Ayat bacaan: Matius 19:5-6a
=======================
"Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu."
2 Become 1 yang dulu sempat populer dinyanyikan oleh group pop fenomenal asal Inggris Spice Girls terdengar dari radio yang saya putar. Kata two become one, dari dua menjadi satu merupakan apa yang akan terjadi pada kita ketika kita mengakhiri masa lajang dan memasuki kehidupan berumah tangga bersama pasangan yang kita cintai. Meski saling mencintai, seringkali kehidupan berumah tangga tidak serta merta berjalan mudah. Dua orang dengan dua latar belakang, dua sifat, dua tingkah laku, dua pola pemikiran dan sebagainya seringkali membuat adanya pertentangan dalam pengambilan keputusan. Semirip-miripnya sifat dari pasangan suami istri, tentu ada saja perbedaan di antara keduanya dan apabila ini tidak disikapi dengan baik, maka perselisihan atau pertengkaran pun bisa menjadi akibatnya. Ada pula yang tidak melawan tapi di dalam merasa tertekan. Sebaliknya ada yang memberontak sehingga pertengkaran besar pun terjadi, padahal yang jadi permasalahan tidaklah parah benar.
Menyadari akan hal ini, sejak semula ketika saya menikah saya terus membicarakan banyak hal bersama istri. Kami mencoba terus mencari kesepakatan dalam menjalani hidup bukan sebagai dua, melainkan sebagai satu. Saya menekankan kerjasama satu tim yang kuat, solid, erat dan terpadu untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ada atau mungkin ada kelak. Masalah seperti apapun kami hadapi bersama-sama, seiring dan sejalan. Keterbukaan dan keterusterangan sangatlah membantu. Komunikasi merupakan hal mutlak yang tidak bisa tidak. Frekuensi perselisihan pun terbukti berkurang secara drastis. Baik masalah kecil maupun besar, kami percaya ada Tuhan bertahta di atas segalanya. Biarlah semua berjalan seijin Tuhan. Berdoa, berdoa dan berdoa, untuk mencari jalan yang terbaik sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Berdiskusi lalu bersepakat dalam mengambil setiap keputusan. Walaupun terkadang keputusan secara pribadi berbeda, namun titik temu pasti selalu ada. Itulah yang kami pilih untuk dijadikan dasar dalam memutuskan sesuatu.
Bersepakat dalam segala hal antara suami dan istri atau kalau perlu melibatkan anak dan anggota keluarga lainnya akan menghasilkan sebuah keluarga dengan ikatan kuat dan harmonis. Hari-hari ini tidak jarang kita melihat suami dan istri berjalan terpisah. Suami ke kiri, istri ke kanan. Istri yang tidak mendukung suami, tidak berada di sisi suaminya ketika sang suami sedang mendapat masalah. Atau sebaliknya suami yang tidak peduli kebutuhan istrinya, menganggap istrinya tidak tahu apa-apa, memutuskan segalanya sendiri. Kesibukan yang menyita waktu membuat mesbah keluarga berantakan dan terabaikan. Semua berjalan sendiri-sendiri, dan ini bisa membahayakan kelanggengan keharmonisan keluarga. Dengarlah apa kata Yesus: "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20). Itulah kuasa yang bisa ditimbulkan dari kesepakatan dan kebersamaan. Dua atau tiga orang berkumpul, Yesus hadir, dan kesepakatan untuk meminta dalam nama Yesus akan membuat permintaan dikabulkan. Tidakkah kesepakatan itu penting jika demikian? Ini janji Tuhan. Alangkah sayangnya jika dalam sebuah rumah tangga tidak lagi ada kesepakatan, dan itu seringkali menjadi awal dari kehancuran.
Kesepakatan bisa diibaratkan sebagai sebuah teamwork atau kerjasama tim yang harmonis, saling dukung, saling bantu, saling dukung. Sebuah kesepakatan dengan dasar kasih dalam keluarga akan membawa campur tangan Tuhan ada di dalamnya, tentu saja apabila kita mau melibatkan Tuhan dan mengambil keputusan-keputusan yang tidak bertentangan dengan hukumNya. Dalam pengambilan keputusan, atau doa-doa permohonan, adakah Tuhan tetap berbicara pada kita? Ya, ada Roh Kudus yang selalu mengingatkan dan membimbing kita. Namun seringkali kita mengabaikan peringatan Roh Kudus dalam mengambil keputusan, dan cenderung lebih memikirkan kepentingan diri kita sendiri. Kita seringkali tidak melibatkan pasangan kita, apalagi Roh Kudus. Ini jelas bukan teamwork yang baik. Kerjasama tim yang baik seharusnya melibatkan Tuhan, dimana kita sekeluarga mengikuti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Roh-roh perpecahan akan terus berusaha memecah belah kita, namun sebuah kesepakatan dan kerja sama tim yang kuat dalam Tuhan akan membuat kita tidak gampang diporak-porandakan iblis. Ingatlah ada Yesus ditengah-tengah kita ketika kita bersepakat bersama-sama dalam keluarga. Bukankah hal ini sungguh indah? Ikatan suami istri adalah ikatan kuat yang dimateraikan langsung oleh Tuhan sendiri. Yesus mengatakan "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu." (Matius 19:5-6a). Suami istri secara fisik memang terdiri atas sepasang orang, tapi ikatan pernikahan yang dimateraikan Tuhan secara langsung membuat mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Bukan hanya dalam satu dua hal, namun dalam segala hal, termasuk dalam memutuskan sesuatu dan bersepakat dalam mengambil keputusan. Contoh yang paling kecil saja sudah saya buktikan sendiri: betapa damai dan sejuknya keluarga ketika suami dan istri selalu ada dalam kesepakatan bersama. Ketika suami melibatkan istri, ketika istri mengambil bagian dalam keputusan-keputusan rumah tangga. Untuk yang sudah punya anak pun, mereka perlu diajak untuk bersepakat bersama-sama. Bangunlah mesbah keluarga yang kokoh sejak dini. Tanamkan keteladanan kepada anak-anak anda, saling mengasihilah, dan bersepakatlah dalam segala hal. Build a strong teamwork, unite with your family, and God will definately be there among you.
Kesepakatan antar anggota keluarga dengan melibatkan Tuhan adalah jalan yang terbaik
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2011
(1879)
-
▼
Desember
(143)
- 1 Jan 2012
- 1 Jan 2012
- RS: Starting New Year
- Bintang sebagai Tanda Penyertaan Allah
- RS: Ending This Year
- Bersukacita Menyambut Tahun Baru
- Finally, Year End
- 31 des
- 31 des
- RS: Hukum Tabur Tuai
- Dari Mulut Yang Sama
- 30 des
- 30 des
- RS: Dilarang Goblok Lagi
- Tahun Baru, Visi Baru
- Tenggat Waktu
- Tetapi Tuhan...
- 29 des
- 29 des
- 28 des
- 28 des
- JANGAN TEMPATKAN YESUS PADA PALUNGAN YANG KE DUA
- Kepatuhan (2)
- Sampai Di Sini...
- Bayi Yesus Membawa Rekonsiliasi
- Kepatuhan (1)
- 27 des
- 27 des
- 26 Des
- 26 Des
- Palungan
- Menolong Orang Miskin
- Hari Raya Natal
- Hari Raya Natal
- Saya Adalah Sebuah Hadiah
- Mencari Alasan
- 24 des
- 24 des
- 23 Des
- 23 Des
- Kita Adalah Tamu Di Dunia
- Pertanyaan
- Momen
- Pintu Kerendahan Hati
- Lepas Dari Dosa
- 22 Des
- 22 Des
- Hadiah Buat Yesus
- Karunia Kasih
- 21 Des
- 20 Des
- 20 Des
- 21 Des
- Berikan Kasih di Hari Natal
- Sukacita Natal yang Sejati
- RS: Berencana dalam Doa
- Merdeka secara Spiritual
- Bagaimana Membuat Sebuah Hubungan Menjadi Lebih Ba...
- Tanggung Jawab Sebagai Orang Tua
- 19 Des
- 19 Des
- Minggu Adven IV
- 17 Des
- 17 Des
- Minggu Adven IV
- Marah-Marah
- Natal Yang Indah
- Tamak
- Hikmat 008
- RS: Vision need Action
- Indah namun Mematikan
- Hidup Sederhana
- 16 Des
- 16 Des
- Menantikan Natal
- Menemui Raja di TahtaNya
- 15 Des
- 15 Des
- RS: Menyadari Berkat Allah
- 14 Des
- 14 Des
- Kepahitan...
- Kasih Karunia (2)
- Kasih Karunia (1)
- Kebaikan Yang Tak Terlihat
- 13 Des
- 13 Des
- RS: Menabur dengan Iman
- 12 Des
- 12 Des
- Menjadi Buah Bernilai Tinggi
- Buah Masam
- Buah Masam
- Minggu Adven III
- Minggu Adven III
- Penghalang Mata
- Penghalang Mata
- So don't quit !
- 10 Des
- 10 Des
-
▼
Desember
(143)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar