mulai dipenuhi koin. Banyak orang mau memberi uang kepada anak buta itu. Sore harinya lelaki yang telah mengganti perkataan di karton putih itu datang lagi untuk melihat bagaimana hasilnya. Anak laki-laki buta itu mengenali lelaki itu dari langkah-langkah kakinya, sehingga ia bertanya, "Apakah bapak adalah orang yang mengganti tulisan di karton putih tadi pagi? Apa sih yang bapak tulis?"
"Saya hanya menuliskan kebenaran. Saya menuliskan apa yang engkau tulis tapi dengan cara berbeda." Apa yang ia tulis adalah: "Hari ini hari yang indah, namun saya tak dapat melihatnya."
Apakah karton dengan tulisan pertama dan kedua sama? Tentu saja kedua tulisan itu mengatakan kepada orang-orang lewat bahwa anak itu buta. Karton dengan tulisan kedua mengatakan bahwa mereka sangat beruntung dapat melihat hari yang indah karena mereka tidak buta. Janganlah heran kalau karton kedua lebih efektif mengajak orang bersyukur dan mendorong orang-orang untuk memberi uang kepada anak buta itu.
Bersyukurlah atas setiap yang ada pada kita ataupun yang tidak ada pada kita.
Ayo, kita kreatif.
Label:
Kisah-kisah kehidupan
Minggu, 29 Maret 2009
Kondom dan Kesetiaan
Kondom dan Kesetiaan
Eropa baru-baru ini ribut-ribut soal pernyataan Paus tentang preservatif atau di Indonesia lebih kita kenal sebagai kondom, salah satu sarana yang sangat dianjurkan untuk mencegah pandemi AIDS. Kondom, menurut paus, malah bisa beresiko meningkatkan AIDS jika tidak diimbangi oleh humanisasi seksualitas. Eropa, terutama masyarakat Perancis seperti kebakaran jenggot. Pope is wrong, let’s buy condom.. demikian seruan sebuah organisasi yang bereaksi keras atas pernyataan paus.
Lepas dari fakta bahwa pernyataan paus ini selebihnya disetting up oleh media, toh isi pesan itu tetap penting. Humanisasi seksualitas, pembaharuan sikap, mental dan perilaku seksual adalah hal paling penting, dan bukan kondom. Kondom adalah sarana dan bukan prinsip hidup. Paus tidak mengatakan kondom itu tak perlu apalagi buruk (sebagaimana yang dilebih-lebihkan media) tetapi menggarisbawahi apa yang paling perlu, apa yang terpenting.
Kesetiaan dalam perkawinan adalah contoh sikap konkret yang dianjurkan untuk tetap dipelihara, mengingat AIDS tidaklah seperti sakit flu atau pilek yang cukup dengan minum parasetamol kita pulih. Kesetiaan adalah pilihan dan setiap pilihan sudah dengan sendirinya membuat garis batas, garis demarkasi dengan apa yang tidak dipilih. Garis demarkasi adalah batas kedaulatan, batas yang memisahkan kita dengan musuh (Yoh.12.20-23)
Di minggu ke lima prapaskah kita diajak untuk makin mendekati misteri penderitaan Yesus. « Sekaranglah hatiku gelisah. Apa yang dapat saya katakan ? Haruskah saya mengatakan, Bapa bebaskanlah aku dari saat ini ? », demikian firasat Yesus akan penderitaan dan kematiannya. Dan lebih lanjut dia meyakinkan para murid, « sekaranglah saatnya dunia dihakimi ». Jangan salah menyangka penghakiman yang dimaksudkan Yesus adalah sebuah genderang perang surgawi yang dipimpin Gabriel melawan penguasa-penguasa dunia. Bukan itu maksud Yesus. Saat penghakiman lebih berarti saat untuk memilih, saat yang paling menentukan untuk atau bersama Yesus atau melawan Yesus. Dengan mengatakan itu Yesus membuat sebuah garis demarkasi, dan Dia meminta para murid dan kita semua untuk memilih. Dia sudah mendahalui mereka dengan melanjutkan kata-katanya « Tapi tidak, saya tidak meminta Bapa membebaskan saya dari saat ini (pilihan), melainkan saya justru datang pada saat ini (ay.27b).
Yesus mau menegaskan bahwa mengikuti Dia tidak bisa setengah-setengah, tidak mungkin berdiri di garis atau di tengah-tengah. Kita harus memilih sepenuhnya bersama Dia atau sebaliknya. Menjadi Kristiani pun demikian, tidak ada kompromi dan tidak bisa relatif. Kesaksian kita sebagai orang Kristiani di tengah dunia harus jelas dan terang, tidak kompromi apalagi sampai menjadi relativis. Pernyataan paus tentang preservatif/kondom tadi adalah contoh sikap yang jelas dan tidak kompromi terhadap kebenaran. Humanisasi seksualitas adalah salah satu contoh pilihan kita orang Kristiani dan kita (bukan kebetulan melalui ‘polemik’ kondom) diajak untuk menyelamatkan seksualitas, menyelamatkan perkawinan dan tentu saja masyarakat seluruhnya. Merenungkan sengsara Yesus setiap hari jumat pada masa prapaskah membantu kita untuk menemukan arti luhur tubuh kita dan tubuh sesama kita. Makna tubuh ditemukan dalam relasi cinta, dalam hubungan dengan sesama. Sengsara Yesus menggarisbahwai nilai konsekrasi tubuh. Tubuh itu bernilai karena terarah untuk dipersembahkan bagi yang lain. Kesetiaan dalam perkawinan tak lain adalah ungkapan paling konkret dari pengurbanan tubuh bagi pasangan kita. Persetubuhan dalam perkawinan bermakna karena merupakan ungkapan persembahan dan pengurbanan diri bagi pasangan, bukan hanya ekspresi karnal. Di luar perkawinan dan komitmen cinta, persetubuhan adalah pertukaran karnal dan bahkan pelacuran dan kadang merupakan ekspansi atau penguasaan atas yang lain.
Selain menggarisbawahi humanisasi seksualitas, paus juga bicara tentang persahabatan yang sejati yang terungkap dalam solidaritas bersama penderita AIDS. Kita tidak bisa berhenti dengan mendistribusi kondom secara gratis untuk memberatas penyakit ini. Kita dipanggil untuk merawat, mendampingi dan memberi waktu bersama mereka yang menderita. Dana yang dihabiskan untuk proyek kondom misalnya, menurut saya, bisa kita pakai justru untuk lebih baik merawat para korban AIDS. Jalan salib yang kita renungkan setiap jumat mengundang kita untuk melihat lagi solidaritas kita dengan para korban, dengan mereka yang menderita. Mari bersama Yesus, berjuang bersama menyelamatkan dan memuliakan manusia. Mari kita menghidupi kesetiaan dari rumah tangga kita, dari hubungan dekat kita dengan yang lain meskipun hal itu nampak seperti setitik air yang tak ada artinya di tengah lautan luas. Jangan kuatir, belajarlah dari Dia yang dengan setia memikul salibnya sampai kalvari. Kemenangan paskah menunggu kita. Saya tentu saja mendoakan anda semua.
Salam,
ronald,sx
Yaoundé, Kamerun
Eropa baru-baru ini ribut-ribut soal pernyataan Paus tentang preservatif atau di Indonesia lebih kita kenal sebagai kondom, salah satu sarana yang sangat dianjurkan untuk mencegah pandemi AIDS. Kondom, menurut paus, malah bisa beresiko meningkatkan AIDS jika tidak diimbangi oleh humanisasi seksualitas. Eropa, terutama masyarakat Perancis seperti kebakaran jenggot. Pope is wrong, let’s buy condom.. demikian seruan sebuah organisasi yang bereaksi keras atas pernyataan paus.
Lepas dari fakta bahwa pernyataan paus ini selebihnya disetting up oleh media, toh isi pesan itu tetap penting. Humanisasi seksualitas, pembaharuan sikap, mental dan perilaku seksual adalah hal paling penting, dan bukan kondom. Kondom adalah sarana dan bukan prinsip hidup. Paus tidak mengatakan kondom itu tak perlu apalagi buruk (sebagaimana yang dilebih-lebihkan media) tetapi menggarisbawahi apa yang paling perlu, apa yang terpenting.
Kesetiaan dalam perkawinan adalah contoh sikap konkret yang dianjurkan untuk tetap dipelihara, mengingat AIDS tidaklah seperti sakit flu atau pilek yang cukup dengan minum parasetamol kita pulih. Kesetiaan adalah pilihan dan setiap pilihan sudah dengan sendirinya membuat garis batas, garis demarkasi dengan apa yang tidak dipilih. Garis demarkasi adalah batas kedaulatan, batas yang memisahkan kita dengan musuh (Yoh.12.20-23)
Di minggu ke lima prapaskah kita diajak untuk makin mendekati misteri penderitaan Yesus. « Sekaranglah hatiku gelisah. Apa yang dapat saya katakan ? Haruskah saya mengatakan, Bapa bebaskanlah aku dari saat ini ? », demikian firasat Yesus akan penderitaan dan kematiannya. Dan lebih lanjut dia meyakinkan para murid, « sekaranglah saatnya dunia dihakimi ». Jangan salah menyangka penghakiman yang dimaksudkan Yesus adalah sebuah genderang perang surgawi yang dipimpin Gabriel melawan penguasa-penguasa dunia. Bukan itu maksud Yesus. Saat penghakiman lebih berarti saat untuk memilih, saat yang paling menentukan untuk atau bersama Yesus atau melawan Yesus. Dengan mengatakan itu Yesus membuat sebuah garis demarkasi, dan Dia meminta para murid dan kita semua untuk memilih. Dia sudah mendahalui mereka dengan melanjutkan kata-katanya « Tapi tidak, saya tidak meminta Bapa membebaskan saya dari saat ini (pilihan), melainkan saya justru datang pada saat ini (ay.27b).
Yesus mau menegaskan bahwa mengikuti Dia tidak bisa setengah-setengah, tidak mungkin berdiri di garis atau di tengah-tengah. Kita harus memilih sepenuhnya bersama Dia atau sebaliknya. Menjadi Kristiani pun demikian, tidak ada kompromi dan tidak bisa relatif. Kesaksian kita sebagai orang Kristiani di tengah dunia harus jelas dan terang, tidak kompromi apalagi sampai menjadi relativis. Pernyataan paus tentang preservatif/kondom tadi adalah contoh sikap yang jelas dan tidak kompromi terhadap kebenaran. Humanisasi seksualitas adalah salah satu contoh pilihan kita orang Kristiani dan kita (bukan kebetulan melalui ‘polemik’ kondom) diajak untuk menyelamatkan seksualitas, menyelamatkan perkawinan dan tentu saja masyarakat seluruhnya. Merenungkan sengsara Yesus setiap hari jumat pada masa prapaskah membantu kita untuk menemukan arti luhur tubuh kita dan tubuh sesama kita. Makna tubuh ditemukan dalam relasi cinta, dalam hubungan dengan sesama. Sengsara Yesus menggarisbahwai nilai konsekrasi tubuh. Tubuh itu bernilai karena terarah untuk dipersembahkan bagi yang lain. Kesetiaan dalam perkawinan tak lain adalah ungkapan paling konkret dari pengurbanan tubuh bagi pasangan kita. Persetubuhan dalam perkawinan bermakna karena merupakan ungkapan persembahan dan pengurbanan diri bagi pasangan, bukan hanya ekspresi karnal. Di luar perkawinan dan komitmen cinta, persetubuhan adalah pertukaran karnal dan bahkan pelacuran dan kadang merupakan ekspansi atau penguasaan atas yang lain.
Selain menggarisbawahi humanisasi seksualitas, paus juga bicara tentang persahabatan yang sejati yang terungkap dalam solidaritas bersama penderita AIDS. Kita tidak bisa berhenti dengan mendistribusi kondom secara gratis untuk memberatas penyakit ini. Kita dipanggil untuk merawat, mendampingi dan memberi waktu bersama mereka yang menderita. Dana yang dihabiskan untuk proyek kondom misalnya, menurut saya, bisa kita pakai justru untuk lebih baik merawat para korban AIDS. Jalan salib yang kita renungkan setiap jumat mengundang kita untuk melihat lagi solidaritas kita dengan para korban, dengan mereka yang menderita. Mari bersama Yesus, berjuang bersama menyelamatkan dan memuliakan manusia. Mari kita menghidupi kesetiaan dari rumah tangga kita, dari hubungan dekat kita dengan yang lain meskipun hal itu nampak seperti setitik air yang tak ada artinya di tengah lautan luas. Jangan kuatir, belajarlah dari Dia yang dengan setia memikul salibnya sampai kalvari. Kemenangan paskah menunggu kita. Saya tentu saja mendoakan anda semua.
Salam,
ronald,sx
Yaoundé, Kamerun
Label:
preservatif
Bertolak Lebih Dalam
Ayat bacaan: Lukas 5:4
===================
"Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
Beberapa hari yang lalu saya ke rumah mertua saya. Hari waktu itu sudah cukup larut malam, sehingga pintu portal sudah ditutup oleh penjaga kompleks. Istri saya mengenal si penjaga kompleks, yang katanya sudah bekerja di sana semenjak dia kecil. Dari masih muda, hingga sekarang sudah terlihat tua dan lemah, pak penjaga masih tetap bekerja sebagai penjaga pintu kompleks. Sebuah kesetiaan dan pengabdian terhadap profesi yang luar biasa memang. Namun saya berpikir, dengan tingkat seperti yang ia miliki, tidak kah ia bisa memiliki pekerjaan lain yang lebih baik dan sehat, ketimbang harus bergadang setiap malam selama puluhan tahun? Kemudian saya teringat pada seorang bapak penjual jagung yang sering lewat di depan rumah orang tua saya. Setidaknya sejak saya masih SD, dia sudah mengayuh sepeda menjual jagung. Dan puluhan tahun setelahnya, ia masih juga melakukan hal yang sama. Sekitar sepuluh tahun yang lalu saya pernah bertanya, mengapa dia tidak memikirkan untuk membuka warung kecil daripada terus mengayuh sepeda setiap hari puluhan kilometer? Dia waktu itu menjawab bahwa mengayuh sepeda menjual jagung sudah biasa ia lakukan, dan ia tidak berani mengambil langkah lain yang cenderung beresiko. Alasan ini mungkin mendasari begitu banyak orang, sehingga kemarin, hari ini, besok, lusa atau sepuluh tahun lagi, mungkin kita akan melihat mereka masih berada pada situasi dan kondisi yang sama.
Kemarin kita sudah melihat bahwa kita harus mulai melangkah. Berani mengambil langkah meskipun harus melepaskan zona nyaman kita untuk memenuhi panggilan Tuhan sungguh penting bagi kita untuk mengalami hidup yang diubahkan. Mungkin awalnya terasa berat bagi kita, namun tidak ada yang harus kita cemaskan karena Tuhan akan selalu ada bersama kita dalam setiap langkah yang kita ambil. Tadi pagi saya diingatkan oleh ayat bacaan hari ini. Ini adalah penggalan dari kisah Petrus, seorang nelayan yang mengalami mukjizat Yesus secara luar biasa. Pada saat itu, Yesus mengunjungi pantai Danau Genesaret, dan bertemu dengan Petrus. Mungkin saat itu Yesus melihat bahwa Petrus tidak berhasil menangkap seekor ikan pun pada malam hari, dan Yesus pun mengatakan demikian: "Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Lukas 5:4). Saya melihat ada beberapa hal menarik dari ayat ini. Petrus adalah seorang nelayan yang sudah berpengalaman. Dia tahu bahwa saat yang paling baik untuk menangkap ikan adalah malam hari. Sementara Yesus bukanlah nelayan. Dengan logika manusia, mungkinkah "seseorang" yang bukan nelayan memberikan nasihat profesional kepada nelayan kawakan? Tapi lihat jawab Petrus. "Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (ay 5). Yang terjadi kemudian sungguh ajaib. "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam." (ay 6-7). Ini semua terjadi karena Petrus mau menuruti perintah Tuhan untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam.
Hidup kita seringkali berhenti pada tempat yang dangkal, dipinggir-pinggir saja, karena itu merupakan tempat yang nyaman dan relatif tidak beresiko apa-apa. Kita tidak mau mengambil langkah maju karena ragu dan khawatir, takut akan resiko yang mungkin dihadapi, dan berat untuk melepaskan zona nyaman kita. Kita memilih hanya sebagai penonton setia dan bukan sebagai pelaku. Kita hanya mau dilayani, tanpa mau melayani. Dalam hidup dan pekerjaan pun, kita takut salah langkah, meskipun kita seringkali sadar bahwa Tuhan telah menyuruh kita untuk melakukan sesuatu, untuk melangkah maju, untuk masuk lebih dalam lagi. Padahal lihatlah, di tempat yang dalam itu ada rencana besar Tuhan untuk masing-masing kita. Memang, untuk masuk ke tempat yang lebih dalam lagi ada banyak resiko menghadang. Mungkin ada badai, angin kencang di tengah laut, mungkin ada ombak tinggi menggulung, ada resiko kapal karam, ada resiko untuk terombang ambing sendirian di tengah lautan luas, namun ingatlah sekali lagi bahwa Tuhan sudah berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan kita. "Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."(Ibrani 13:5b). Dan lihatlah di tempat dalam, mukjizat Tuhan ada sangat banyak disana.
Kita harus melatih kerohanian kita untuk masuk lebih dalam lagi. Jangan berhenti, teruslah bertolak lebih dalam, sehingga kita bisa menemukan berbagai berkat Tuhan yang luar biasa yang telah Dia sediakan bagi kita. Kemudian libatkan Tuhan dalam setiap pekerjaan dan kehidupan anda, dalam setiap keputusan-keputusan yang akan anda ambil. Hidup kita, pekerjaan kita, usaha kita, dan iman kita adalah perahu-perahu yang harus kita bawa ke tempat yang lebih dalam lagi untuk bisa memperoleh berkat-berkat luar biasa dari Tuhan. Seperti halnya Petrus yang taat dan mau melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, kemudian memperoleh mukjizat luar biasa hingga jalanya terkoyak dan kapalnya hampir karam karena kepenuhan ikan, begitu pula hendaknya kita bisa mengikuti jejak Petrus yang mau taat, tidak berbantah-bantah dan merasa diri kita lebih tahu atau lebih pintar. Begitu banyaknya berkat dan mukjizat Tuhan bagi Petrus, demikian pula yang Dia sediakan bagi kita, asal kita mau taat dan mau masuk lebih dalam lagi. Mulailah arahkan perahu kehidupan anda ke tempat yang lebih dalam, berlayarlah bersama Tuhan dan raihlah semua yang Dia janjikan.
Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam menuju rencana-rencana besar Tuhan
===================
"Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
Beberapa hari yang lalu saya ke rumah mertua saya. Hari waktu itu sudah cukup larut malam, sehingga pintu portal sudah ditutup oleh penjaga kompleks. Istri saya mengenal si penjaga kompleks, yang katanya sudah bekerja di sana semenjak dia kecil. Dari masih muda, hingga sekarang sudah terlihat tua dan lemah, pak penjaga masih tetap bekerja sebagai penjaga pintu kompleks. Sebuah kesetiaan dan pengabdian terhadap profesi yang luar biasa memang. Namun saya berpikir, dengan tingkat seperti yang ia miliki, tidak kah ia bisa memiliki pekerjaan lain yang lebih baik dan sehat, ketimbang harus bergadang setiap malam selama puluhan tahun? Kemudian saya teringat pada seorang bapak penjual jagung yang sering lewat di depan rumah orang tua saya. Setidaknya sejak saya masih SD, dia sudah mengayuh sepeda menjual jagung. Dan puluhan tahun setelahnya, ia masih juga melakukan hal yang sama. Sekitar sepuluh tahun yang lalu saya pernah bertanya, mengapa dia tidak memikirkan untuk membuka warung kecil daripada terus mengayuh sepeda setiap hari puluhan kilometer? Dia waktu itu menjawab bahwa mengayuh sepeda menjual jagung sudah biasa ia lakukan, dan ia tidak berani mengambil langkah lain yang cenderung beresiko. Alasan ini mungkin mendasari begitu banyak orang, sehingga kemarin, hari ini, besok, lusa atau sepuluh tahun lagi, mungkin kita akan melihat mereka masih berada pada situasi dan kondisi yang sama.
Kemarin kita sudah melihat bahwa kita harus mulai melangkah. Berani mengambil langkah meskipun harus melepaskan zona nyaman kita untuk memenuhi panggilan Tuhan sungguh penting bagi kita untuk mengalami hidup yang diubahkan. Mungkin awalnya terasa berat bagi kita, namun tidak ada yang harus kita cemaskan karena Tuhan akan selalu ada bersama kita dalam setiap langkah yang kita ambil. Tadi pagi saya diingatkan oleh ayat bacaan hari ini. Ini adalah penggalan dari kisah Petrus, seorang nelayan yang mengalami mukjizat Yesus secara luar biasa. Pada saat itu, Yesus mengunjungi pantai Danau Genesaret, dan bertemu dengan Petrus. Mungkin saat itu Yesus melihat bahwa Petrus tidak berhasil menangkap seekor ikan pun pada malam hari, dan Yesus pun mengatakan demikian: "Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Lukas 5:4). Saya melihat ada beberapa hal menarik dari ayat ini. Petrus adalah seorang nelayan yang sudah berpengalaman. Dia tahu bahwa saat yang paling baik untuk menangkap ikan adalah malam hari. Sementara Yesus bukanlah nelayan. Dengan logika manusia, mungkinkah "seseorang" yang bukan nelayan memberikan nasihat profesional kepada nelayan kawakan? Tapi lihat jawab Petrus. "Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (ay 5). Yang terjadi kemudian sungguh ajaib. "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam." (ay 6-7). Ini semua terjadi karena Petrus mau menuruti perintah Tuhan untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam.
Hidup kita seringkali berhenti pada tempat yang dangkal, dipinggir-pinggir saja, karena itu merupakan tempat yang nyaman dan relatif tidak beresiko apa-apa. Kita tidak mau mengambil langkah maju karena ragu dan khawatir, takut akan resiko yang mungkin dihadapi, dan berat untuk melepaskan zona nyaman kita. Kita memilih hanya sebagai penonton setia dan bukan sebagai pelaku. Kita hanya mau dilayani, tanpa mau melayani. Dalam hidup dan pekerjaan pun, kita takut salah langkah, meskipun kita seringkali sadar bahwa Tuhan telah menyuruh kita untuk melakukan sesuatu, untuk melangkah maju, untuk masuk lebih dalam lagi. Padahal lihatlah, di tempat yang dalam itu ada rencana besar Tuhan untuk masing-masing kita. Memang, untuk masuk ke tempat yang lebih dalam lagi ada banyak resiko menghadang. Mungkin ada badai, angin kencang di tengah laut, mungkin ada ombak tinggi menggulung, ada resiko kapal karam, ada resiko untuk terombang ambing sendirian di tengah lautan luas, namun ingatlah sekali lagi bahwa Tuhan sudah berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan kita. "Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."(Ibrani 13:5b). Dan lihatlah di tempat dalam, mukjizat Tuhan ada sangat banyak disana.
Kita harus melatih kerohanian kita untuk masuk lebih dalam lagi. Jangan berhenti, teruslah bertolak lebih dalam, sehingga kita bisa menemukan berbagai berkat Tuhan yang luar biasa yang telah Dia sediakan bagi kita. Kemudian libatkan Tuhan dalam setiap pekerjaan dan kehidupan anda, dalam setiap keputusan-keputusan yang akan anda ambil. Hidup kita, pekerjaan kita, usaha kita, dan iman kita adalah perahu-perahu yang harus kita bawa ke tempat yang lebih dalam lagi untuk bisa memperoleh berkat-berkat luar biasa dari Tuhan. Seperti halnya Petrus yang taat dan mau melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, kemudian memperoleh mukjizat luar biasa hingga jalanya terkoyak dan kapalnya hampir karam karena kepenuhan ikan, begitu pula hendaknya kita bisa mengikuti jejak Petrus yang mau taat, tidak berbantah-bantah dan merasa diri kita lebih tahu atau lebih pintar. Begitu banyaknya berkat dan mukjizat Tuhan bagi Petrus, demikian pula yang Dia sediakan bagi kita, asal kita mau taat dan mau masuk lebih dalam lagi. Mulailah arahkan perahu kehidupan anda ke tempat yang lebih dalam, berlayarlah bersama Tuhan dan raihlah semua yang Dia janjikan.
Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam menuju rencana-rencana besar Tuhan
Bertolak Lebih Dalam
Ayat bacaan: Lukas 5:4
===================
"Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
Beberapa hari yang lalu saya ke rumah mertua saya. Hari waktu itu sudah cukup larut malam, sehingga pintu portal sudah ditutup oleh penjaga kompleks. Istri saya mengenal si penjaga kompleks, yang katanya sudah bekerja di sana semenjak dia kecil. Dari masih muda, hingga sekarang sudah terlihat tua dan lemah, pak penjaga masih tetap bekerja sebagai penjaga pintu kompleks. Sebuah kesetiaan dan pengabdian terhadap profesi yang luar biasa memang. Namun saya berpikir, dengan tingkat seperti yang ia miliki, tidak kah ia bisa memiliki pekerjaan lain yang lebih baik dan sehat, ketimbang harus bergadang setiap malam selama puluhan tahun? Kemudian saya teringat pada seorang bapak penjual jagung yang sering lewat di depan rumah orang tua saya. Setidaknya sejak saya masih SD, dia sudah mengayuh sepeda menjual jagung. Dan puluhan tahun setelahnya, ia masih juga melakukan hal yang sama. Sekitar sepuluh tahun yang lalu saya pernah bertanya, mengapa dia tidak memikirkan untuk membuka warung kecil daripada terus mengayuh sepeda setiap hari puluhan kilometer? Dia waktu itu menjawab bahwa mengayuh sepeda menjual jagung sudah biasa ia lakukan, dan ia tidak berani mengambil langkah lain yang cenderung beresiko. Alasan ini mungkin mendasari begitu banyak orang, sehingga kemarin, hari ini, besok, lusa atau sepuluh tahun lagi, mungkin kita akan melihat mereka masih berada pada situasi dan kondisi yang sama.
Kemarin kita sudah melihat bahwa kita harus mulai melangkah. Berani mengambil langkah meskipun harus melepaskan zona nyaman kita untuk memenuhi panggilan Tuhan sungguh penting bagi kita untuk mengalami hidup yang diubahkan. Mungkin awalnya terasa berat bagi kita, namun tidak ada yang harus kita cemaskan karena Tuhan akan selalu ada bersama kita dalam setiap langkah yang kita ambil. Tadi pagi saya diingatkan oleh ayat bacaan hari ini. Ini adalah penggalan dari kisah Petrus, seorang nelayan yang mengalami mukjizat Yesus secara luar biasa. Pada saat itu, Yesus mengunjungi pantai Danau Genesaret, dan bertemu dengan Petrus. Mungkin saat itu Yesus melihat bahwa Petrus tidak berhasil menangkap seekor ikan pun pada malam hari, dan Yesus pun mengatakan demikian: "Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Lukas 5:4). Saya melihat ada beberapa hal menarik dari ayat ini. Petrus adalah seorang nelayan yang sudah berpengalaman. Dia tahu bahwa saat yang paling baik untuk menangkap ikan adalah malam hari. Sementara Yesus bukanlah nelayan. Dengan logika manusia, mungkinkah "seseorang" yang bukan nelayan memberikan nasihat profesional kepada nelayan kawakan? Tapi lihat jawab Petrus. "Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (ay 5). Yang terjadi kemudian sungguh ajaib. "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam." (ay 6-7). Ini semua terjadi karena Petrus mau menuruti perintah Tuhan untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam.
Hidup kita seringkali berhenti pada tempat yang dangkal, dipinggir-pinggir saja, karena itu merupakan tempat yang nyaman dan relatif tidak beresiko apa-apa. Kita tidak mau mengambil langkah maju karena ragu dan khawatir, takut akan resiko yang mungkin dihadapi, dan berat untuk melepaskan zona nyaman kita. Kita memilih hanya sebagai penonton setia dan bukan sebagai pelaku. Kita hanya mau dilayani, tanpa mau melayani. Dalam hidup dan pekerjaan pun, kita takut salah langkah, meskipun kita seringkali sadar bahwa Tuhan telah menyuruh kita untuk melakukan sesuatu, untuk melangkah maju, untuk masuk lebih dalam lagi. Padahal lihatlah, di tempat yang dalam itu ada rencana besar Tuhan untuk masing-masing kita. Memang, untuk masuk ke tempat yang lebih dalam lagi ada banyak resiko menghadang. Mungkin ada badai, angin kencang di tengah laut, mungkin ada ombak tinggi menggulung, ada resiko kapal karam, ada resiko untuk terombang ambing sendirian di tengah lautan luas, namun ingatlah sekali lagi bahwa Tuhan sudah berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan kita. "Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."(Ibrani 13:5b). Dan lihatlah di tempat dalam, mukjizat Tuhan ada sangat banyak disana.
Kita harus melatih kerohanian kita untuk masuk lebih dalam lagi. Jangan berhenti, teruslah bertolak lebih dalam, sehingga kita bisa menemukan berbagai berkat Tuhan yang luar biasa yang telah Dia sediakan bagi kita. Kemudian libatkan Tuhan dalam setiap pekerjaan dan kehidupan anda, dalam setiap keputusan-keputusan yang akan anda ambil. Hidup kita, pekerjaan kita, usaha kita, dan iman kita adalah perahu-perahu yang harus kita bawa ke tempat yang lebih dalam lagi untuk bisa memperoleh berkat-berkat luar biasa dari Tuhan. Seperti halnya Petrus yang taat dan mau melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, kemudian memperoleh mukjizat luar biasa hingga jalanya terkoyak dan kapalnya hampir karam karena kepenuhan ikan, begitu pula hendaknya kita bisa mengikuti jejak Petrus yang mau taat, tidak berbantah-bantah dan merasa diri kita lebih tahu atau lebih pintar. Begitu banyaknya berkat dan mukjizat Tuhan bagi Petrus, demikian pula yang Dia sediakan bagi kita, asal kita mau taat dan mau masuk lebih dalam lagi. Mulailah arahkan perahu kehidupan anda ke tempat yang lebih dalam, berlayarlah bersama Tuhan dan raihlah semua yang Dia janjikan.
Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam menuju rencana-rencana besar Tuhan
===================
"Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
Beberapa hari yang lalu saya ke rumah mertua saya. Hari waktu itu sudah cukup larut malam, sehingga pintu portal sudah ditutup oleh penjaga kompleks. Istri saya mengenal si penjaga kompleks, yang katanya sudah bekerja di sana semenjak dia kecil. Dari masih muda, hingga sekarang sudah terlihat tua dan lemah, pak penjaga masih tetap bekerja sebagai penjaga pintu kompleks. Sebuah kesetiaan dan pengabdian terhadap profesi yang luar biasa memang. Namun saya berpikir, dengan tingkat seperti yang ia miliki, tidak kah ia bisa memiliki pekerjaan lain yang lebih baik dan sehat, ketimbang harus bergadang setiap malam selama puluhan tahun? Kemudian saya teringat pada seorang bapak penjual jagung yang sering lewat di depan rumah orang tua saya. Setidaknya sejak saya masih SD, dia sudah mengayuh sepeda menjual jagung. Dan puluhan tahun setelahnya, ia masih juga melakukan hal yang sama. Sekitar sepuluh tahun yang lalu saya pernah bertanya, mengapa dia tidak memikirkan untuk membuka warung kecil daripada terus mengayuh sepeda setiap hari puluhan kilometer? Dia waktu itu menjawab bahwa mengayuh sepeda menjual jagung sudah biasa ia lakukan, dan ia tidak berani mengambil langkah lain yang cenderung beresiko. Alasan ini mungkin mendasari begitu banyak orang, sehingga kemarin, hari ini, besok, lusa atau sepuluh tahun lagi, mungkin kita akan melihat mereka masih berada pada situasi dan kondisi yang sama.
Kemarin kita sudah melihat bahwa kita harus mulai melangkah. Berani mengambil langkah meskipun harus melepaskan zona nyaman kita untuk memenuhi panggilan Tuhan sungguh penting bagi kita untuk mengalami hidup yang diubahkan. Mungkin awalnya terasa berat bagi kita, namun tidak ada yang harus kita cemaskan karena Tuhan akan selalu ada bersama kita dalam setiap langkah yang kita ambil. Tadi pagi saya diingatkan oleh ayat bacaan hari ini. Ini adalah penggalan dari kisah Petrus, seorang nelayan yang mengalami mukjizat Yesus secara luar biasa. Pada saat itu, Yesus mengunjungi pantai Danau Genesaret, dan bertemu dengan Petrus. Mungkin saat itu Yesus melihat bahwa Petrus tidak berhasil menangkap seekor ikan pun pada malam hari, dan Yesus pun mengatakan demikian: "Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Lukas 5:4). Saya melihat ada beberapa hal menarik dari ayat ini. Petrus adalah seorang nelayan yang sudah berpengalaman. Dia tahu bahwa saat yang paling baik untuk menangkap ikan adalah malam hari. Sementara Yesus bukanlah nelayan. Dengan logika manusia, mungkinkah "seseorang" yang bukan nelayan memberikan nasihat profesional kepada nelayan kawakan? Tapi lihat jawab Petrus. "Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (ay 5). Yang terjadi kemudian sungguh ajaib. "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam." (ay 6-7). Ini semua terjadi karena Petrus mau menuruti perintah Tuhan untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam.
Hidup kita seringkali berhenti pada tempat yang dangkal, dipinggir-pinggir saja, karena itu merupakan tempat yang nyaman dan relatif tidak beresiko apa-apa. Kita tidak mau mengambil langkah maju karena ragu dan khawatir, takut akan resiko yang mungkin dihadapi, dan berat untuk melepaskan zona nyaman kita. Kita memilih hanya sebagai penonton setia dan bukan sebagai pelaku. Kita hanya mau dilayani, tanpa mau melayani. Dalam hidup dan pekerjaan pun, kita takut salah langkah, meskipun kita seringkali sadar bahwa Tuhan telah menyuruh kita untuk melakukan sesuatu, untuk melangkah maju, untuk masuk lebih dalam lagi. Padahal lihatlah, di tempat yang dalam itu ada rencana besar Tuhan untuk masing-masing kita. Memang, untuk masuk ke tempat yang lebih dalam lagi ada banyak resiko menghadang. Mungkin ada badai, angin kencang di tengah laut, mungkin ada ombak tinggi menggulung, ada resiko kapal karam, ada resiko untuk terombang ambing sendirian di tengah lautan luas, namun ingatlah sekali lagi bahwa Tuhan sudah berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan kita. "Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."(Ibrani 13:5b). Dan lihatlah di tempat dalam, mukjizat Tuhan ada sangat banyak disana.
Kita harus melatih kerohanian kita untuk masuk lebih dalam lagi. Jangan berhenti, teruslah bertolak lebih dalam, sehingga kita bisa menemukan berbagai berkat Tuhan yang luar biasa yang telah Dia sediakan bagi kita. Kemudian libatkan Tuhan dalam setiap pekerjaan dan kehidupan anda, dalam setiap keputusan-keputusan yang akan anda ambil. Hidup kita, pekerjaan kita, usaha kita, dan iman kita adalah perahu-perahu yang harus kita bawa ke tempat yang lebih dalam lagi untuk bisa memperoleh berkat-berkat luar biasa dari Tuhan. Seperti halnya Petrus yang taat dan mau melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, kemudian memperoleh mukjizat luar biasa hingga jalanya terkoyak dan kapalnya hampir karam karena kepenuhan ikan, begitu pula hendaknya kita bisa mengikuti jejak Petrus yang mau taat, tidak berbantah-bantah dan merasa diri kita lebih tahu atau lebih pintar. Begitu banyaknya berkat dan mukjizat Tuhan bagi Petrus, demikian pula yang Dia sediakan bagi kita, asal kita mau taat dan mau masuk lebih dalam lagi. Mulailah arahkan perahu kehidupan anda ke tempat yang lebih dalam, berlayarlah bersama Tuhan dan raihlah semua yang Dia janjikan.
Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam menuju rencana-rencana besar Tuhan
Sabtu, 28 Maret 2009
Berani Melangkah
Ayat bacaan: Yosua 1:3
==================
"Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."
Sebuah situs musik yang saya kelola sejak setahun lebih lalu saat ini mengalami peningkatan yang luar biasa. Situs itu dimulai dari 0 besar, tanpa relasi, tanpa koneksi, tapi saat itu saya merasakan dorongan yang kuat dari hati untuk berani melangkah dan mulai membangunnya. Ada saat-saat dimana saya merasa ragu apakah saya akan berhasil atau tidak. "Siapa lah yang mengenal saya..mau dari mana jalannya situs ini bisa berhasil?" itu pikiran saya ketika logika-logika manusia saya mencoba menguasai dan mengambil alih diri saya. Tapi saya memutuskan untuk terus berjalan, karena saya percaya Tuhan tidak akan mungkin membiarkan apa yang Dia kehendaki bagi saya berakhir sia-sia. Tentu saja, Tuhan tidak membuat segala sesuatunya secara instan. Saya tahu betul bahwa dari pihak saya diperlukan kerja keras dan usaha serius. Saya pun tidak menutup diri dari orang lain, karena saya tahu pasti Tuhan bisa memberkati dan melakukan mukjizatNya lewat orang lain atau apapun. Dan itulah yang terjadi. Bagaikan zig zag, berbagai keajaiban Tuhan datang berulang kali dengan begitu nyata, sehingga situs musik saya mencapai peningkatan, yang secara logika tidak mungkin bisa mencapai taraf seperti ini dalam waktu relatif singkat. Maka hari ini, saya mulai melihat hasilnya. Ada banyak artis baik dari dalam dan luar negeri sekarang menghubungi saya baik untuk melakukan wawancara, mengulas album mereka dan sebagainya. Jika dulu masalah saya adalah bagaimana meningkatkan situs agar dikenal luas, saat ini masalah yang datang lain. Saya terkadang merasa tegang dan sedikit stres ketika harus melakukan sambungan telepon dengan artis-artis di luar negeri untuk sesi wawancara. Di sisi lain saya merasa kecapaian harus melakukan begitu banyak tugas, disamping pekerjaan mengajar saya dan sering bagai dikejar-kejar waktu. Menulis renungan setiap hari, itu masih menjadi komitmen saya, dan puji Tuhan, hanya karena berkatNya-lah hingga hari ini saya masih cukup kuat melakukan semuanya. Tapi saya percaya satu hal. Jika dulu Tuhan mampu melakukan keajaiban dan mukjizat, hari ini Tuhan pasti juga mampu. Jika hari ini saya bisa melihat bagaimana mukjizat Tuhan turun memberkati pekerjaan yang saya lakukan sesuai kehendakNya dan membuatnya berhasil, saya yakin ke depan nanti pun Tuhan akan tetap menyertai saya. Apa yang perlu saya lakukan adalah terus melangkah. Stay close to God, and keep it going.
Hari ini saya diingatkan dengan ayat bacaan hari ini. Kita mengenal Yosua sebagai hamba Musa yang setia, yang selalu mengikuti Musa kemanapun ia pergi. Ketika pada Musa meninggal, Yosua pun diangkat Tuhan untuk menggantikan Musa memimpin bangsa Israel menuju tanah terjanji, tanah Kanaan. Saya yakin Yosua tahu pasti bahwa itu tidak mudah. Yosua mengikuti Musa begitu lama, sehingga dia pasti sudah kenal betul perangai bangsa Israel yang keras kepala, dan tahu bahwa tugas yang ia emban adalah tugas luar biasa sulit. Namun Tuhan menguatkan Yosua lewat beberapa pesan sebelum mulai melakukan tugasnya. Hari ini saya akan fokus pada salah satu ayat: "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Ayat ini berisi ulangan janji Tuhan yang pernah Dia berikan pada Musa. "Setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu, kamulah yang akan memilikinya: mulai dari padang gurun sampai gunung Libanon, dan dari sungai itu, yakni sungai Efrat, sampai laut sebelah barat, akan menjadi daerahmu." (Ulangan 11:24). Perhatikan perkataan "setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu" yang terdapat pada kedua ayat tersebut. Kalimat ini mengingatkan kita untuk berani menapak dan kemudian berani melangkah keluar. Jika kita tidak melangkah, maka tidak akan ada tempat lain yang kita injak, dan itu artinya kita hanya akan berhenti di tempat, atau berjalan di tempat, dan dengan demikian, kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Tanpa kemauan dan keberanian melangkah, kita tidak akan bisa mendapat apa-apa dari Tuhan.
Untuk berani melangkah dibutuhkan keberanian, keteguhan hati dan semangat baja. Terkadang tidaklah mudah untuk melangkah keluar dari zona nyaman (comfort zone) kita. Ada banyak orang yang berhenti pada satu titik, dan kemudian tidak mengalami apa-apa lagi. Padahal ada begitu banyak berkat Tuhan menanti di depan. Namun mereka takut, mereka mungkin trauma, mereka dikalahkan oleh kekhawatiran dan keraguan, pikiran mereka dikuasai ribuan "what if" questions, sehingga mereka gagal mendapatkan janji-janji Tuhan akan berkat. Saya bukanlah tipe orang yang berani mengambil resiko. Saya lahir dengan sifat dasar cenderung takut melakukan hal baru dan takut keluar dari zona nyaman. Tapi saya percaya ada Roh Kudus yang menyertai saya setelah lahir baru, dan menjadikan saya sebagai ciptaan baru. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Tidak ada alasan bagi saya untuk takut melangkah, karena ada Roh Allah menyertai. Kita tidak perlu ragu dan takut karena kita tidak akan dibiarkanNya sendirian! Tuhan akan selalu menyertai kita! Kepada Yosua pun Tuhan mengingatkan hal itu. "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9).
Jika saya bisa, maka anda pun pasti bisa. Ingatlah ada Roh Allah yang menyertai segala sesuatu yang kita lakukan, dimanapun, bagaimanapun dan kapanpun. Yang dibutuhkan dari kita adalah keberanian untuk melangkah. Take a step. Dan dalam prosesnya, tetaplah dekat dengan Tuhan. Stick with God and stay close to Him. Keraguan, kekhawatiran, kecemasan dan hal negatif lain boleh saja muncul, namun kalahkanlah semua itu dalam nama Yesus. Tidak ada tempat bagi semua itu dalam ciptaan baru. Daud punya kepercayaan seperti ini: "kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:12). Dan itulah yang perlu kita lakukan. Ada banyak berkat Tuhan menunggu di depan sana, sesuai janji-janjiNya, namun semua itu tidak akan bisa kita peroleh jika kita tidak berani melangkah. Mulailah melangkah sesuai apa yang diperintahkan Tuhan, dan petiklah berkat-berkatNya.
Jangan takut melangkah karena Tuhan selalu ada menyertai kita
==================
"Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."
Sebuah situs musik yang saya kelola sejak setahun lebih lalu saat ini mengalami peningkatan yang luar biasa. Situs itu dimulai dari 0 besar, tanpa relasi, tanpa koneksi, tapi saat itu saya merasakan dorongan yang kuat dari hati untuk berani melangkah dan mulai membangunnya. Ada saat-saat dimana saya merasa ragu apakah saya akan berhasil atau tidak. "Siapa lah yang mengenal saya..mau dari mana jalannya situs ini bisa berhasil?" itu pikiran saya ketika logika-logika manusia saya mencoba menguasai dan mengambil alih diri saya. Tapi saya memutuskan untuk terus berjalan, karena saya percaya Tuhan tidak akan mungkin membiarkan apa yang Dia kehendaki bagi saya berakhir sia-sia. Tentu saja, Tuhan tidak membuat segala sesuatunya secara instan. Saya tahu betul bahwa dari pihak saya diperlukan kerja keras dan usaha serius. Saya pun tidak menutup diri dari orang lain, karena saya tahu pasti Tuhan bisa memberkati dan melakukan mukjizatNya lewat orang lain atau apapun. Dan itulah yang terjadi. Bagaikan zig zag, berbagai keajaiban Tuhan datang berulang kali dengan begitu nyata, sehingga situs musik saya mencapai peningkatan, yang secara logika tidak mungkin bisa mencapai taraf seperti ini dalam waktu relatif singkat. Maka hari ini, saya mulai melihat hasilnya. Ada banyak artis baik dari dalam dan luar negeri sekarang menghubungi saya baik untuk melakukan wawancara, mengulas album mereka dan sebagainya. Jika dulu masalah saya adalah bagaimana meningkatkan situs agar dikenal luas, saat ini masalah yang datang lain. Saya terkadang merasa tegang dan sedikit stres ketika harus melakukan sambungan telepon dengan artis-artis di luar negeri untuk sesi wawancara. Di sisi lain saya merasa kecapaian harus melakukan begitu banyak tugas, disamping pekerjaan mengajar saya dan sering bagai dikejar-kejar waktu. Menulis renungan setiap hari, itu masih menjadi komitmen saya, dan puji Tuhan, hanya karena berkatNya-lah hingga hari ini saya masih cukup kuat melakukan semuanya. Tapi saya percaya satu hal. Jika dulu Tuhan mampu melakukan keajaiban dan mukjizat, hari ini Tuhan pasti juga mampu. Jika hari ini saya bisa melihat bagaimana mukjizat Tuhan turun memberkati pekerjaan yang saya lakukan sesuai kehendakNya dan membuatnya berhasil, saya yakin ke depan nanti pun Tuhan akan tetap menyertai saya. Apa yang perlu saya lakukan adalah terus melangkah. Stay close to God, and keep it going.
Hari ini saya diingatkan dengan ayat bacaan hari ini. Kita mengenal Yosua sebagai hamba Musa yang setia, yang selalu mengikuti Musa kemanapun ia pergi. Ketika pada Musa meninggal, Yosua pun diangkat Tuhan untuk menggantikan Musa memimpin bangsa Israel menuju tanah terjanji, tanah Kanaan. Saya yakin Yosua tahu pasti bahwa itu tidak mudah. Yosua mengikuti Musa begitu lama, sehingga dia pasti sudah kenal betul perangai bangsa Israel yang keras kepala, dan tahu bahwa tugas yang ia emban adalah tugas luar biasa sulit. Namun Tuhan menguatkan Yosua lewat beberapa pesan sebelum mulai melakukan tugasnya. Hari ini saya akan fokus pada salah satu ayat: "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Ayat ini berisi ulangan janji Tuhan yang pernah Dia berikan pada Musa. "Setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu, kamulah yang akan memilikinya: mulai dari padang gurun sampai gunung Libanon, dan dari sungai itu, yakni sungai Efrat, sampai laut sebelah barat, akan menjadi daerahmu." (Ulangan 11:24). Perhatikan perkataan "setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu" yang terdapat pada kedua ayat tersebut. Kalimat ini mengingatkan kita untuk berani menapak dan kemudian berani melangkah keluar. Jika kita tidak melangkah, maka tidak akan ada tempat lain yang kita injak, dan itu artinya kita hanya akan berhenti di tempat, atau berjalan di tempat, dan dengan demikian, kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Tanpa kemauan dan keberanian melangkah, kita tidak akan bisa mendapat apa-apa dari Tuhan.
Untuk berani melangkah dibutuhkan keberanian, keteguhan hati dan semangat baja. Terkadang tidaklah mudah untuk melangkah keluar dari zona nyaman (comfort zone) kita. Ada banyak orang yang berhenti pada satu titik, dan kemudian tidak mengalami apa-apa lagi. Padahal ada begitu banyak berkat Tuhan menanti di depan. Namun mereka takut, mereka mungkin trauma, mereka dikalahkan oleh kekhawatiran dan keraguan, pikiran mereka dikuasai ribuan "what if" questions, sehingga mereka gagal mendapatkan janji-janji Tuhan akan berkat. Saya bukanlah tipe orang yang berani mengambil resiko. Saya lahir dengan sifat dasar cenderung takut melakukan hal baru dan takut keluar dari zona nyaman. Tapi saya percaya ada Roh Kudus yang menyertai saya setelah lahir baru, dan menjadikan saya sebagai ciptaan baru. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Tidak ada alasan bagi saya untuk takut melangkah, karena ada Roh Allah menyertai. Kita tidak perlu ragu dan takut karena kita tidak akan dibiarkanNya sendirian! Tuhan akan selalu menyertai kita! Kepada Yosua pun Tuhan mengingatkan hal itu. "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9).
Jika saya bisa, maka anda pun pasti bisa. Ingatlah ada Roh Allah yang menyertai segala sesuatu yang kita lakukan, dimanapun, bagaimanapun dan kapanpun. Yang dibutuhkan dari kita adalah keberanian untuk melangkah. Take a step. Dan dalam prosesnya, tetaplah dekat dengan Tuhan. Stick with God and stay close to Him. Keraguan, kekhawatiran, kecemasan dan hal negatif lain boleh saja muncul, namun kalahkanlah semua itu dalam nama Yesus. Tidak ada tempat bagi semua itu dalam ciptaan baru. Daud punya kepercayaan seperti ini: "kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:12). Dan itulah yang perlu kita lakukan. Ada banyak berkat Tuhan menunggu di depan sana, sesuai janji-janjiNya, namun semua itu tidak akan bisa kita peroleh jika kita tidak berani melangkah. Mulailah melangkah sesuai apa yang diperintahkan Tuhan, dan petiklah berkat-berkatNya.
Jangan takut melangkah karena Tuhan selalu ada menyertai kita
Berani Melangkah
Ayat bacaan: Yosua 1:3
==================
"Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."
Sebuah situs musik yang saya kelola sejak setahun lebih lalu saat ini mengalami peningkatan yang luar biasa. Situs itu dimulai dari 0 besar, tanpa relasi, tanpa koneksi, tapi saat itu saya merasakan dorongan yang kuat dari hati untuk berani melangkah dan mulai membangunnya. Ada saat-saat dimana saya merasa ragu apakah saya akan berhasil atau tidak. "Siapa lah yang mengenal saya..mau dari mana jalannya situs ini bisa berhasil?" itu pikiran saya ketika logika-logika manusia saya mencoba menguasai dan mengambil alih diri saya. Tapi saya memutuskan untuk terus berjalan, karena saya percaya Tuhan tidak akan mungkin membiarkan apa yang Dia kehendaki bagi saya berakhir sia-sia. Tentu saja, Tuhan tidak membuat segala sesuatunya secara instan. Saya tahu betul bahwa dari pihak saya diperlukan kerja keras dan usaha serius. Saya pun tidak menutup diri dari orang lain, karena saya tahu pasti Tuhan bisa memberkati dan melakukan mukjizatNya lewat orang lain atau apapun. Dan itulah yang terjadi. Bagaikan zig zag, berbagai keajaiban Tuhan datang berulang kali dengan begitu nyata, sehingga situs musik saya mencapai peningkatan, yang secara logika tidak mungkin bisa mencapai taraf seperti ini dalam waktu relatif singkat. Maka hari ini, saya mulai melihat hasilnya. Ada banyak artis baik dari dalam dan luar negeri sekarang menghubungi saya baik untuk melakukan wawancara, mengulas album mereka dan sebagainya. Jika dulu masalah saya adalah bagaimana meningkatkan situs agar dikenal luas, saat ini masalah yang datang lain. Saya terkadang merasa tegang dan sedikit stres ketika harus melakukan sambungan telepon dengan artis-artis di luar negeri untuk sesi wawancara. Di sisi lain saya merasa kecapaian harus melakukan begitu banyak tugas, disamping pekerjaan mengajar saya dan sering bagai dikejar-kejar waktu. Menulis renungan setiap hari, itu masih menjadi komitmen saya, dan puji Tuhan, hanya karena berkatNya-lah hingga hari ini saya masih cukup kuat melakukan semuanya. Tapi saya percaya satu hal. Jika dulu Tuhan mampu melakukan keajaiban dan mukjizat, hari ini Tuhan pasti juga mampu. Jika hari ini saya bisa melihat bagaimana mukjizat Tuhan turun memberkati pekerjaan yang saya lakukan sesuai kehendakNya dan membuatnya berhasil, saya yakin ke depan nanti pun Tuhan akan tetap menyertai saya. Apa yang perlu saya lakukan adalah terus melangkah. Stay close to God, and keep it going.
Hari ini saya diingatkan dengan ayat bacaan hari ini. Kita mengenal Yosua sebagai hamba Musa yang setia, yang selalu mengikuti Musa kemanapun ia pergi. Ketika pada Musa meninggal, Yosua pun diangkat Tuhan untuk menggantikan Musa memimpin bangsa Israel menuju tanah terjanji, tanah Kanaan. Saya yakin Yosua tahu pasti bahwa itu tidak mudah. Yosua mengikuti Musa begitu lama, sehingga dia pasti sudah kenal betul perangai bangsa Israel yang keras kepala, dan tahu bahwa tugas yang ia emban adalah tugas luar biasa sulit. Namun Tuhan menguatkan Yosua lewat beberapa pesan sebelum mulai melakukan tugasnya. Hari ini saya akan fokus pada salah satu ayat: "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Ayat ini berisi ulangan janji Tuhan yang pernah Dia berikan pada Musa. "Setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu, kamulah yang akan memilikinya: mulai dari padang gurun sampai gunung Libanon, dan dari sungai itu, yakni sungai Efrat, sampai laut sebelah barat, akan menjadi daerahmu." (Ulangan 11:24). Perhatikan perkataan "setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu" yang terdapat pada kedua ayat tersebut. Kalimat ini mengingatkan kita untuk berani menapak dan kemudian berani melangkah keluar. Jika kita tidak melangkah, maka tidak akan ada tempat lain yang kita injak, dan itu artinya kita hanya akan berhenti di tempat, atau berjalan di tempat, dan dengan demikian, kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Tanpa kemauan dan keberanian melangkah, kita tidak akan bisa mendapat apa-apa dari Tuhan.
Untuk berani melangkah dibutuhkan keberanian, keteguhan hati dan semangat baja. Terkadang tidaklah mudah untuk melangkah keluar dari zona nyaman (comfort zone) kita. Ada banyak orang yang berhenti pada satu titik, dan kemudian tidak mengalami apa-apa lagi. Padahal ada begitu banyak berkat Tuhan menanti di depan. Namun mereka takut, mereka mungkin trauma, mereka dikalahkan oleh kekhawatiran dan keraguan, pikiran mereka dikuasai ribuan "what if" questions, sehingga mereka gagal mendapatkan janji-janji Tuhan akan berkat. Saya bukanlah tipe orang yang berani mengambil resiko. Saya lahir dengan sifat dasar cenderung takut melakukan hal baru dan takut keluar dari zona nyaman. Tapi saya percaya ada Roh Kudus yang menyertai saya setelah lahir baru, dan menjadikan saya sebagai ciptaan baru. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Tidak ada alasan bagi saya untuk takut melangkah, karena ada Roh Allah menyertai. Kita tidak perlu ragu dan takut karena kita tidak akan dibiarkanNya sendirian! Tuhan akan selalu menyertai kita! Kepada Yosua pun Tuhan mengingatkan hal itu. "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9).
Jika saya bisa, maka anda pun pasti bisa. Ingatlah ada Roh Allah yang menyertai segala sesuatu yang kita lakukan, dimanapun, bagaimanapun dan kapanpun. Yang dibutuhkan dari kita adalah keberanian untuk melangkah. Take a step. Dan dalam prosesnya, tetaplah dekat dengan Tuhan. Stick with God and stay close to Him. Keraguan, kekhawatiran, kecemasan dan hal negatif lain boleh saja muncul, namun kalahkanlah semua itu dalam nama Yesus. Tidak ada tempat bagi semua itu dalam ciptaan baru. Daud punya kepercayaan seperti ini: "kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:12). Dan itulah yang perlu kita lakukan. Ada banyak berkat Tuhan menunggu di depan sana, sesuai janji-janjiNya, namun semua itu tidak akan bisa kita peroleh jika kita tidak berani melangkah. Mulailah melangkah sesuai apa yang diperintahkan Tuhan, dan petiklah berkat-berkatNya.
Jangan takut melangkah karena Tuhan selalu ada menyertai kita
==================
"Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."
Sebuah situs musik yang saya kelola sejak setahun lebih lalu saat ini mengalami peningkatan yang luar biasa. Situs itu dimulai dari 0 besar, tanpa relasi, tanpa koneksi, tapi saat itu saya merasakan dorongan yang kuat dari hati untuk berani melangkah dan mulai membangunnya. Ada saat-saat dimana saya merasa ragu apakah saya akan berhasil atau tidak. "Siapa lah yang mengenal saya..mau dari mana jalannya situs ini bisa berhasil?" itu pikiran saya ketika logika-logika manusia saya mencoba menguasai dan mengambil alih diri saya. Tapi saya memutuskan untuk terus berjalan, karena saya percaya Tuhan tidak akan mungkin membiarkan apa yang Dia kehendaki bagi saya berakhir sia-sia. Tentu saja, Tuhan tidak membuat segala sesuatunya secara instan. Saya tahu betul bahwa dari pihak saya diperlukan kerja keras dan usaha serius. Saya pun tidak menutup diri dari orang lain, karena saya tahu pasti Tuhan bisa memberkati dan melakukan mukjizatNya lewat orang lain atau apapun. Dan itulah yang terjadi. Bagaikan zig zag, berbagai keajaiban Tuhan datang berulang kali dengan begitu nyata, sehingga situs musik saya mencapai peningkatan, yang secara logika tidak mungkin bisa mencapai taraf seperti ini dalam waktu relatif singkat. Maka hari ini, saya mulai melihat hasilnya. Ada banyak artis baik dari dalam dan luar negeri sekarang menghubungi saya baik untuk melakukan wawancara, mengulas album mereka dan sebagainya. Jika dulu masalah saya adalah bagaimana meningkatkan situs agar dikenal luas, saat ini masalah yang datang lain. Saya terkadang merasa tegang dan sedikit stres ketika harus melakukan sambungan telepon dengan artis-artis di luar negeri untuk sesi wawancara. Di sisi lain saya merasa kecapaian harus melakukan begitu banyak tugas, disamping pekerjaan mengajar saya dan sering bagai dikejar-kejar waktu. Menulis renungan setiap hari, itu masih menjadi komitmen saya, dan puji Tuhan, hanya karena berkatNya-lah hingga hari ini saya masih cukup kuat melakukan semuanya. Tapi saya percaya satu hal. Jika dulu Tuhan mampu melakukan keajaiban dan mukjizat, hari ini Tuhan pasti juga mampu. Jika hari ini saya bisa melihat bagaimana mukjizat Tuhan turun memberkati pekerjaan yang saya lakukan sesuai kehendakNya dan membuatnya berhasil, saya yakin ke depan nanti pun Tuhan akan tetap menyertai saya. Apa yang perlu saya lakukan adalah terus melangkah. Stay close to God, and keep it going.
Hari ini saya diingatkan dengan ayat bacaan hari ini. Kita mengenal Yosua sebagai hamba Musa yang setia, yang selalu mengikuti Musa kemanapun ia pergi. Ketika pada Musa meninggal, Yosua pun diangkat Tuhan untuk menggantikan Musa memimpin bangsa Israel menuju tanah terjanji, tanah Kanaan. Saya yakin Yosua tahu pasti bahwa itu tidak mudah. Yosua mengikuti Musa begitu lama, sehingga dia pasti sudah kenal betul perangai bangsa Israel yang keras kepala, dan tahu bahwa tugas yang ia emban adalah tugas luar biasa sulit. Namun Tuhan menguatkan Yosua lewat beberapa pesan sebelum mulai melakukan tugasnya. Hari ini saya akan fokus pada salah satu ayat: "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Ayat ini berisi ulangan janji Tuhan yang pernah Dia berikan pada Musa. "Setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu, kamulah yang akan memilikinya: mulai dari padang gurun sampai gunung Libanon, dan dari sungai itu, yakni sungai Efrat, sampai laut sebelah barat, akan menjadi daerahmu." (Ulangan 11:24). Perhatikan perkataan "setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu" yang terdapat pada kedua ayat tersebut. Kalimat ini mengingatkan kita untuk berani menapak dan kemudian berani melangkah keluar. Jika kita tidak melangkah, maka tidak akan ada tempat lain yang kita injak, dan itu artinya kita hanya akan berhenti di tempat, atau berjalan di tempat, dan dengan demikian, kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Tanpa kemauan dan keberanian melangkah, kita tidak akan bisa mendapat apa-apa dari Tuhan.
Untuk berani melangkah dibutuhkan keberanian, keteguhan hati dan semangat baja. Terkadang tidaklah mudah untuk melangkah keluar dari zona nyaman (comfort zone) kita. Ada banyak orang yang berhenti pada satu titik, dan kemudian tidak mengalami apa-apa lagi. Padahal ada begitu banyak berkat Tuhan menanti di depan. Namun mereka takut, mereka mungkin trauma, mereka dikalahkan oleh kekhawatiran dan keraguan, pikiran mereka dikuasai ribuan "what if" questions, sehingga mereka gagal mendapatkan janji-janji Tuhan akan berkat. Saya bukanlah tipe orang yang berani mengambil resiko. Saya lahir dengan sifat dasar cenderung takut melakukan hal baru dan takut keluar dari zona nyaman. Tapi saya percaya ada Roh Kudus yang menyertai saya setelah lahir baru, dan menjadikan saya sebagai ciptaan baru. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Tidak ada alasan bagi saya untuk takut melangkah, karena ada Roh Allah menyertai. Kita tidak perlu ragu dan takut karena kita tidak akan dibiarkanNya sendirian! Tuhan akan selalu menyertai kita! Kepada Yosua pun Tuhan mengingatkan hal itu. "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9).
Jika saya bisa, maka anda pun pasti bisa. Ingatlah ada Roh Allah yang menyertai segala sesuatu yang kita lakukan, dimanapun, bagaimanapun dan kapanpun. Yang dibutuhkan dari kita adalah keberanian untuk melangkah. Take a step. Dan dalam prosesnya, tetaplah dekat dengan Tuhan. Stick with God and stay close to Him. Keraguan, kekhawatiran, kecemasan dan hal negatif lain boleh saja muncul, namun kalahkanlah semua itu dalam nama Yesus. Tidak ada tempat bagi semua itu dalam ciptaan baru. Daud punya kepercayaan seperti ini: "kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:12). Dan itulah yang perlu kita lakukan. Ada banyak berkat Tuhan menunggu di depan sana, sesuai janji-janjiNya, namun semua itu tidak akan bisa kita peroleh jika kita tidak berani melangkah. Mulailah melangkah sesuai apa yang diperintahkan Tuhan, dan petiklah berkat-berkatNya.
Jangan takut melangkah karena Tuhan selalu ada menyertai kita
Jumat, 27 Maret 2009
Less is More, Little is Much, Small is Beautiful
Ayat bacaan: Zakharia 4:10
=====================
"Who despises the day of small things?"
Dalam gambaran dasar pelajaran web desain yang saya ajarkan di kampus, saya selalu menekankan prinsip "less is more", "little is much" dan "small is beautiful". Tiga prinsip dalam merancang sebuah situs ini adalah sesuai dengan perkembangan jaman, dimana orang lebih menuntut sebuah situs yang cepat di akses ketimbang situs yang memiliki terlalu banyak fitur sehingga memberatkan tubuh situs tersebut dan memperlambat loading time nya. Berbeda dengan 4 tahun lalu, dimana rancangan situs yang dinilai bagus adalah situs yang memakai banyak flash dan memerlukan pemahaman tinggi dalam mengoperasikan berbagai software pendukung, dalam perkembangan situs saat ini, kesederhanaan lah yang harus jadi penekanan. Tapi hal tersebut bukan berarti mendesain situs menjadi lebih mudah saat ini dibanding dulu, karena saat ini desainer dituntut untuk mematangkan konsep mereka, sehingga lewat sebuah kesederhanaan pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara visual oleh orang yang mengakses situs. Itulah yang saya maksud dengan "less is more", "little is much" dan "small is beautiful".
Di dunia ini ada kecenderungan sebaliknya. "Bigger is better", "the more the merrier". Dalam pelayanan seringkali kita kurang bersemangat apabila yang dilayani sedikit jumlahnya. Dunia cenderung mementingkan kuantitas dan bukan kualitas. Ada yang bersemangat melayani ketika jemaat penuh, namun kehilangan gairah melihat bangku kosong. Padahal Tuhan tidak mengajarkan demikian. Kita tidak boleh memandang hina hal-hal kecil, karena seringkali berkat Tuhan pun dimulai dari sesuatu yang biasa. Bahkan kelemahan sekalipun bisa dipakai Tuhan untuk menjadi ladang subur untuk menabur berkatNya.
Kita lihat dalam perumpamaan Talenta. Kepada hamba dengan lima talenta dan dua talenta, Tuhan memberikan jawaban yang sama. "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21,23). Baik talenta besar maupun kecil keduanya bisa menghasilkan buah. Dan Allah menghargai sama terhadap laba dua talenta dan lima talenta. Artinya disini, Tuhan tidak melihat kuantitas, melainkan kualitas. Dua talenta sekalipun akan sangat dihargai apabila kita melakukannya dengan sepenuh hati. Anda merasa gagal dalam pelayanan jika yang dilayani sedikit atau lambat berbuah? Jangan. Ingat bahwa Tuhan tidak melihat apa yang di depan mata, tapi melihat hati. (1 Samuel 16:7).
Kita lihat bagaimana Yesus melakukan pelayananNya di dunia. Yesus sungguh peduli baik pada jumlah massa yang banyak maupun pada orang per-orang yang datang kepadaNya. Yesus pernah melakukan kotbah di atas bukit dihadapan orang banyak (Matius 5-7). Tapi tidak pernah menutup mata dari pribadi-pribadi yang menjumpaiNya. Bahkan ketika muridNya berkurang, seperti yang kita baca dalam Yohanes 6:66, "Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia", hal tersebut tidak mengganggu Yesus dalam menggenapi rencana Allah.
Jika saat ini anda mengalami masa surut dalam pelayanan, tetaplah bersyukur dan tetaplah melayani semaksimal mungkin. Size is nothing; substance is everything. Baik ketika anda melayani Gereja kecil, sekolah minggu, atau melayani hanya satu orang saat ini, layanilah dengan segenap hati. Jika kita setia dalam perkara kecil, Tuhan akan memberikan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar pada waktunya. Tetaplah beri yang terbaik dari diri anda dalam hal-hal kecil, karena bukan kuantitas yang penting, melainkan substansi dan kualitas yang murni berasal dari hati.
Small is much when God's in it
=====================
"Who despises the day of small things?"
Dalam gambaran dasar pelajaran web desain yang saya ajarkan di kampus, saya selalu menekankan prinsip "less is more", "little is much" dan "small is beautiful". Tiga prinsip dalam merancang sebuah situs ini adalah sesuai dengan perkembangan jaman, dimana orang lebih menuntut sebuah situs yang cepat di akses ketimbang situs yang memiliki terlalu banyak fitur sehingga memberatkan tubuh situs tersebut dan memperlambat loading time nya. Berbeda dengan 4 tahun lalu, dimana rancangan situs yang dinilai bagus adalah situs yang memakai banyak flash dan memerlukan pemahaman tinggi dalam mengoperasikan berbagai software pendukung, dalam perkembangan situs saat ini, kesederhanaan lah yang harus jadi penekanan. Tapi hal tersebut bukan berarti mendesain situs menjadi lebih mudah saat ini dibanding dulu, karena saat ini desainer dituntut untuk mematangkan konsep mereka, sehingga lewat sebuah kesederhanaan pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara visual oleh orang yang mengakses situs. Itulah yang saya maksud dengan "less is more", "little is much" dan "small is beautiful".
Di dunia ini ada kecenderungan sebaliknya. "Bigger is better", "the more the merrier". Dalam pelayanan seringkali kita kurang bersemangat apabila yang dilayani sedikit jumlahnya. Dunia cenderung mementingkan kuantitas dan bukan kualitas. Ada yang bersemangat melayani ketika jemaat penuh, namun kehilangan gairah melihat bangku kosong. Padahal Tuhan tidak mengajarkan demikian. Kita tidak boleh memandang hina hal-hal kecil, karena seringkali berkat Tuhan pun dimulai dari sesuatu yang biasa. Bahkan kelemahan sekalipun bisa dipakai Tuhan untuk menjadi ladang subur untuk menabur berkatNya.
Kita lihat dalam perumpamaan Talenta. Kepada hamba dengan lima talenta dan dua talenta, Tuhan memberikan jawaban yang sama. "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21,23). Baik talenta besar maupun kecil keduanya bisa menghasilkan buah. Dan Allah menghargai sama terhadap laba dua talenta dan lima talenta. Artinya disini, Tuhan tidak melihat kuantitas, melainkan kualitas. Dua talenta sekalipun akan sangat dihargai apabila kita melakukannya dengan sepenuh hati. Anda merasa gagal dalam pelayanan jika yang dilayani sedikit atau lambat berbuah? Jangan. Ingat bahwa Tuhan tidak melihat apa yang di depan mata, tapi melihat hati. (1 Samuel 16:7).
Kita lihat bagaimana Yesus melakukan pelayananNya di dunia. Yesus sungguh peduli baik pada jumlah massa yang banyak maupun pada orang per-orang yang datang kepadaNya. Yesus pernah melakukan kotbah di atas bukit dihadapan orang banyak (Matius 5-7). Tapi tidak pernah menutup mata dari pribadi-pribadi yang menjumpaiNya. Bahkan ketika muridNya berkurang, seperti yang kita baca dalam Yohanes 6:66, "Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia", hal tersebut tidak mengganggu Yesus dalam menggenapi rencana Allah.
Jika saat ini anda mengalami masa surut dalam pelayanan, tetaplah bersyukur dan tetaplah melayani semaksimal mungkin. Size is nothing; substance is everything. Baik ketika anda melayani Gereja kecil, sekolah minggu, atau melayani hanya satu orang saat ini, layanilah dengan segenap hati. Jika kita setia dalam perkara kecil, Tuhan akan memberikan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar pada waktunya. Tetaplah beri yang terbaik dari diri anda dalam hal-hal kecil, karena bukan kuantitas yang penting, melainkan substansi dan kualitas yang murni berasal dari hati.
Small is much when God's in it
Less is More, Little is Much, Small is Beautiful
Ayat bacaan: Zakharia 4:10
=====================
"Who despises the day of small things?"
Dalam gambaran dasar pelajaran web desain yang saya ajarkan di kampus, saya selalu menekankan prinsip "less is more", "little is much" dan "small is beautiful". Tiga prinsip dalam merancang sebuah situs ini adalah sesuai dengan perkembangan jaman, dimana orang lebih menuntut sebuah situs yang cepat di akses ketimbang situs yang memiliki terlalu banyak fitur sehingga memberatkan tubuh situs tersebut dan memperlambat loading time nya. Berbeda dengan 4 tahun lalu, dimana rancangan situs yang dinilai bagus adalah situs yang memakai banyak flash dan memerlukan pemahaman tinggi dalam mengoperasikan berbagai software pendukung, dalam perkembangan situs saat ini, kesederhanaan lah yang harus jadi penekanan. Tapi hal tersebut bukan berarti mendesain situs menjadi lebih mudah saat ini dibanding dulu, karena saat ini desainer dituntut untuk mematangkan konsep mereka, sehingga lewat sebuah kesederhanaan pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara visual oleh orang yang mengakses situs. Itulah yang saya maksud dengan "less is more", "little is much" dan "small is beautiful".
Di dunia ini ada kecenderungan sebaliknya. "Bigger is better", "the more the merrier". Dalam pelayanan seringkali kita kurang bersemangat apabila yang dilayani sedikit jumlahnya. Dunia cenderung mementingkan kuantitas dan bukan kualitas. Ada yang bersemangat melayani ketika jemaat penuh, namun kehilangan gairah melihat bangku kosong. Padahal Tuhan tidak mengajarkan demikian. Kita tidak boleh memandang hina hal-hal kecil, karena seringkali berkat Tuhan pun dimulai dari sesuatu yang biasa. Bahkan kelemahan sekalipun bisa dipakai Tuhan untuk menjadi ladang subur untuk menabur berkatNya.
Kita lihat dalam perumpamaan Talenta. Kepada hamba dengan lima talenta dan dua talenta, Tuhan memberikan jawaban yang sama. "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21,23). Baik talenta besar maupun kecil keduanya bisa menghasilkan buah. Dan Allah menghargai sama terhadap laba dua talenta dan lima talenta. Artinya disini, Tuhan tidak melihat kuantitas, melainkan kualitas. Dua talenta sekalipun akan sangat dihargai apabila kita melakukannya dengan sepenuh hati. Anda merasa gagal dalam pelayanan jika yang dilayani sedikit atau lambat berbuah? Jangan. Ingat bahwa Tuhan tidak melihat apa yang di depan mata, tapi melihat hati. (1 Samuel 16:7).
Kita lihat bagaimana Yesus melakukan pelayananNya di dunia. Yesus sungguh peduli baik pada jumlah massa yang banyak maupun pada orang per-orang yang datang kepadaNya. Yesus pernah melakukan kotbah di atas bukit dihadapan orang banyak (Matius 5-7). Tapi tidak pernah menutup mata dari pribadi-pribadi yang menjumpaiNya. Bahkan ketika muridNya berkurang, seperti yang kita baca dalam Yohanes 6:66, "Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia", hal tersebut tidak mengganggu Yesus dalam menggenapi rencana Allah.
Jika saat ini anda mengalami masa surut dalam pelayanan, tetaplah bersyukur dan tetaplah melayani semaksimal mungkin. Size is nothing; substance is everything. Baik ketika anda melayani Gereja kecil, sekolah minggu, atau melayani hanya satu orang saat ini, layanilah dengan segenap hati. Jika kita setia dalam perkara kecil, Tuhan akan memberikan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar pada waktunya. Tetaplah beri yang terbaik dari diri anda dalam hal-hal kecil, karena bukan kuantitas yang penting, melainkan substansi dan kualitas yang murni berasal dari hati.
Small is much when God's in it
=====================
"Who despises the day of small things?"
Dalam gambaran dasar pelajaran web desain yang saya ajarkan di kampus, saya selalu menekankan prinsip "less is more", "little is much" dan "small is beautiful". Tiga prinsip dalam merancang sebuah situs ini adalah sesuai dengan perkembangan jaman, dimana orang lebih menuntut sebuah situs yang cepat di akses ketimbang situs yang memiliki terlalu banyak fitur sehingga memberatkan tubuh situs tersebut dan memperlambat loading time nya. Berbeda dengan 4 tahun lalu, dimana rancangan situs yang dinilai bagus adalah situs yang memakai banyak flash dan memerlukan pemahaman tinggi dalam mengoperasikan berbagai software pendukung, dalam perkembangan situs saat ini, kesederhanaan lah yang harus jadi penekanan. Tapi hal tersebut bukan berarti mendesain situs menjadi lebih mudah saat ini dibanding dulu, karena saat ini desainer dituntut untuk mematangkan konsep mereka, sehingga lewat sebuah kesederhanaan pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara visual oleh orang yang mengakses situs. Itulah yang saya maksud dengan "less is more", "little is much" dan "small is beautiful".
Di dunia ini ada kecenderungan sebaliknya. "Bigger is better", "the more the merrier". Dalam pelayanan seringkali kita kurang bersemangat apabila yang dilayani sedikit jumlahnya. Dunia cenderung mementingkan kuantitas dan bukan kualitas. Ada yang bersemangat melayani ketika jemaat penuh, namun kehilangan gairah melihat bangku kosong. Padahal Tuhan tidak mengajarkan demikian. Kita tidak boleh memandang hina hal-hal kecil, karena seringkali berkat Tuhan pun dimulai dari sesuatu yang biasa. Bahkan kelemahan sekalipun bisa dipakai Tuhan untuk menjadi ladang subur untuk menabur berkatNya.
Kita lihat dalam perumpamaan Talenta. Kepada hamba dengan lima talenta dan dua talenta, Tuhan memberikan jawaban yang sama. "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21,23). Baik talenta besar maupun kecil keduanya bisa menghasilkan buah. Dan Allah menghargai sama terhadap laba dua talenta dan lima talenta. Artinya disini, Tuhan tidak melihat kuantitas, melainkan kualitas. Dua talenta sekalipun akan sangat dihargai apabila kita melakukannya dengan sepenuh hati. Anda merasa gagal dalam pelayanan jika yang dilayani sedikit atau lambat berbuah? Jangan. Ingat bahwa Tuhan tidak melihat apa yang di depan mata, tapi melihat hati. (1 Samuel 16:7).
Kita lihat bagaimana Yesus melakukan pelayananNya di dunia. Yesus sungguh peduli baik pada jumlah massa yang banyak maupun pada orang per-orang yang datang kepadaNya. Yesus pernah melakukan kotbah di atas bukit dihadapan orang banyak (Matius 5-7). Tapi tidak pernah menutup mata dari pribadi-pribadi yang menjumpaiNya. Bahkan ketika muridNya berkurang, seperti yang kita baca dalam Yohanes 6:66, "Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia", hal tersebut tidak mengganggu Yesus dalam menggenapi rencana Allah.
Jika saat ini anda mengalami masa surut dalam pelayanan, tetaplah bersyukur dan tetaplah melayani semaksimal mungkin. Size is nothing; substance is everything. Baik ketika anda melayani Gereja kecil, sekolah minggu, atau melayani hanya satu orang saat ini, layanilah dengan segenap hati. Jika kita setia dalam perkara kecil, Tuhan akan memberikan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar pada waktunya. Tetaplah beri yang terbaik dari diri anda dalam hal-hal kecil, karena bukan kuantitas yang penting, melainkan substansi dan kualitas yang murni berasal dari hati.
Small is much when God's in it
Kamis, 26 Maret 2009
Ikatan Perjanjian
Ayat bacaan: Maleakhi 2:5
====================
"Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya--pada pihak lain ketakutan--dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku."
Sebuah perjanjian hanya akan berlaku jika terdapat dua belah pihak yang saling mengikat di dalamnya. Ada syarat dan ketentuan yang wajib untuk dijalankan masing-masing pihak sesuai ikatan perjanjian. Alangkah anehnya apabila perjanjian hanya berlaku sepihak saja, hanya menuntut hak tanpa menjalankan kewajiban. Kemudian bagi yang melanggar syarat-syarat yang diatur dalam sebuah perjanjian tentu ada sanksinya. Itu adalah hukum wajib sebuah perjanjian dalam bentuk apapun. Baik perjanjian kerjasama, perjanjian jual beli dan sebagainya.
Ada begitu banyak orang yang menuntut janji-janji Tuhan, dan merasa seolah-olah Tuhan tidak memperhatikan mereka dan tidak menepati janjiNya. Apakah Tuhan adalah "sosok" yang ingkar janji? Apakah Tuhan adalah Allah yang hanya memberikan janji kosong? Tentu saja tidak. Allah selalu menepati janjinya, meskipun mungkin janji itu datang tidak seperti waktu yang kita inginkan. Tapi pada waktunya, sesuai waktu Tuhan, segala janji itu akan selalu ditepati. Dulu, sekarang dan selamanya. Tapi ingatlah bahwa selayaknya sebuah ikatan perjanjian, ada hal-hal yang harus kita penuhi terlebih dahulu. Ada kewajiban yang harus kita laksanakan sebelum kita menerima apa yang menjadi hak kita. Tentu tidaklah benar jika kita hanya terus menuntut hak kita, tanpa memperdulikan kewajiban.
Kita melihat bagaimana marahnya Tuhan kepada para imam yang tidak setia pada perjanjian antara Tuhan dengan Israel. Dalam salah satu bagian, Tuhan menjelaskan bagaimana bentuk ikatan perjanjian itu. "Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya--pada pihak lain ketakutan--dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku." (Maleakhi 2:5). Ya, Tuhan menjanjikan kehidupan yang sejahtera, penuh berkat melimpah. Namun itu tidaklah berlaku sepihak saja. Di pihak lain, sebagai manusia ada bagian yang harus kita lakukan. Kita harus senantiasa hidup dengan memiliki rasa takut akan Allah dan gentar terhadap diriNya. Takut akan Allah sama artinya dengan membenci dosa. Seringkali orang hanya takut pada "akibat" dosa, dan bukan takut untuk "berbuat" dosa. Orang takut pada hukuman Tuhan, takut masuk neraka jika melanggar aturan Tuhan, takut kehilangan berkat ketika kita berdosa, atau sebagian orang menggambarkannya dengan takut kena karma. Tapi sebuah hidup yang takut akan Tuhan memberi pengertian sebagai sebuah bentuk perasaan menghormati dan mengasihi Tuhan. Takut akan Tuhan berarti kita rindu untuk mengikuti kehendakNya, tidak ingin mengecewakanNya, karena kita sangat mengasihiNya.
Dalam Amsal dikatakan bahwa takut akan Tuhan adalah awal dari hikmat. "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Dalam Pengkotbah juga diingatkan demikian: "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat." (Pengkotbah 12:13-14). Bagi yang melanggar ikatan perjanjian ada hukuman yang harus dijatuhkan sesuai undang-undang yang berlaku, demikian pula Allah akan selalu membawa orang-orang yang melanggar perjanjian ke dalam penghakiman suatu saat nanti.
Bagaimana bentuk hidup yang sejahtera seperti yang dijanjikan Tuhan bagi orang yang takut akan Dia? Mari kita baca ayat berikut: "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku." (Yesaya 38:18-19). Kesemuanya itu adalah janji dari Allah yang tidak pernah ingkar janji, dan akan kita terima apabila kita telah melakukan apa yang menjadi kewajiban di pihak kita. Allah berjanji akan melimpahkan kehidupan dan sejahtera buat kita, hidup yang maksimal dan berlimpah untuk kita nikmati dan kita bagikan/salurkan pada saudara-saudara kita lainnya. Kita dijanjikan untuk menerima bentuk damai sejahtera dan sukacita yang sifatnya kekal, tidak bisa dibeli dengan uang sebesar apapun. Itu bagian Tuhan. Hidup takut akan Tuhan, menghormatiNya, menjaga hidup tetap kudus, membenci dosa, patuh dan taat semua firmanNya secara penuh dan melakukan ini semua karena mengasihi Tuhan lebih di atas segalanya, itu bagian kita.
Lakukan bagian kita, dan terima bagian Tuhan
====================
"Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya--pada pihak lain ketakutan--dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku."
Sebuah perjanjian hanya akan berlaku jika terdapat dua belah pihak yang saling mengikat di dalamnya. Ada syarat dan ketentuan yang wajib untuk dijalankan masing-masing pihak sesuai ikatan perjanjian. Alangkah anehnya apabila perjanjian hanya berlaku sepihak saja, hanya menuntut hak tanpa menjalankan kewajiban. Kemudian bagi yang melanggar syarat-syarat yang diatur dalam sebuah perjanjian tentu ada sanksinya. Itu adalah hukum wajib sebuah perjanjian dalam bentuk apapun. Baik perjanjian kerjasama, perjanjian jual beli dan sebagainya.
Ada begitu banyak orang yang menuntut janji-janji Tuhan, dan merasa seolah-olah Tuhan tidak memperhatikan mereka dan tidak menepati janjiNya. Apakah Tuhan adalah "sosok" yang ingkar janji? Apakah Tuhan adalah Allah yang hanya memberikan janji kosong? Tentu saja tidak. Allah selalu menepati janjinya, meskipun mungkin janji itu datang tidak seperti waktu yang kita inginkan. Tapi pada waktunya, sesuai waktu Tuhan, segala janji itu akan selalu ditepati. Dulu, sekarang dan selamanya. Tapi ingatlah bahwa selayaknya sebuah ikatan perjanjian, ada hal-hal yang harus kita penuhi terlebih dahulu. Ada kewajiban yang harus kita laksanakan sebelum kita menerima apa yang menjadi hak kita. Tentu tidaklah benar jika kita hanya terus menuntut hak kita, tanpa memperdulikan kewajiban.
Kita melihat bagaimana marahnya Tuhan kepada para imam yang tidak setia pada perjanjian antara Tuhan dengan Israel. Dalam salah satu bagian, Tuhan menjelaskan bagaimana bentuk ikatan perjanjian itu. "Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya--pada pihak lain ketakutan--dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku." (Maleakhi 2:5). Ya, Tuhan menjanjikan kehidupan yang sejahtera, penuh berkat melimpah. Namun itu tidaklah berlaku sepihak saja. Di pihak lain, sebagai manusia ada bagian yang harus kita lakukan. Kita harus senantiasa hidup dengan memiliki rasa takut akan Allah dan gentar terhadap diriNya. Takut akan Allah sama artinya dengan membenci dosa. Seringkali orang hanya takut pada "akibat" dosa, dan bukan takut untuk "berbuat" dosa. Orang takut pada hukuman Tuhan, takut masuk neraka jika melanggar aturan Tuhan, takut kehilangan berkat ketika kita berdosa, atau sebagian orang menggambarkannya dengan takut kena karma. Tapi sebuah hidup yang takut akan Tuhan memberi pengertian sebagai sebuah bentuk perasaan menghormati dan mengasihi Tuhan. Takut akan Tuhan berarti kita rindu untuk mengikuti kehendakNya, tidak ingin mengecewakanNya, karena kita sangat mengasihiNya.
Dalam Amsal dikatakan bahwa takut akan Tuhan adalah awal dari hikmat. "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Dalam Pengkotbah juga diingatkan demikian: "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat." (Pengkotbah 12:13-14). Bagi yang melanggar ikatan perjanjian ada hukuman yang harus dijatuhkan sesuai undang-undang yang berlaku, demikian pula Allah akan selalu membawa orang-orang yang melanggar perjanjian ke dalam penghakiman suatu saat nanti.
Bagaimana bentuk hidup yang sejahtera seperti yang dijanjikan Tuhan bagi orang yang takut akan Dia? Mari kita baca ayat berikut: "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku." (Yesaya 38:18-19). Kesemuanya itu adalah janji dari Allah yang tidak pernah ingkar janji, dan akan kita terima apabila kita telah melakukan apa yang menjadi kewajiban di pihak kita. Allah berjanji akan melimpahkan kehidupan dan sejahtera buat kita, hidup yang maksimal dan berlimpah untuk kita nikmati dan kita bagikan/salurkan pada saudara-saudara kita lainnya. Kita dijanjikan untuk menerima bentuk damai sejahtera dan sukacita yang sifatnya kekal, tidak bisa dibeli dengan uang sebesar apapun. Itu bagian Tuhan. Hidup takut akan Tuhan, menghormatiNya, menjaga hidup tetap kudus, membenci dosa, patuh dan taat semua firmanNya secara penuh dan melakukan ini semua karena mengasihi Tuhan lebih di atas segalanya, itu bagian kita.
Lakukan bagian kita, dan terima bagian Tuhan
Ikatan Perjanjian
Ayat bacaan: Maleakhi 2:5
====================
"Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya--pada pihak lain ketakutan--dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku."
Sebuah perjanjian hanya akan berlaku jika terdapat dua belah pihak yang saling mengikat di dalamnya. Ada syarat dan ketentuan yang wajib untuk dijalankan masing-masing pihak sesuai ikatan perjanjian. Alangkah anehnya apabila perjanjian hanya berlaku sepihak saja, hanya menuntut hak tanpa menjalankan kewajiban. Kemudian bagi yang melanggar syarat-syarat yang diatur dalam sebuah perjanjian tentu ada sanksinya. Itu adalah hukum wajib sebuah perjanjian dalam bentuk apapun. Baik perjanjian kerjasama, perjanjian jual beli dan sebagainya.
Ada begitu banyak orang yang menuntut janji-janji Tuhan, dan merasa seolah-olah Tuhan tidak memperhatikan mereka dan tidak menepati janjiNya. Apakah Tuhan adalah "sosok" yang ingkar janji? Apakah Tuhan adalah Allah yang hanya memberikan janji kosong? Tentu saja tidak. Allah selalu menepati janjinya, meskipun mungkin janji itu datang tidak seperti waktu yang kita inginkan. Tapi pada waktunya, sesuai waktu Tuhan, segala janji itu akan selalu ditepati. Dulu, sekarang dan selamanya. Tapi ingatlah bahwa selayaknya sebuah ikatan perjanjian, ada hal-hal yang harus kita penuhi terlebih dahulu. Ada kewajiban yang harus kita laksanakan sebelum kita menerima apa yang menjadi hak kita. Tentu tidaklah benar jika kita hanya terus menuntut hak kita, tanpa memperdulikan kewajiban.
Kita melihat bagaimana marahnya Tuhan kepada para imam yang tidak setia pada perjanjian antara Tuhan dengan Israel. Dalam salah satu bagian, Tuhan menjelaskan bagaimana bentuk ikatan perjanjian itu. "Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya--pada pihak lain ketakutan--dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku." (Maleakhi 2:5). Ya, Tuhan menjanjikan kehidupan yang sejahtera, penuh berkat melimpah. Namun itu tidaklah berlaku sepihak saja. Di pihak lain, sebagai manusia ada bagian yang harus kita lakukan. Kita harus senantiasa hidup dengan memiliki rasa takut akan Allah dan gentar terhadap diriNya. Takut akan Allah sama artinya dengan membenci dosa. Seringkali orang hanya takut pada "akibat" dosa, dan bukan takut untuk "berbuat" dosa. Orang takut pada hukuman Tuhan, takut masuk neraka jika melanggar aturan Tuhan, takut kehilangan berkat ketika kita berdosa, atau sebagian orang menggambarkannya dengan takut kena karma. Tapi sebuah hidup yang takut akan Tuhan memberi pengertian sebagai sebuah bentuk perasaan menghormati dan mengasihi Tuhan. Takut akan Tuhan berarti kita rindu untuk mengikuti kehendakNya, tidak ingin mengecewakanNya, karena kita sangat mengasihiNya.
Dalam Amsal dikatakan bahwa takut akan Tuhan adalah awal dari hikmat. "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Dalam Pengkotbah juga diingatkan demikian: "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat." (Pengkotbah 12:13-14). Bagi yang melanggar ikatan perjanjian ada hukuman yang harus dijatuhkan sesuai undang-undang yang berlaku, demikian pula Allah akan selalu membawa orang-orang yang melanggar perjanjian ke dalam penghakiman suatu saat nanti.
Bagaimana bentuk hidup yang sejahtera seperti yang dijanjikan Tuhan bagi orang yang takut akan Dia? Mari kita baca ayat berikut: "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku." (Yesaya 38:18-19). Kesemuanya itu adalah janji dari Allah yang tidak pernah ingkar janji, dan akan kita terima apabila kita telah melakukan apa yang menjadi kewajiban di pihak kita. Allah berjanji akan melimpahkan kehidupan dan sejahtera buat kita, hidup yang maksimal dan berlimpah untuk kita nikmati dan kita bagikan/salurkan pada saudara-saudara kita lainnya. Kita dijanjikan untuk menerima bentuk damai sejahtera dan sukacita yang sifatnya kekal, tidak bisa dibeli dengan uang sebesar apapun. Itu bagian Tuhan. Hidup takut akan Tuhan, menghormatiNya, menjaga hidup tetap kudus, membenci dosa, patuh dan taat semua firmanNya secara penuh dan melakukan ini semua karena mengasihi Tuhan lebih di atas segalanya, itu bagian kita.
Lakukan bagian kita, dan terima bagian Tuhan
====================
"Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya--pada pihak lain ketakutan--dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku."
Sebuah perjanjian hanya akan berlaku jika terdapat dua belah pihak yang saling mengikat di dalamnya. Ada syarat dan ketentuan yang wajib untuk dijalankan masing-masing pihak sesuai ikatan perjanjian. Alangkah anehnya apabila perjanjian hanya berlaku sepihak saja, hanya menuntut hak tanpa menjalankan kewajiban. Kemudian bagi yang melanggar syarat-syarat yang diatur dalam sebuah perjanjian tentu ada sanksinya. Itu adalah hukum wajib sebuah perjanjian dalam bentuk apapun. Baik perjanjian kerjasama, perjanjian jual beli dan sebagainya.
Ada begitu banyak orang yang menuntut janji-janji Tuhan, dan merasa seolah-olah Tuhan tidak memperhatikan mereka dan tidak menepati janjiNya. Apakah Tuhan adalah "sosok" yang ingkar janji? Apakah Tuhan adalah Allah yang hanya memberikan janji kosong? Tentu saja tidak. Allah selalu menepati janjinya, meskipun mungkin janji itu datang tidak seperti waktu yang kita inginkan. Tapi pada waktunya, sesuai waktu Tuhan, segala janji itu akan selalu ditepati. Dulu, sekarang dan selamanya. Tapi ingatlah bahwa selayaknya sebuah ikatan perjanjian, ada hal-hal yang harus kita penuhi terlebih dahulu. Ada kewajiban yang harus kita laksanakan sebelum kita menerima apa yang menjadi hak kita. Tentu tidaklah benar jika kita hanya terus menuntut hak kita, tanpa memperdulikan kewajiban.
Kita melihat bagaimana marahnya Tuhan kepada para imam yang tidak setia pada perjanjian antara Tuhan dengan Israel. Dalam salah satu bagian, Tuhan menjelaskan bagaimana bentuk ikatan perjanjian itu. "Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya--pada pihak lain ketakutan--dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku." (Maleakhi 2:5). Ya, Tuhan menjanjikan kehidupan yang sejahtera, penuh berkat melimpah. Namun itu tidaklah berlaku sepihak saja. Di pihak lain, sebagai manusia ada bagian yang harus kita lakukan. Kita harus senantiasa hidup dengan memiliki rasa takut akan Allah dan gentar terhadap diriNya. Takut akan Allah sama artinya dengan membenci dosa. Seringkali orang hanya takut pada "akibat" dosa, dan bukan takut untuk "berbuat" dosa. Orang takut pada hukuman Tuhan, takut masuk neraka jika melanggar aturan Tuhan, takut kehilangan berkat ketika kita berdosa, atau sebagian orang menggambarkannya dengan takut kena karma. Tapi sebuah hidup yang takut akan Tuhan memberi pengertian sebagai sebuah bentuk perasaan menghormati dan mengasihi Tuhan. Takut akan Tuhan berarti kita rindu untuk mengikuti kehendakNya, tidak ingin mengecewakanNya, karena kita sangat mengasihiNya.
Dalam Amsal dikatakan bahwa takut akan Tuhan adalah awal dari hikmat. "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Dalam Pengkotbah juga diingatkan demikian: "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat." (Pengkotbah 12:13-14). Bagi yang melanggar ikatan perjanjian ada hukuman yang harus dijatuhkan sesuai undang-undang yang berlaku, demikian pula Allah akan selalu membawa orang-orang yang melanggar perjanjian ke dalam penghakiman suatu saat nanti.
Bagaimana bentuk hidup yang sejahtera seperti yang dijanjikan Tuhan bagi orang yang takut akan Dia? Mari kita baca ayat berikut: "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku." (Yesaya 38:18-19). Kesemuanya itu adalah janji dari Allah yang tidak pernah ingkar janji, dan akan kita terima apabila kita telah melakukan apa yang menjadi kewajiban di pihak kita. Allah berjanji akan melimpahkan kehidupan dan sejahtera buat kita, hidup yang maksimal dan berlimpah untuk kita nikmati dan kita bagikan/salurkan pada saudara-saudara kita lainnya. Kita dijanjikan untuk menerima bentuk damai sejahtera dan sukacita yang sifatnya kekal, tidak bisa dibeli dengan uang sebesar apapun. Itu bagian Tuhan. Hidup takut akan Tuhan, menghormatiNya, menjaga hidup tetap kudus, membenci dosa, patuh dan taat semua firmanNya secara penuh dan melakukan ini semua karena mengasihi Tuhan lebih di atas segalanya, itu bagian kita.
Lakukan bagian kita, dan terima bagian Tuhan
Rabu, 25 Maret 2009
Gesekan Dalam Pelayanan
Ayat bacaan: Yohanes 12:26
=======================
"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa."
Malam ini ingatan saya kembali pada kejadian sekian tahun yang lalu. Pada saat itu ada seorang teman saya yang baru saja mulai melayani sebagai drummer tim musik Gereja. Pada saat latihan, ternyata ia berselisih dengan salah seorang yang sudah lebih senior. Masalahnya sebenarnya sepele: orang itu mengharuskan teman saya untuk memanggil "abang", dan saya tidak tahu persis bagaimana, tapi tampaknya teman saya tersinggung dengan cara penyampaiannya yang menurut dia kasar. Yang terjadi selanjutnya, teman saya memutuskan untuk keluar dari pelayanan, dan tidak saja berhenti disitu, tapi juga memutuskan untuk pindah Gereja. Yang satu menjadi batu sandungan, yang satu lupa fokus utama dalam melayani. Kedua-duanya mengikuti emosi duniawi.
Orang boleh sama-sama melayani, namun tujuan melayani bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang murni untuk Tuhan, tapi ada pula yang karena ingin menonjol, paksaan keluarga/pacar dan berbagai alasan lain. Apa yang menjadi motivasi bisa terlihat ketika pelayanan kita mendapat gesekan baik dari sesama teman pelayanan atau mungkin mendapat penolakan dari orang yang kita layani. Jika belum apa-apa kita sudah bereaksi dengan emosional, seperti mengundurkan diri dari pelayanan, menghujat atau yang lebih ekstrim langsung pindah Gereja, itu artinya kita belum sampai pada visi yang benar dalam melayani Tuhan.
Mari kita lihat kisah ketika Simon Petrus ditanya Yesus dengan pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali. "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-17). Jika Yesus menganggap perlu untuk menanyakan hal ini sampai tiga kali, maka saya yakin pertanyaannya pastilah sangat penting. Apa yang harusnya menjadi dasar utama untuk melayani, menggembalakan domba-domba Kristus? Tidak lain dan tidak bukan adalah atas dasar mengasihi Yesus lebih dari segala sesuatu. Bukan atas mengasihi diri sendiri, demi popularitas dan berbagai motivasi-motivasi yang salah, tapi semata-mata karena kita mengasihi Kristus. Lantas bagaimana jika ada seseorang yang menjengkelkan dalam pelayanan atau mungkin dalam Gereja? Saya mengerti bahwa mungkin sulit untuk fokus melakukan sesuatu ketika ada hal yang mengganggu di dekat kita. Namun hendaklah kita bisa mengalahkan itu, karena mengasihi Yesus seharusnya berada di atas segala hal lainnya.
Yesus berkata: "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26). Kita yang berada dalam pelayanan haruslah mengikuti Yesus dimanapun Dia berada. Dan hal itu bisa jadi tidak mudah, karena seringkali kita harus menghadapi situasi-situasi bagaikan memikul salib. Dan hal itu pun sudah diingatkan Yesus sejak awal. "Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Jika kita melihat para Nabi baik di Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, kita pun akan melihat bahwa pelayanan mereka seringkali disertai berbagai permasalahan, penuh penderitaan dan berbagai gejolak yang setiap saat mampu melemahkan mereka hingga ke titik terendah. Dari Nuh, Musa hingga Paulus dan rekan-rekan sepelayanan, semua mengalami berbagai masalah yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun mereka tidak patah semangat, dan tetap tegar melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Mereka tetap tekun melayani sepenuh hati. Malah tidak sedikit yang mempertaruhkan nyawa mereka, bahkan ada yang harus menjadi martir. Tapi mereka tetap setia hingga akhir. Mengapa? Karena visi mereka jelas, yaitu menempatkan Tuhan di atas segalanya dalam apapun yang mereka lakukan. Mereka punya sikap hati yang lebih mementingkan keinginan Tuhan di atas segalanya.Kita bisa meneladani mereka. "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan." (Yakobus 5:10). Kedatangan Yesus ke dunia pun tidak lepas dari berbagai penderitaan. Tapi karena kasihNya yang luar biasa besar bagi kita, Dia menggenapkan kehendak Bapa hingga tuntas, mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. .
Perselisihan dalam pelayanan bisa terjadi kapan saja. Gesekan-gesekan akan selalu ada ketika kita berada dalam sekelompok orang yang sama setiap hari. Itu sangat wajar dan alamiah. Namun yang membedakan adalah sikap hati kita dalam menghadapi hal itu. Alangkah ironisnya jika kita menjadi sulit membedakan mana yang menjadi keinginan Tuhan dan mana yang berasal dari ego dalam diri kita. Ketika terjadi perselisihan, berusahalah secepatnya untuk berdamai dan saling memaafkan. Seperti apa yang diingatkan oleh Paulus, kita harus selalu berusaha menghindari perpecahan. "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir." (1 Korintus 1:10). Seperti halnya Tuhan selalu siap membukakan pintu pengampunanNya bagi kita, demikian pula kita harus selalu siap untuk saling memaafkan satu sama lain. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Ingatlah bahwa di atas segalanya kita melayani karena mengasihi Kristus lebih dari segalanya. Taklukkanlah hal-hal lain yang mungkin merintangi pelayanan kita dengan kasih dan saling memaafkan dan fokuslah kembali pada tujuan yang benar, sehingga nama Tuhan bisa dipermuliakan dalam setiap pelayanan kita.
Melayanilah karena mengasihi Tuhan, bukan karena hal lain
=======================
"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa."
Malam ini ingatan saya kembali pada kejadian sekian tahun yang lalu. Pada saat itu ada seorang teman saya yang baru saja mulai melayani sebagai drummer tim musik Gereja. Pada saat latihan, ternyata ia berselisih dengan salah seorang yang sudah lebih senior. Masalahnya sebenarnya sepele: orang itu mengharuskan teman saya untuk memanggil "abang", dan saya tidak tahu persis bagaimana, tapi tampaknya teman saya tersinggung dengan cara penyampaiannya yang menurut dia kasar. Yang terjadi selanjutnya, teman saya memutuskan untuk keluar dari pelayanan, dan tidak saja berhenti disitu, tapi juga memutuskan untuk pindah Gereja. Yang satu menjadi batu sandungan, yang satu lupa fokus utama dalam melayani. Kedua-duanya mengikuti emosi duniawi.
Orang boleh sama-sama melayani, namun tujuan melayani bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang murni untuk Tuhan, tapi ada pula yang karena ingin menonjol, paksaan keluarga/pacar dan berbagai alasan lain. Apa yang menjadi motivasi bisa terlihat ketika pelayanan kita mendapat gesekan baik dari sesama teman pelayanan atau mungkin mendapat penolakan dari orang yang kita layani. Jika belum apa-apa kita sudah bereaksi dengan emosional, seperti mengundurkan diri dari pelayanan, menghujat atau yang lebih ekstrim langsung pindah Gereja, itu artinya kita belum sampai pada visi yang benar dalam melayani Tuhan.
Mari kita lihat kisah ketika Simon Petrus ditanya Yesus dengan pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali. "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-17). Jika Yesus menganggap perlu untuk menanyakan hal ini sampai tiga kali, maka saya yakin pertanyaannya pastilah sangat penting. Apa yang harusnya menjadi dasar utama untuk melayani, menggembalakan domba-domba Kristus? Tidak lain dan tidak bukan adalah atas dasar mengasihi Yesus lebih dari segala sesuatu. Bukan atas mengasihi diri sendiri, demi popularitas dan berbagai motivasi-motivasi yang salah, tapi semata-mata karena kita mengasihi Kristus. Lantas bagaimana jika ada seseorang yang menjengkelkan dalam pelayanan atau mungkin dalam Gereja? Saya mengerti bahwa mungkin sulit untuk fokus melakukan sesuatu ketika ada hal yang mengganggu di dekat kita. Namun hendaklah kita bisa mengalahkan itu, karena mengasihi Yesus seharusnya berada di atas segala hal lainnya.
Yesus berkata: "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26). Kita yang berada dalam pelayanan haruslah mengikuti Yesus dimanapun Dia berada. Dan hal itu bisa jadi tidak mudah, karena seringkali kita harus menghadapi situasi-situasi bagaikan memikul salib. Dan hal itu pun sudah diingatkan Yesus sejak awal. "Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Jika kita melihat para Nabi baik di Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, kita pun akan melihat bahwa pelayanan mereka seringkali disertai berbagai permasalahan, penuh penderitaan dan berbagai gejolak yang setiap saat mampu melemahkan mereka hingga ke titik terendah. Dari Nuh, Musa hingga Paulus dan rekan-rekan sepelayanan, semua mengalami berbagai masalah yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun mereka tidak patah semangat, dan tetap tegar melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Mereka tetap tekun melayani sepenuh hati. Malah tidak sedikit yang mempertaruhkan nyawa mereka, bahkan ada yang harus menjadi martir. Tapi mereka tetap setia hingga akhir. Mengapa? Karena visi mereka jelas, yaitu menempatkan Tuhan di atas segalanya dalam apapun yang mereka lakukan. Mereka punya sikap hati yang lebih mementingkan keinginan Tuhan di atas segalanya.Kita bisa meneladani mereka. "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan." (Yakobus 5:10). Kedatangan Yesus ke dunia pun tidak lepas dari berbagai penderitaan. Tapi karena kasihNya yang luar biasa besar bagi kita, Dia menggenapkan kehendak Bapa hingga tuntas, mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. .
Perselisihan dalam pelayanan bisa terjadi kapan saja. Gesekan-gesekan akan selalu ada ketika kita berada dalam sekelompok orang yang sama setiap hari. Itu sangat wajar dan alamiah. Namun yang membedakan adalah sikap hati kita dalam menghadapi hal itu. Alangkah ironisnya jika kita menjadi sulit membedakan mana yang menjadi keinginan Tuhan dan mana yang berasal dari ego dalam diri kita. Ketika terjadi perselisihan, berusahalah secepatnya untuk berdamai dan saling memaafkan. Seperti apa yang diingatkan oleh Paulus, kita harus selalu berusaha menghindari perpecahan. "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir." (1 Korintus 1:10). Seperti halnya Tuhan selalu siap membukakan pintu pengampunanNya bagi kita, demikian pula kita harus selalu siap untuk saling memaafkan satu sama lain. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Ingatlah bahwa di atas segalanya kita melayani karena mengasihi Kristus lebih dari segalanya. Taklukkanlah hal-hal lain yang mungkin merintangi pelayanan kita dengan kasih dan saling memaafkan dan fokuslah kembali pada tujuan yang benar, sehingga nama Tuhan bisa dipermuliakan dalam setiap pelayanan kita.
Melayanilah karena mengasihi Tuhan, bukan karena hal lain
Gesekan Dalam Pelayanan
Ayat bacaan: Yohanes 12:26
=======================
"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa."
Malam ini ingatan saya kembali pada kejadian sekian tahun yang lalu. Pada saat itu ada seorang teman saya yang baru saja mulai melayani sebagai drummer tim musik Gereja. Pada saat latihan, ternyata ia berselisih dengan salah seorang yang sudah lebih senior. Masalahnya sebenarnya sepele: orang itu mengharuskan teman saya untuk memanggil "abang", dan saya tidak tahu persis bagaimana, tapi tampaknya teman saya tersinggung dengan cara penyampaiannya yang menurut dia kasar. Yang terjadi selanjutnya, teman saya memutuskan untuk keluar dari pelayanan, dan tidak saja berhenti disitu, tapi juga memutuskan untuk pindah Gereja. Yang satu menjadi batu sandungan, yang satu lupa fokus utama dalam melayani. Kedua-duanya mengikuti emosi duniawi.
Orang boleh sama-sama melayani, namun tujuan melayani bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang murni untuk Tuhan, tapi ada pula yang karena ingin menonjol, paksaan keluarga/pacar dan berbagai alasan lain. Apa yang menjadi motivasi bisa terlihat ketika pelayanan kita mendapat gesekan baik dari sesama teman pelayanan atau mungkin mendapat penolakan dari orang yang kita layani. Jika belum apa-apa kita sudah bereaksi dengan emosional, seperti mengundurkan diri dari pelayanan, menghujat atau yang lebih ekstrim langsung pindah Gereja, itu artinya kita belum sampai pada visi yang benar dalam melayani Tuhan.
Mari kita lihat kisah ketika Simon Petrus ditanya Yesus dengan pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali. "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-17). Jika Yesus menganggap perlu untuk menanyakan hal ini sampai tiga kali, maka saya yakin pertanyaannya pastilah sangat penting. Apa yang harusnya menjadi dasar utama untuk melayani, menggembalakan domba-domba Kristus? Tidak lain dan tidak bukan adalah atas dasar mengasihi Yesus lebih dari segala sesuatu. Bukan atas mengasihi diri sendiri, demi popularitas dan berbagai motivasi-motivasi yang salah, tapi semata-mata karena kita mengasihi Kristus. Lantas bagaimana jika ada seseorang yang menjengkelkan dalam pelayanan atau mungkin dalam Gereja? Saya mengerti bahwa mungkin sulit untuk fokus melakukan sesuatu ketika ada hal yang mengganggu di dekat kita. Namun hendaklah kita bisa mengalahkan itu, karena mengasihi Yesus seharusnya berada di atas segala hal lainnya.
Yesus berkata: "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26). Kita yang berada dalam pelayanan haruslah mengikuti Yesus dimanapun Dia berada. Dan hal itu bisa jadi tidak mudah, karena seringkali kita harus menghadapi situasi-situasi bagaikan memikul salib. Dan hal itu pun sudah diingatkan Yesus sejak awal. "Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Jika kita melihat para Nabi baik di Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, kita pun akan melihat bahwa pelayanan mereka seringkali disertai berbagai permasalahan, penuh penderitaan dan berbagai gejolak yang setiap saat mampu melemahkan mereka hingga ke titik terendah. Dari Nuh, Musa hingga Paulus dan rekan-rekan sepelayanan, semua mengalami berbagai masalah yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun mereka tidak patah semangat, dan tetap tegar melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Mereka tetap tekun melayani sepenuh hati. Malah tidak sedikit yang mempertaruhkan nyawa mereka, bahkan ada yang harus menjadi martir. Tapi mereka tetap setia hingga akhir. Mengapa? Karena visi mereka jelas, yaitu menempatkan Tuhan di atas segalanya dalam apapun yang mereka lakukan. Mereka punya sikap hati yang lebih mementingkan keinginan Tuhan di atas segalanya.Kita bisa meneladani mereka. "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan." (Yakobus 5:10). Kedatangan Yesus ke dunia pun tidak lepas dari berbagai penderitaan. Tapi karena kasihNya yang luar biasa besar bagi kita, Dia menggenapkan kehendak Bapa hingga tuntas, mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. .
Perselisihan dalam pelayanan bisa terjadi kapan saja. Gesekan-gesekan akan selalu ada ketika kita berada dalam sekelompok orang yang sama setiap hari. Itu sangat wajar dan alamiah. Namun yang membedakan adalah sikap hati kita dalam menghadapi hal itu. Alangkah ironisnya jika kita menjadi sulit membedakan mana yang menjadi keinginan Tuhan dan mana yang berasal dari ego dalam diri kita. Ketika terjadi perselisihan, berusahalah secepatnya untuk berdamai dan saling memaafkan. Seperti apa yang diingatkan oleh Paulus, kita harus selalu berusaha menghindari perpecahan. "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir." (1 Korintus 1:10). Seperti halnya Tuhan selalu siap membukakan pintu pengampunanNya bagi kita, demikian pula kita harus selalu siap untuk saling memaafkan satu sama lain. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Ingatlah bahwa di atas segalanya kita melayani karena mengasihi Kristus lebih dari segalanya. Taklukkanlah hal-hal lain yang mungkin merintangi pelayanan kita dengan kasih dan saling memaafkan dan fokuslah kembali pada tujuan yang benar, sehingga nama Tuhan bisa dipermuliakan dalam setiap pelayanan kita.
Melayanilah karena mengasihi Tuhan, bukan karena hal lain
=======================
"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa."
Malam ini ingatan saya kembali pada kejadian sekian tahun yang lalu. Pada saat itu ada seorang teman saya yang baru saja mulai melayani sebagai drummer tim musik Gereja. Pada saat latihan, ternyata ia berselisih dengan salah seorang yang sudah lebih senior. Masalahnya sebenarnya sepele: orang itu mengharuskan teman saya untuk memanggil "abang", dan saya tidak tahu persis bagaimana, tapi tampaknya teman saya tersinggung dengan cara penyampaiannya yang menurut dia kasar. Yang terjadi selanjutnya, teman saya memutuskan untuk keluar dari pelayanan, dan tidak saja berhenti disitu, tapi juga memutuskan untuk pindah Gereja. Yang satu menjadi batu sandungan, yang satu lupa fokus utama dalam melayani. Kedua-duanya mengikuti emosi duniawi.
Orang boleh sama-sama melayani, namun tujuan melayani bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang murni untuk Tuhan, tapi ada pula yang karena ingin menonjol, paksaan keluarga/pacar dan berbagai alasan lain. Apa yang menjadi motivasi bisa terlihat ketika pelayanan kita mendapat gesekan baik dari sesama teman pelayanan atau mungkin mendapat penolakan dari orang yang kita layani. Jika belum apa-apa kita sudah bereaksi dengan emosional, seperti mengundurkan diri dari pelayanan, menghujat atau yang lebih ekstrim langsung pindah Gereja, itu artinya kita belum sampai pada visi yang benar dalam melayani Tuhan.
Mari kita lihat kisah ketika Simon Petrus ditanya Yesus dengan pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali. "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-17). Jika Yesus menganggap perlu untuk menanyakan hal ini sampai tiga kali, maka saya yakin pertanyaannya pastilah sangat penting. Apa yang harusnya menjadi dasar utama untuk melayani, menggembalakan domba-domba Kristus? Tidak lain dan tidak bukan adalah atas dasar mengasihi Yesus lebih dari segala sesuatu. Bukan atas mengasihi diri sendiri, demi popularitas dan berbagai motivasi-motivasi yang salah, tapi semata-mata karena kita mengasihi Kristus. Lantas bagaimana jika ada seseorang yang menjengkelkan dalam pelayanan atau mungkin dalam Gereja? Saya mengerti bahwa mungkin sulit untuk fokus melakukan sesuatu ketika ada hal yang mengganggu di dekat kita. Namun hendaklah kita bisa mengalahkan itu, karena mengasihi Yesus seharusnya berada di atas segala hal lainnya.
Yesus berkata: "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26). Kita yang berada dalam pelayanan haruslah mengikuti Yesus dimanapun Dia berada. Dan hal itu bisa jadi tidak mudah, karena seringkali kita harus menghadapi situasi-situasi bagaikan memikul salib. Dan hal itu pun sudah diingatkan Yesus sejak awal. "Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Jika kita melihat para Nabi baik di Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, kita pun akan melihat bahwa pelayanan mereka seringkali disertai berbagai permasalahan, penuh penderitaan dan berbagai gejolak yang setiap saat mampu melemahkan mereka hingga ke titik terendah. Dari Nuh, Musa hingga Paulus dan rekan-rekan sepelayanan, semua mengalami berbagai masalah yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun mereka tidak patah semangat, dan tetap tegar melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Mereka tetap tekun melayani sepenuh hati. Malah tidak sedikit yang mempertaruhkan nyawa mereka, bahkan ada yang harus menjadi martir. Tapi mereka tetap setia hingga akhir. Mengapa? Karena visi mereka jelas, yaitu menempatkan Tuhan di atas segalanya dalam apapun yang mereka lakukan. Mereka punya sikap hati yang lebih mementingkan keinginan Tuhan di atas segalanya.Kita bisa meneladani mereka. "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan." (Yakobus 5:10). Kedatangan Yesus ke dunia pun tidak lepas dari berbagai penderitaan. Tapi karena kasihNya yang luar biasa besar bagi kita, Dia menggenapkan kehendak Bapa hingga tuntas, mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. .
Perselisihan dalam pelayanan bisa terjadi kapan saja. Gesekan-gesekan akan selalu ada ketika kita berada dalam sekelompok orang yang sama setiap hari. Itu sangat wajar dan alamiah. Namun yang membedakan adalah sikap hati kita dalam menghadapi hal itu. Alangkah ironisnya jika kita menjadi sulit membedakan mana yang menjadi keinginan Tuhan dan mana yang berasal dari ego dalam diri kita. Ketika terjadi perselisihan, berusahalah secepatnya untuk berdamai dan saling memaafkan. Seperti apa yang diingatkan oleh Paulus, kita harus selalu berusaha menghindari perpecahan. "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir." (1 Korintus 1:10). Seperti halnya Tuhan selalu siap membukakan pintu pengampunanNya bagi kita, demikian pula kita harus selalu siap untuk saling memaafkan satu sama lain. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Ingatlah bahwa di atas segalanya kita melayani karena mengasihi Kristus lebih dari segalanya. Taklukkanlah hal-hal lain yang mungkin merintangi pelayanan kita dengan kasih dan saling memaafkan dan fokuslah kembali pada tujuan yang benar, sehingga nama Tuhan bisa dipermuliakan dalam setiap pelayanan kita.
Melayanilah karena mengasihi Tuhan, bukan karena hal lain
Bapa Tahu Dimana Anda Berada
Apakah anda percaya bahwa Bapa tidak hanya mengasihi anda, tetapi tahu dimana anda berada dan apa yang anda sedang lakukan setiap menit? Saya sungguh percaya setelah pengalaman yang sangat menakjubkan yang saya alami beberapa tahun yang lalu. Pada saat itu saya sedang berkendaraan di jalan bebas hambatan 1-75 dekat Dayton, Ohio, bersama dengan isteri dan anak-anak saya. Kami keluar dari jalan bebas hambatan itu di sebuah tempat peristirahatan.
Isteri saya, Barbara, dan anak-anak pergi ke restoran. Saya tiba-tiba merasa butuh meregangkan kaki-kaki saya, sehingga saya menyuruh mereka pergi duluan dan saya katakan akan menyusul mereka kemudian. Saya membeli sekaleng minuman ringan, dan ketika saya sedang berjalan ke toko Dairy Queen, perasaan mengasihani diri sendiri mulai menyelimuti pikiran saya. Saya mengasihi Tuhan, tetapi saya merasa kering dan berbeban berat. Hati saya
kosong.
Tiba-tiba deringan tak sabar dari sebuah telpon umum terdekat mengembalikan kesadaran saya. Suara dering telpon itu berasal dari kotak telpon umum di sebuah pompa bensin di sudut jalan. Apakah tidak ada orang yang akan menjawab telpon itu? Suara berisik dari lalu lintas yang ramai ini pastilah menenggelamkan deringan telpon itu karena penjaga pompa bensin terusmengurus para pengendara yang ingin mengisi bahan bakar, tak sadar akan bunyi dering telpon tanpa henti itu.
“Mengapa tidak ada orang yang menjawab telpon itu?” tanya saya. Saya mulai berpikir. "Mungkin telpon itu penting. Bagaimana kalau telpon itu merupakan panggilan darurat?” Rasa ingin tahu mulai mengatasi ketidak-pedulian saya.
Saya melangkah masuk ke telpon umum itu dan mengangkat gagang telpon. “Halo?” kata saya ringan dan menyedot minuman saya.
Dari seberang sana terdengar suara operator yang berkata, “Ini telpon interlokal untuk Pak Ken Gaub.”
Mata saya terbelalak, dan saya hampir tersedak oleh es batu yang ada di mulut saya. Setelah menelan dengan susah payah, saya katakan, “Anda gila deh!” Kemudian karena saya menyadari bahwa saya seharusnya tak berkata begitu kepada seorang operator telpon, saya menambahkan, “Ini tak mungkin! Saya sedang berjalan-jalan, tak menunggu telpon dari siapapun, dan tadi tiba-tiba telpon umum ini berdering…”
“Apakah Pak Ken Gaub ada di sana?” operator telpon itu menyela.
“Ya, ia ada di sini.” Sambil memikirkan penjelasan yang masuk akal, saya was-was apakah ada kamera tersembunyi yang melacak keberadaan saya! Apakah saya sedang dikerjai dalam sebuah acara reality show? Masih kaget dan bingung, saya bertanya, “Bagaimana caranya anda menemukan saya di sini? Saya sedang berjalan-jalan, lalu telpon umum ini berdering, dan saya mengangkat panggilan telpon ini asal-asalan saja. Mungkinkah anda salah panggil?”
“Baiklah,” operator telpon itu bertanya, “apakah Pak Gaub ada di sana atau tidak?” “Ya, saya adalah Ken Gaub,” kata saya, setelah saya akhirnya yakin bahwa panggilan telpon ini sungguhan. Kemudian saya mendengar suara lain berkata, “Ya, itulah dia orangnya, operator. Itulah Ken Gaub.”
Saya mendengarkan seperti orang kebingungan pada suatu suara yang mengenalkan dirinya sendiri, “Saya adalah Millie dari Harrisburg, Pennsylvania. Anda tidak mengenal saya, Pak Gaub, tetapi saya sedang putus asa. Tolonglah saya.”
“Apa yang saya dapat bantu?”
Ia mulai menangis. Akhirnya ia dapat mengendalikan dirinya dan melanjutkan.
“Saya hampir saja bunuh diri, dan telah menulis surat terakhir saya, ketika saya mulai berdoa dan berkata kepada Tuhan bahwa saya sebenarnya tidak mau bunuh diri. Kemudian tiba-tiba saya ingat bahwa saya pernah melihat anda di televisi dan saya pikir seandainya saja saya dapat berbicara dengan anda, anda mungkin dapat menolong saya. Saya tahu bahwa hal itu mustahil karena saya tidak tahu bagaimana saya dapat menghubungi anda. Saya juga tidak tahu siapa yang dapat menolong saya untuk menghubungi anda. Kemudian beberapa angka datang ke pikiran saya, dan saya menuliskannya. Sampai titik ini wanita itu mulai menangis lagi, dan saya berdoa di dalam hati memohon hikmat Tuhan untuk menolongnya. Ia melanjutkan, “Saya melihat deretan angka itu dan berpikir, ‘Mungkinkah saya mendapat mukjizat dari Tuhan, dan Ia memberikan telpon Pak Ken’ Saya akhirnya memutuskan untuk mencoba menelpon anda dengan menggunakan deretan angka itu. Saya tak habis mengerti bahwa sekarang saya sedang berbicara dengan Bapak. Apakah anda mempunyai kantor di Kalifornia?”
Saya menjawab, “Bu, saya tidak punya kantor di Kalifornia. Kantor saya di Yakima, Washington.”
Dengan terkejut dia bertanya, “Oh, ya? Lalu anda sekarang ada dimana?”
“Apakah anda tidak tahu?” jawab saya. “Kan anda yang menelpon saya duluan.”
Wanita itu menjelaskan, “Tetapi saya bahkan tidak tahu saya sedang menelpon kemana. Saya hanya meminta operator untuk menekan tombol telpon sesuai dengan deretan angka yang saya tulis di kertas ini.”
“Bu, mungkin anda tidak percaya, tetapi saya sekarang sedang berada di sebuah telpon umum di Dayton, Ohio!”
“Sungguh?” serunya. “Jadi, sedang apa anda sekarang?”
Saya menggodanya, “Yah, sekarang saya sedang menelpon anda. Saya sedang berada di sebuah tempat peristirahatan di jalan bebas hambatan menuju Dayton, Ohio. Telpon ini berdering ketika saya sedang berjalan-jalan, sehingga saya mengangkatnya.”
Karena saya tahu bahwa pertemuan ini mustahil terjadi tanpa pengaturan Tuhan, saya mulai mengonseling wanita itu. Setelah wanita itu menceritakan keputus-asaannya dan frustrasinya, hadirat Roh Kudus membanjiri kotak telpon umum itu dan memberi saya perkataan hikmat di luar kemampuan saya. Dalam waktu beberapa saat, akhirnya wanita itu mau menyerahkan dirinya kepada Tuhan dalam sebuah doa pertobatan dan bertemu dengan Pribadi yang akan
menuntunnya keluar dari situasinya yang buruk dan memulai hidup baru.
Saya berjalan keluar dari kotak telpon umum itu dengan perasaan merinding tentang kepedulian Bapa Sorgawi terhadap setiap anak-anak-Nya. Bagaimana mungkin hal ini merupakan suatu peristiwa kebetulan? Dengan semua telpon umum yang berjumlah jutaan dan kombinasi angka yang tak terhitung, hanya Bapa yang Mahatahu yang dapat menyebabkan wanita itu menghubungi kotak telpon umum itu dalam waktu yang tepat. Dengan melupakan minuman ringan saya dan sangat takjub dengan pengalaman ini, saya berjalan kembali menuju keluarga saya, sambil mengira-ngira apakah isteri saya akan mempercayai kisah saya. Mungkin saya sebaiknya tidak menceritakan hal ini, saya pikir, tetapi saya tak dapat menahannya. “Barbara, kamu pasti tidak percaya! Tuhan tahu dimana saya berada lho!”
Yeremia 33:3 *“Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akanmemberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.”*
[Ken Gaub- Yakima, Washington -- email from Keith Todd. Naskah bahasa
Inggeris dikirim oleh Ibu Suharti, diterjemahkan oleh Hadi Kristadi
Isteri saya, Barbara, dan anak-anak pergi ke restoran. Saya tiba-tiba merasa butuh meregangkan kaki-kaki saya, sehingga saya menyuruh mereka pergi duluan dan saya katakan akan menyusul mereka kemudian. Saya membeli sekaleng minuman ringan, dan ketika saya sedang berjalan ke toko Dairy Queen, perasaan mengasihani diri sendiri mulai menyelimuti pikiran saya. Saya mengasihi Tuhan, tetapi saya merasa kering dan berbeban berat. Hati saya
kosong.
Tiba-tiba deringan tak sabar dari sebuah telpon umum terdekat mengembalikan kesadaran saya. Suara dering telpon itu berasal dari kotak telpon umum di sebuah pompa bensin di sudut jalan. Apakah tidak ada orang yang akan menjawab telpon itu? Suara berisik dari lalu lintas yang ramai ini pastilah menenggelamkan deringan telpon itu karena penjaga pompa bensin terusmengurus para pengendara yang ingin mengisi bahan bakar, tak sadar akan bunyi dering telpon tanpa henti itu.
“Mengapa tidak ada orang yang menjawab telpon itu?” tanya saya. Saya mulai berpikir. "Mungkin telpon itu penting. Bagaimana kalau telpon itu merupakan panggilan darurat?” Rasa ingin tahu mulai mengatasi ketidak-pedulian saya.
Saya melangkah masuk ke telpon umum itu dan mengangkat gagang telpon. “Halo?” kata saya ringan dan menyedot minuman saya.
Dari seberang sana terdengar suara operator yang berkata, “Ini telpon interlokal untuk Pak Ken Gaub.”
Mata saya terbelalak, dan saya hampir tersedak oleh es batu yang ada di mulut saya. Setelah menelan dengan susah payah, saya katakan, “Anda gila deh!” Kemudian karena saya menyadari bahwa saya seharusnya tak berkata begitu kepada seorang operator telpon, saya menambahkan, “Ini tak mungkin! Saya sedang berjalan-jalan, tak menunggu telpon dari siapapun, dan tadi tiba-tiba telpon umum ini berdering…”
“Apakah Pak Ken Gaub ada di sana?” operator telpon itu menyela.
“Ya, ia ada di sini.” Sambil memikirkan penjelasan yang masuk akal, saya was-was apakah ada kamera tersembunyi yang melacak keberadaan saya! Apakah saya sedang dikerjai dalam sebuah acara reality show? Masih kaget dan bingung, saya bertanya, “Bagaimana caranya anda menemukan saya di sini? Saya sedang berjalan-jalan, lalu telpon umum ini berdering, dan saya mengangkat panggilan telpon ini asal-asalan saja. Mungkinkah anda salah panggil?”
“Baiklah,” operator telpon itu bertanya, “apakah Pak Gaub ada di sana atau tidak?” “Ya, saya adalah Ken Gaub,” kata saya, setelah saya akhirnya yakin bahwa panggilan telpon ini sungguhan. Kemudian saya mendengar suara lain berkata, “Ya, itulah dia orangnya, operator. Itulah Ken Gaub.”
Saya mendengarkan seperti orang kebingungan pada suatu suara yang mengenalkan dirinya sendiri, “Saya adalah Millie dari Harrisburg, Pennsylvania. Anda tidak mengenal saya, Pak Gaub, tetapi saya sedang putus asa. Tolonglah saya.”
“Apa yang saya dapat bantu?”
Ia mulai menangis. Akhirnya ia dapat mengendalikan dirinya dan melanjutkan.
“Saya hampir saja bunuh diri, dan telah menulis surat terakhir saya, ketika saya mulai berdoa dan berkata kepada Tuhan bahwa saya sebenarnya tidak mau bunuh diri. Kemudian tiba-tiba saya ingat bahwa saya pernah melihat anda di televisi dan saya pikir seandainya saja saya dapat berbicara dengan anda, anda mungkin dapat menolong saya. Saya tahu bahwa hal itu mustahil karena saya tidak tahu bagaimana saya dapat menghubungi anda. Saya juga tidak tahu siapa yang dapat menolong saya untuk menghubungi anda. Kemudian beberapa angka datang ke pikiran saya, dan saya menuliskannya. Sampai titik ini wanita itu mulai menangis lagi, dan saya berdoa di dalam hati memohon hikmat Tuhan untuk menolongnya. Ia melanjutkan, “Saya melihat deretan angka itu dan berpikir, ‘Mungkinkah saya mendapat mukjizat dari Tuhan, dan Ia memberikan telpon Pak Ken’ Saya akhirnya memutuskan untuk mencoba menelpon anda dengan menggunakan deretan angka itu. Saya tak habis mengerti bahwa sekarang saya sedang berbicara dengan Bapak. Apakah anda mempunyai kantor di Kalifornia?”
Saya menjawab, “Bu, saya tidak punya kantor di Kalifornia. Kantor saya di Yakima, Washington.”
Dengan terkejut dia bertanya, “Oh, ya? Lalu anda sekarang ada dimana?”
“Apakah anda tidak tahu?” jawab saya. “Kan anda yang menelpon saya duluan.”
Wanita itu menjelaskan, “Tetapi saya bahkan tidak tahu saya sedang menelpon kemana. Saya hanya meminta operator untuk menekan tombol telpon sesuai dengan deretan angka yang saya tulis di kertas ini.”
“Bu, mungkin anda tidak percaya, tetapi saya sekarang sedang berada di sebuah telpon umum di Dayton, Ohio!”
“Sungguh?” serunya. “Jadi, sedang apa anda sekarang?”
Saya menggodanya, “Yah, sekarang saya sedang menelpon anda. Saya sedang berada di sebuah tempat peristirahatan di jalan bebas hambatan menuju Dayton, Ohio. Telpon ini berdering ketika saya sedang berjalan-jalan, sehingga saya mengangkatnya.”
Karena saya tahu bahwa pertemuan ini mustahil terjadi tanpa pengaturan Tuhan, saya mulai mengonseling wanita itu. Setelah wanita itu menceritakan keputus-asaannya dan frustrasinya, hadirat Roh Kudus membanjiri kotak telpon umum itu dan memberi saya perkataan hikmat di luar kemampuan saya. Dalam waktu beberapa saat, akhirnya wanita itu mau menyerahkan dirinya kepada Tuhan dalam sebuah doa pertobatan dan bertemu dengan Pribadi yang akan
menuntunnya keluar dari situasinya yang buruk dan memulai hidup baru.
Saya berjalan keluar dari kotak telpon umum itu dengan perasaan merinding tentang kepedulian Bapa Sorgawi terhadap setiap anak-anak-Nya. Bagaimana mungkin hal ini merupakan suatu peristiwa kebetulan? Dengan semua telpon umum yang berjumlah jutaan dan kombinasi angka yang tak terhitung, hanya Bapa yang Mahatahu yang dapat menyebabkan wanita itu menghubungi kotak telpon umum itu dalam waktu yang tepat. Dengan melupakan minuman ringan saya dan sangat takjub dengan pengalaman ini, saya berjalan kembali menuju keluarga saya, sambil mengira-ngira apakah isteri saya akan mempercayai kisah saya. Mungkin saya sebaiknya tidak menceritakan hal ini, saya pikir, tetapi saya tak dapat menahannya. “Barbara, kamu pasti tidak percaya! Tuhan tahu dimana saya berada lho!”
Yeremia 33:3 *“Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akanmemberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.”*
[Ken Gaub- Yakima, Washington -- email from Keith Todd. Naskah bahasa
Inggeris dikirim oleh Ibu Suharti, diterjemahkan oleh Hadi Kristadi
Label:
Kasih Bapa,
Kesaksian,
Mujizat
Langganan:
Postingan (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2009
(1366)
-
▼
Maret
(98)
- Learn To Fly
- Learn To Fly
- MELEPASKAN UNTUK MENDAPATKAN
- Terbang Lebih Tinggi
- Terbang Lebih Tinggi
- Can I be Successful Without God?
- Hari ini indah, namun...
- Kondom dan Kesetiaan
- Bertolak Lebih Dalam
- Bertolak Lebih Dalam
- Berani Melangkah
- Berani Melangkah
- Less is More, Little is Much, Small is Beautiful
- Less is More, Little is Much, Small is Beautiful
- Ikatan Perjanjian
- Ikatan Perjanjian
- Gesekan Dalam Pelayanan
- Gesekan Dalam Pelayanan
- Bapa Tahu Dimana Anda Berada
- Mengajarkan Firman Tuhan Pada Anak
- Mengajarkan Firman Tuhan Pada Anak
- Bersyukurlah Atas Pintu-Pintu yang Tertutup
- Humor : Emansipasi Pria: Antara Aku, Tuhanku, Dan ...
- Anak Kecil pun Butuh Yesus
- Anak Kecil pun Butuh Yesus
- BESARNYA PENGHARGAAN
- Ular dan Belas Kasih
- Susah Air
- Susah Air
- Mengurai Benang Kusut
- Mengurai Benang Kusut
- Lurus Di Antara Yang Bengkok
- Lurus Di Antara Yang Bengkok
- Menguji Kemurnian Emas
- Menguji Kemurnian Emas
- The Six Pillars of Character
- SERIBU BANDING SATU
- Seperti Bapa Sayang Anaknya
- Seperti Bapa Sayang Anaknya
- Aku Sangat Mengenalmu
- Bunga Untuk Mama
- Kisah Sukses: Mark Zuckerberg pendiri Facebook
- 7 Pola makan yang buruk
- Agar Pohon Berbuah Lebat
- Agar Pohon Berbuah Lebat
- 7 Hadiah Yang Terbaik
- Seperti Bejana Dibentuk
- Seperti Bejana Dibentuk
- Survival for The Fittes dan Pengampunan
- Hukuman Demi Kebaikan
- Hukuman Demi Kebaikan
- Kasihilah Ibu mu sebelum....
- Iman Abraham
- Iman Abraham
- Hukum Truk Sampah!
- Iman Nuh
- Iman Nuh
- Tiga Tipe Manusia
- Tiga Tipe Manusia
- Kuasa Doa dan Puji-Pujian
- Kuasa Doa dan Puji-Pujian
- Membawa Mimpi Tuhan Jadi Realita
- Siapa Yang Buta?
- Siapa Yang Buta?
- Air Hidup - MENGAPA HARUS TAKUT?
- Motivasi Sejati Melayani
- Motivasi Sejati Melayani
- The poor has so much more than the rich...
- Layang-Layang
- Sebelum Kita...............
- Membicarakan Dosa Orang Lain
- Membicarakan Dosa Orang Lain
- KHAWATIR
- Allah Menyediakan
- Penyertaan Tuhan Adalah Kunci Keberhasilan
- Penyertaan Tuhan Adalah Kunci Keberhasilan
- Manipulasi Citra
- Manipulasi Citra
- Kekuatan Kata-Kata
- Rancangan Yang Indah
- Ketekunan Yang Mengagumkan
- Malaikat di Dalam Mikrolet
- Membangun dan Mengisi Kehidupan
- Membangun dan Mengisi Kehidupan
- Yes, I Do
- Yes, I Do
- Jangan Frustrasi dan Menyerah!
- Jangan Frustrasi dan Menyerah!
- Pernahkah Kamu Merasa Bosan?
- KESEMPATAN MEMBENTUK PRIBADI ORANG
- Pertobatan Raja pembohong
- Tidak Menjadi Kuda dan Bagal
- Kemampuan dan Karakter
- Kemampuan dan Karakter
- Digendong oleh sahabat
- There's Season For Everything
- There's Season For Everything
- Satu yang Pantas Anda Sentuh
-
▼
Maret
(98)