Judul: Aturan Sabat
Sikap Yesus dan murid-murid-Nya yang kontroversial membuat para pemimpin agama mencari-cari titik lemah Yesus yang memungkinkan mereka menggugat Dia atas pelanggaran yang Dia lakukan.
Ketika ada orang yang tangannya lumpuh sebelah di rumah ibadat, bukan belas kasihan yang ada dalam benak orang-orang Farisi (1-2). Mereka malah mengamat-amati Yesus, untuk melihat apakah Yesus akan melanggar Sabat dengan menyembuhkan orang itu.
Mengapa orang dilarang menyembuhkan pada hari Sabat? Aturan yang dibuat oleh para pemimpin agama menyebutkan bahwa menyembuhkan termasuk dalam kategori bekerja, sementara bekerja dilarang pada hari Sabat. Penyembuhan hanya boleh dilakukan jika orang sedang sekarat. Maka menurut orang Farisi, orang yang tangannya lumpuh sebelah tidak perlu disembuhkan pada hari Sabat. Toh dia sudah hidup bertahun-tahun lamanya di dalam kelumpuhan itu. Namun Yesus membukakan bahwa tradisi legalistik telah menghancurkan pikiran dan rasa kemanusiaan mereka (4). Bagaimana mungkin orang tega membiarkan orang lain tetap sakit, padahal di situ ada Orang yang dapat menyembuhkan? Dan sikap tega itu dipelihara hanya karena lebih mengutamakan tradisi! Tentu saja sikap ini mengundang amarah Yesus (5). Orang-orang Farisi itu begitu degil. Malah kemudian mereka berkoalisi dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Yesus! Padahal orang Herodian adalah musuh orang Farisi. Tentu koalisi ini tidak akan lahir bila tujuannya adalah untuk menolong orang. Namun untuk membunuh Yesus, orang Farisi rela berkompromi.
Di sini kita melihat bahwa penekanan yang berlebihan pada hukum dan tradisi bisa menghancurkan kasih dan kepedulian pada sesama. Prioritas pada pelaksanaan hukum secara kaku dapat menggerus kasih dan peri kemanusiaan. Mari kita lihat ulang berbagai peraturan yang ada dalam gereja kita, adakah semua itu membuat orang merasa dipedulikan atau justru membuat orang merasa takut untuk masuk ke dalam?
Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/01/14/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar