Ayat bacaan: Ibrani 12:5
===================
"Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang."
Beberapa waktu lalu satu dari teman saya datang dan bercerita mengenai penyesalannya akan sesuatu. Ia mendapat sebuah tawaran untuk bekerja di luar negeri, tapi itu ditolaknya karena ia merasa tidak layak menerimanya. Seiring waktu ia mulai menyesal telah menolak tawaran itu. Ia mencoba kembali menghubungi yang menawarkan, tetapi posisi itu ternyata sudah diberikan kepada orang lain, dan orang itu sukses bekerja disana. "Saya menyesal telah menyia-nyiakan peluang besar, itu kesalahan terbesar saya.." katanya. Ia pun sadar bahwa tidak ada alasan apapun yang bisa membuatnya merasa tidak layak. Bukankah ia yang ditawarkan dan bukan menawarkan diri? Bukankah itu artinya yang menawarkan tentu tahu kualitasnya? Penyesalan seringkali datang terlambat, dan dalam banyak hal kita tidak bisa lagi atau setidaknya sulit untuk memperbaikinya.
Dalam kehidupan kerohanian kita pun sering melakukan itu. Ada orang-orang yang secara tegas menolak kasih karunia Allah akan keselamatan yang diberikan lewat Kristus. Pintu dibuka lebar, kesempatan diberikan, namun mereka memang menolak. Dan akan hal ini Paulus mengatakan: "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." (2 Korintus 4:3-4). Disisi lain, ada orang yang menyadari dosa dan kemudian bertobat. Itu tentu merupakan hal yang sangat baik. Tetapi kadang kala ada di antara mereka ini yang merasa bahwa dosanya sudah terlalu besar sehingga sulit rasanya membayangkan pengampunan Tuhan bisa turun secara total atas diri mereka. Rasa tidak layak yang mereka rasakan membuat mereka ragu bahwa mereka pun berhak memperoleh anugerah keselamatan. Ada beberapa teman saya yang masih bergumul dengan kepercayaan akan keselamatan ini, mengingat bahwa masa lalu mereka tidaklah bisa dibanggakan, kalau tidak bisa dikatakan berlumur dosa. Mereka tidak yakin nama mereka tercatat dalam kitab kehidupan. Kecemasan pun kemudian terus menjadi bagian hidup mereka. Dicekam rasa bersalah, merasa masih kurang meski mereka sudah berusaha hidup benar. Sadarilah bahwa hal seperti ini seringkali menghambat pertumbuhan iman. Justru bukan karena dosa lagi, tetapi karena kecemasan yang terus menghantui diri mereka. Disana iblis akan dengan senang hati membuat kita terus menjadi tertuduh, dan itu adalah hal yang seharusnya tidak boleh kita biarkan. Tuhan jelas berulang-ulang menyatakan bahwa Dia melimpahkan kasih karuniaNya kepada kita semua. Dan itu dia berikan justru ketika kita masih dalam keadaan berdosa. Itulah sebuah kasih karunia yang luar biasa yang diberikan Tuhan kepada kita, itulah hasil dari kasih Tuhan yang begitu besar pada kita.
Kasih karunia merupakan kasih yang dicurahkan Tuhan kepada kita yang seharusnya tidak layak untuk menerimanya. Sebuah kasih karunia bukanlah kasih karunia jika diberikan atas hasil jerih payah atau usaha kita. Kalau berdasarkan usaha, itu namanya imbalan bukan karunia. Kasih karunia ini pun diberikan Tuhan kepada semuanya tanpa terkecuali, bahkan hebatnya lagi dikatakan akan meningkat intensitasnya di mana dosa bertambah banyak. Ayatnya berbunyi demikian "..dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah." (Roma 5:20). Lihatlah betapa besarnya kasih Tuhan kepada kita. Mengapa Tuhan melakukan hal itu? "supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (ay 21). Itulah sebuah bukti kepedulian dan besarnya kasih Allah kepada manusia. Dia tidak menginginkan satupun dari manusia untuk binasa. Lewat Yesus Kristus AnakNya yang tunggal, Tuhan menganugerahkan keselamatan kepada kita, once and for all, sekali untuk selamanya.
Tidak hanya orang-orang yang terang-terangan menolak, tapi apabila kita terus merasa tidak layak atau tidak pantas menerima keselamatan, itu sama artinya kita menolak kasih karunia. Mari kita ambil satu contoh mengenai Petrus yang telah menyangkal Yesus tiga kali. Dalam Alkitab kita bisa membaca bahwa Petrus bukan hanya menyangkal, tetapi ia pun mengutuk dan menyumpah. (Matius 26:74). Kesalahan yang dilakukan Petrus tidaklah kecil. Ia menghianati Sosok yang telah mengangkatnya untuk masuk ke dalam terang, lebih dari itu ia telah menistakan Tuhan. Seharusnya tidak ada ganjaran yang lebih tepat lagi selain binasa bukan? Itu pemikiran kita, dan itu berbeda dengan pemikiran Tuhan. Lihatlah bagaimana kasih karunia Tuhan yang penuh dengan pengampunan itu bekerja. Setelah Yesus bangkit dan melakukan penampakan di depan banyak orang, Dia pun kemudian menghampiri Petrus. Kita pun tahu kemudian Yesus menanyakan apakah Petrus mengasihiNya berulang-ulang sebanyak tiga kali. Setiap kali Petrus menjawab bahwa ia mengasihi Yesus maka Yesus pun memintanya untuk menggembalakan domba-dombaNya. (Yohanes 21:15-19). Di akhir dialog antara Yesus yang sudah bangkit dengan Petrus kita bisa melihat pemulihan indah ini. "Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." (ay 19). Petrus sudah melakukan dosa yang besar. Sangat besar. Tetapi simaklah apa yang terjadi. Tuhan memberi kasih karuniaNya, bahkan tugas mulia pun masih dipercayakan kepadanya. Bagaimana dengan Paulus? Dari Saulus seorang teroris besar di jamannya lalu dipulihkan dan dipakai secara luar biasa. Dari Paulus pun kita bisa melihat bagaimana kasih karunia yang tak terbatas dan tak terukur itu menjangkau semua orang tanpa terkecuali.
(bersambung)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2011
(1879)
-
▼
Desember
(143)
- 1 Jan 2012
- 1 Jan 2012
- RS: Starting New Year
- Bintang sebagai Tanda Penyertaan Allah
- RS: Ending This Year
- Bersukacita Menyambut Tahun Baru
- Finally, Year End
- 31 des
- 31 des
- RS: Hukum Tabur Tuai
- Dari Mulut Yang Sama
- 30 des
- 30 des
- RS: Dilarang Goblok Lagi
- Tahun Baru, Visi Baru
- Tenggat Waktu
- Tetapi Tuhan...
- 29 des
- 29 des
- 28 des
- 28 des
- JANGAN TEMPATKAN YESUS PADA PALUNGAN YANG KE DUA
- Kepatuhan (2)
- Sampai Di Sini...
- Bayi Yesus Membawa Rekonsiliasi
- Kepatuhan (1)
- 27 des
- 27 des
- 26 Des
- 26 Des
- Palungan
- Menolong Orang Miskin
- Hari Raya Natal
- Hari Raya Natal
- Saya Adalah Sebuah Hadiah
- Mencari Alasan
- 24 des
- 24 des
- 23 Des
- 23 Des
- Kita Adalah Tamu Di Dunia
- Pertanyaan
- Momen
- Pintu Kerendahan Hati
- Lepas Dari Dosa
- 22 Des
- 22 Des
- Hadiah Buat Yesus
- Karunia Kasih
- 21 Des
- 20 Des
- 20 Des
- 21 Des
- Berikan Kasih di Hari Natal
- Sukacita Natal yang Sejati
- RS: Berencana dalam Doa
- Merdeka secara Spiritual
- Bagaimana Membuat Sebuah Hubungan Menjadi Lebih Ba...
- Tanggung Jawab Sebagai Orang Tua
- 19 Des
- 19 Des
- Minggu Adven IV
- 17 Des
- 17 Des
- Minggu Adven IV
- Marah-Marah
- Natal Yang Indah
- Tamak
- Hikmat 008
- RS: Vision need Action
- Indah namun Mematikan
- Hidup Sederhana
- 16 Des
- 16 Des
- Menantikan Natal
- Menemui Raja di TahtaNya
- 15 Des
- 15 Des
- RS: Menyadari Berkat Allah
- 14 Des
- 14 Des
- Kepahitan...
- Kasih Karunia (2)
- Kasih Karunia (1)
- Kebaikan Yang Tak Terlihat
- 13 Des
- 13 Des
- RS: Menabur dengan Iman
- 12 Des
- 12 Des
- Menjadi Buah Bernilai Tinggi
- Buah Masam
- Buah Masam
- Minggu Adven III
- Minggu Adven III
- Penghalang Mata
- Penghalang Mata
- So don't quit !
- 10 Des
- 10 Des
-
▼
Desember
(143)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar