Bacaan: Lukas 1:26-38, Matius 1:18-25
Sepasang kekasih tentu saling mengasihi satu sama lain. Demikian pula Yusuf dan Maria. Mereka berdua tidak seperti pasangan alay zaman sekarang yang dengan mudahnya bisa memberikan ancaman ‘putus’ untuk sang pacar. Yusuf dan Maria memiliki tujuan yang jelas dalam berpacaran: untuk menikah. Hubungan mereka tidak main-main padahal usia mereka relatif sangat muda. Ada dugaan bahwa Maria berusia sekitar belasan tahun ketika Allah memakai kandungannya untuk inkarnasi Yesus Kristus. Usia Yusuf bisa jadi tidak jauh berbeda. Dalam usia yang sedemikian muda, mereka telah membangun hubungan pacaran yang serius dan pasti sehat serta kudus sehingga Tuhan berkenan memilih pasangan muda ini menjadi orang tua Yesus Kristus.
Saat itu Yusuf dan Maria sudah bertunangan. Kita tahu bahwa pertunangan merupakan langkah yang jauh lebih serius lagi. Mereka pasti sudah saling percaya satu sama lain. Berita kehamilan Maria tentu membuat Yusuf sakit hati. Yusuf selama ini berusaha menjaga kemurnian Maria, namun apa yang terjadi? Maria tahu-tahu sudah hamil dan dengan berani ia katakan bahwa dirinya mengandung daripada Roh Kudus! Namun bacaan Alkitab kita menyatakan bahwa Yusuf bermaksud menceraikan Maria diam-diam sebab dia adalah orang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama Maria di muka umum.
Yusuf tidak pernah menyangka gadis yang dicintainya bisa mengkhianati dia sampai hamil! Selain itu tampaknya Maria tetap ngotot bahwa dia tidak pernah berhubungan sex dengan siapapun juga. Tidak masuk akal bagi Yusuf! Ia berhak marah dan menuntut. Namun coba perhatikan sikap Yusuf! Ia sudah pasti sakit hati namun tetap berusaha menjaga perasaan Maria. Hatinya tulus dan bersedia untuk mengampuni sekalipun berat baginya untuk tetap bertunangan dengan Maria.
Bagi Maria, tentu sulit baginya untuk menerima kenyataan ‘diputusin’ oleh Yusuf sekalipun hal tersebut dilakukan secara diam-diam. Diputusin karena dikira hamil sama orang lain, padahal dia sedang menyerahkan kandungannya untuk dipakai Tuhan! Betapa menyedihkannya. Tak seorangpun yang mungkin mau mengerti selain daripada Elisabeth dan Zacharia. Orang-orang lain, bahkan Yusuf kekasihnya, meninggalkan dia.
Di balik kisah Natal yang indah, sesungguhnya terdapat hubungan yang sempat retak antara Yusuf dan Maria. Puji Tuhan, kelahiran Bayi Yesus justru bertujuan untuk membawa rekonsiliasi. Perdamaian yang dibawa-Nya bukan hanya untuk mendamaikan Allah dan manusia, melainkan juga manusia dan sesamanya. Coba pikirkan, bagaimana menurutmu perasaan Yusuf saat malaikat menjumpai dia dan menyatakan kepadanya bahwa bayi yang dikandung Maria benar-benar berasal dari Roh Kudus?
Sebagai pria yang takut akan Tuhan, pastilah hati Yusuf dipenuhi sukacita yang melimpah! Pertama, Tuhan memilihnya menjadi ayah dari bayi Yesus yang adalah Juruselamat dunia. Kedua, Yusuf tahu bahwa Maria tidak mengkhianati dia. Ketiga, Yusuf sepertinya tidak salah pilih calon istri. Hehehe…. Terbukti memang Maria adalah perempuan yang berkenan di hadapan Tuhan! Keempat, akhirnya bisa rujuk kembali sama calon istri sekalian menikah dan honeymoon as soon as possible.
Maria tidak kalah bersukacita! Tuhan telah memulihkan hubungannya dengan Yusuf. Yusuf dengan berhati-hati telah melindungi Maria dan bayinya (Lukas 2:13-15). Siapa yang tidak terharu jika menjadi Maria? Tadinya dia sudah berpikir Yusuf pasti meninggalkannya . Tadinya dia kira Yusuf mungkin akan membencinya. Namun oleh karena kasih setia Tuhan, Yusuf kini bisa dibilang jauh lebih mengasihi Maria dibandingkan sebelumnya.
Sama seperti Yusuf dan Maria, biarkan bayi Yesus lahir di dalam hubungan-hubunganmu yang retak. Biarkan bayi Yesus lahir dan memulihkan hubungan antara kamu dan orang tuamu, antara kamu dan saudara-saudaramu, antara kamu dan teman-temanmu bahkan musuh-musuhmu. Ia memang lahir untuk membawa rekonsiliasi. Berikan hati yang tulus seperti Yusuf dan biarkan Tuhan mengadakan rekonsiliasi dalam hidupmu. Siapkah kamu menerima hubungan-hubungan yang dipulihkan di dalam Tuhan?
Demikian Renungan Harian Kristen kali ini, Sharing kerinduanmu akan hubungan yang dipulihkan dan mintalah saudara/i seiman untuk mendukungmu di dalam doa. Kiranya bayi Yesus membawa rekonsiliasi dalam hubunganmu dengan sesama! Tuhan memberkati!
_______________________________
Dikirim oleh : Novi Kurniadi
Novikurniadi****@******.com
Sepasang kekasih tentu saling mengasihi satu sama lain. Demikian pula Yusuf dan Maria. Mereka berdua tidak seperti pasangan alay zaman sekarang yang dengan mudahnya bisa memberikan ancaman ‘putus’ untuk sang pacar. Yusuf dan Maria memiliki tujuan yang jelas dalam berpacaran: untuk menikah. Hubungan mereka tidak main-main padahal usia mereka relatif sangat muda. Ada dugaan bahwa Maria berusia sekitar belasan tahun ketika Allah memakai kandungannya untuk inkarnasi Yesus Kristus. Usia Yusuf bisa jadi tidak jauh berbeda. Dalam usia yang sedemikian muda, mereka telah membangun hubungan pacaran yang serius dan pasti sehat serta kudus sehingga Tuhan berkenan memilih pasangan muda ini menjadi orang tua Yesus Kristus.
Saat itu Yusuf dan Maria sudah bertunangan. Kita tahu bahwa pertunangan merupakan langkah yang jauh lebih serius lagi. Mereka pasti sudah saling percaya satu sama lain. Berita kehamilan Maria tentu membuat Yusuf sakit hati. Yusuf selama ini berusaha menjaga kemurnian Maria, namun apa yang terjadi? Maria tahu-tahu sudah hamil dan dengan berani ia katakan bahwa dirinya mengandung daripada Roh Kudus! Namun bacaan Alkitab kita menyatakan bahwa Yusuf bermaksud menceraikan Maria diam-diam sebab dia adalah orang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama Maria di muka umum.
Yusuf tidak pernah menyangka gadis yang dicintainya bisa mengkhianati dia sampai hamil! Selain itu tampaknya Maria tetap ngotot bahwa dia tidak pernah berhubungan sex dengan siapapun juga. Tidak masuk akal bagi Yusuf! Ia berhak marah dan menuntut. Namun coba perhatikan sikap Yusuf! Ia sudah pasti sakit hati namun tetap berusaha menjaga perasaan Maria. Hatinya tulus dan bersedia untuk mengampuni sekalipun berat baginya untuk tetap bertunangan dengan Maria.
Bagi Maria, tentu sulit baginya untuk menerima kenyataan ‘diputusin’ oleh Yusuf sekalipun hal tersebut dilakukan secara diam-diam. Diputusin karena dikira hamil sama orang lain, padahal dia sedang menyerahkan kandungannya untuk dipakai Tuhan! Betapa menyedihkannya. Tak seorangpun yang mungkin mau mengerti selain daripada Elisabeth dan Zacharia. Orang-orang lain, bahkan Yusuf kekasihnya, meninggalkan dia.
Di balik kisah Natal yang indah, sesungguhnya terdapat hubungan yang sempat retak antara Yusuf dan Maria. Puji Tuhan, kelahiran Bayi Yesus justru bertujuan untuk membawa rekonsiliasi. Perdamaian yang dibawa-Nya bukan hanya untuk mendamaikan Allah dan manusia, melainkan juga manusia dan sesamanya. Coba pikirkan, bagaimana menurutmu perasaan Yusuf saat malaikat menjumpai dia dan menyatakan kepadanya bahwa bayi yang dikandung Maria benar-benar berasal dari Roh Kudus?
Sebagai pria yang takut akan Tuhan, pastilah hati Yusuf dipenuhi sukacita yang melimpah! Pertama, Tuhan memilihnya menjadi ayah dari bayi Yesus yang adalah Juruselamat dunia. Kedua, Yusuf tahu bahwa Maria tidak mengkhianati dia. Ketiga, Yusuf sepertinya tidak salah pilih calon istri. Hehehe…. Terbukti memang Maria adalah perempuan yang berkenan di hadapan Tuhan! Keempat, akhirnya bisa rujuk kembali sama calon istri sekalian menikah dan honeymoon as soon as possible.
Maria tidak kalah bersukacita! Tuhan telah memulihkan hubungannya dengan Yusuf. Yusuf dengan berhati-hati telah melindungi Maria dan bayinya (Lukas 2:13-15). Siapa yang tidak terharu jika menjadi Maria? Tadinya dia sudah berpikir Yusuf pasti meninggalkannya . Tadinya dia kira Yusuf mungkin akan membencinya. Namun oleh karena kasih setia Tuhan, Yusuf kini bisa dibilang jauh lebih mengasihi Maria dibandingkan sebelumnya.
Sama seperti Yusuf dan Maria, biarkan bayi Yesus lahir di dalam hubungan-hubunganmu yang retak. Biarkan bayi Yesus lahir dan memulihkan hubungan antara kamu dan orang tuamu, antara kamu dan saudara-saudaramu, antara kamu dan teman-temanmu bahkan musuh-musuhmu. Ia memang lahir untuk membawa rekonsiliasi. Berikan hati yang tulus seperti Yusuf dan biarkan Tuhan mengadakan rekonsiliasi dalam hidupmu. Siapkah kamu menerima hubungan-hubungan yang dipulihkan di dalam Tuhan?
Demikian Renungan Harian Kristen kali ini, Sharing kerinduanmu akan hubungan yang dipulihkan dan mintalah saudara/i seiman untuk mendukungmu di dalam doa. Kiranya bayi Yesus membawa rekonsiliasi dalam hubunganmu dengan sesama! Tuhan memberkati!
_______________________________
Dikirim oleh : Novi Kurniadi
Novikurniadi****@******.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar