Kamis, 09 Oktober 2008

Berjalan dan Berhenti

Seorang penyanyi terkenal. Suatu saat ketika didatangi dan diayu-ayukan oleh para pengagumnya, berkata dengan nada pahit; Ketika aku masih muda, saya berusaha keras mendaki puncak karierku. Saat itu aku seperti layaknya seekor kuda yang sedang menempuh jalur perlombaan; tak ada sesuatu yang lain yang mampu menarik perhatiannya kecuali garis finish.

Melihatku yang sedemikian sibuk, nenekku memberikan nasihat; “Anakku, jangan berjalan terlalu cepat. Karena sepanjang jalanmu ada banyak pemandangan menarik.”

Namun aku tak pernah mendengarkan kata-katanya. Dalam hatiku aku berpikir, bila seseorang telah melihat secara jelas arah perjalanannya, mengapa harus menyia-nyiakan waktu untuk sekedar berhenti sejenak? Dengan pikiran yang demikian, aku terus berlari ke depan. Tahun silih berganti dan saya memperoleh kedudukan, nama serta harta yang aku idam-idamkan sejak lama. Aku juga memiliki sebuah keluarga yang amat saya cintai. Namun aku tak pernah merasa bahagia. Aku heran dan terus bertanya, di manakah letak kesalahannya sehingga aku tak bahagia?

Setelah diam cukup lama, penyanyi itu melanjutkan, Suatu saat, kelompok musik kami ikut pentasan di luar daerah. Akulah penyanyi utamanya. Setelah selesai pentasan, semua yang hadir bertepuk tangan bersorak-sorai tanpa henti. Pentasan saat itu sangatlah berhasil. Namun saat orang sedang bersorak-sorai itulah aku dilanda kesedihan mendalam. Seseorang memberikan telegram kepadaku yang dikirim oleh isteriku. Anak kami yang keempat baru saja dilahirkan. Setiap kali anak-anakku dilahirkan saya selalu berada jauh dari isteriku, cuma dialah yang harus menanggung beban penderitaan seorang diri. Aku tidak pernah melihat bagaimana anak-anakku mulai membuat langkah pertama, belum pernah mendengar bagaimana mereka tertawa atau menangis. Aku hanya mendengar semuanya itu dari cerita ibunya. Kata-kata nenekku kini terngiang lagi di telingaku.... Sungguh, aku telah kehilangan banyak teman, sudah lama aku tak pernah menyentuh buku-buku, dan serasa hampir seabad aku tak pernah menikmati indahnya bunga yang sedang mekar di taman atau hijaunya pohon-pohon serta merdunya kicau burung. Aku terlampau sibuk!!!!!

===========

Seorang bijak berkata; “Kita tak dapat hidup hanya dengan berpikir tanpa bekerja. Namun hidup ini menjadi amat tak berarti bila kita bekerja seperti sebuah mesin yang bergerak tanpa henti.” Kita butuh waktu luang untuk menilai kembali masa silam, serta menentukan arah masa depan yang baru.

Ketika berjalan, kita mengarah ke suatu tujuan tertentu. Ketika berhenti kita memupuk tenaga baru untuk memulai perjanan baru.


------
Tarsis Sigho
sighotarsi@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari