Judul: Siap dan sigap mengampuniMengapa kita mengampuni?" Pertanyaan yang sangat penting ini sering kita abaikan. Kita salah kaprah dan menyamakan mengampuni dengan memaklumi. Apalagi untuk urusan yang kita anggap remeh. Di kesempatan lain, mungkin kita "mengampuni" karena terpaksa. Karena tak bisa bertindak lain, ya "ampuni" saja, dalam arti tak usah diingat-ingat lagi. Namun di sisi lain kita harus mengakui ketidakmampuan kita untuk mengampuni. Jika seseorang berbuat salah, apalagi mendatangkan kerugian cukup besar, respons kita adalah marah dan bahkan balik membalas kesalahan orang itu.
Yesus secara hiperbolis merespons pertanyaan Petrus dengan menegaskan bahwa seorang murid harus mengampuni saudaranya "tujuh puluh kali tujuh kali" (22; bdk. Kej 4:24). Sikap ini dijelaskan dengan perumpamaan yang dikatakan seumpama Kerajaan Sorga, artinya menyampaikan suatu pelajaran penting tentang bagaimana Allah berkuasa melalui ketaatan murid Kristus. Di dalam perumpamaan ini hadir sebuah hiperbola yang mencolok. Jika kita asumsikan 1 dinar = Rp. 50.000, -, dan 1 talenta = 6.000 dinar, maka hutang hamba pertama kepada sang raja bisa kita konversi menjadi 3 trilyun rupiah, dengan dua belas angka nol (24). Hutang si hamba kepada raja jelas tidak sebanding dengan hutang seorang hamba lain kepada dirinya yang hanya 100 dinar atau sekitar 5 juta rupiah. Perumpamaan ini menggarisbawahi sikap tidak mau mengasihani si hamba, padahal hutangnya yang lebih besar telah dihapus. Ketidakmauan untuk mengampuni ini berakibat dirinya dilaporkan oleh kawan-kawannya kepada raja (31) dan berbuahkan penghukuman (34). Nas ini (35) menegaskan bahwa Allah akan menolak mengampuni orang yang tidak mau mengampuni sesamanya.
Kita mesti mengampuni, karena sesungguhnya kita sudah diampuni Allah. Inilah jawaban tunggal yang mestinya mendasari kehidupan murid Yesus sebagai orang yang telah diampuni. Memang tidak mudah melakukannya. Mari kita datang kepada Roh Kudus dan meminta kuasa dan hikmat, supaya kita siap dan sigap mengampuni.
Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/22/
Sumber : www.sabda.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar