"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?"
Pesta St Ignatius Loyola: Ul 30:15-20; Gal 5:16-25; Luk 9:18-26
"Ignatius lahir pada tahun 1491 di Guipuzooa di daerah Baskia, Sepanyol. Ia putera bungsu keluarga bangsawan Loyola. Di masa mudanya ia tinggal bersama dengan orang-orang istana dan tentara. Pada tahun 1521 dalam pertempuan untuk mempertahankan benteng Pamplona ia mengalami luka berat. Berbulan-bulan lamanya ia terikat pada tempat tidurnya. Namun masa itu penuh rahmat baginya. Ia mulai menyadari bahwa hatinya digerakkan kesana kemari oleh roh-roh yan berbeda-beda. Dengan menuruti gerakan roh yang baik diambilnya keputusan untuk selanjutnya mencari kemuliaan Allah yang lebih besar, bukan lagi hal-hal yang dikagumi dunia. Maka seluruh sisa hidupnya dibaktikannya untuk mengabdi yang Mahaagung. Dalam ziarahnya ke Tanah Suci dan selama tahun-tahun pengembaraan-nya di Sepanyol, Perancis, Vlaanderen dan Italia, ia selalu mencari kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa, baik dalam studi maupun dalam kerasulan, baik dalam percakapan-percakapan maupun dalam doanya.
Sebagai mahasiswa di Paris ia berhasil mengumpulkan sekelompok sahabat-sahabat dan pada tahun 1534 mereka bersama-sama mengucapkan kaul di kapel Santo Dionysius di Montmarte dengan maksud mengabdikan diri kepada Paus sebagai wakil Kristus. Enam tahun kemudian kelompok mereka yang telah memilih nama "Serikat Yesus" mendapat pengakuan resmi dari Paus. Sampai wafatnya, 31 Juli 1556, Ignatius berkarya terus untuk menyusun konstitusi Serikatnya. Seperti Latihan Rohani mencerminkan pengalaman pribadinya dalam pergaulan dengan Tuhan, demikian konstitusi mengungkapkan pengalaman-pengalaman Serikat Yesus yang masih muda itu. Pengaruh timbale balik antara aksi dan kontemplasi, kepercayaan bahwa manusia terpanggil untuk memainkan peranan dalam rencana keselamatan Tuhan, cintakasih yang seluas dunia yang tidak mau terikat pada satu tempat saja melainkan membuat orang tetap dinamis, pencarian kehendak Allah dengan mempelajari tanda-tanda zaman: itu semua merupakan tanda-tanda pengenal spiritualitas Santo Ignatius" (dari Buku Misa Seriikat Yesus, Provinsialat SJ, Semarang 1 Maret 1996, hal 85-86)
"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?" (Luk 9:25)
Kutipan di atas ini kiranya juga menjadi inspirasi bagi Ignatius ketika ia mengambil keputusan "untuk selanjutnya mencari kemuliaan Allah yang lebih besar, bukan lagi hal-hal yang dikagumi dunia". Sabda Yesus di atas ini kiranya juga bagi kita semua yang percaya atau beriman kepadaNya, maka marilah kita jadikan motto atau motivasi dan inspirasi hidup, kerja dan pelayanan kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Memang hidup dan bertindak sesuai dengan sabda tersebut pada masa kini akan menghadapi banyak tantangan, masalah dan hambatan, mengingat dan memperhatikan sikap mental materialistis menjiwai hampir semua orang, termasuk mereka yang disebut sebagai pemuka-pemuka agama. Masih maraknya tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pegawai maupun pejabat menunjukkan bahwa sikap mental materialistis begitu kuat pada mereka, dan tentu saja cara hidup dan cara bertindak mereka mempengaruhi masyarakat atau rakyat pada umumnya.
"Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Gal 5:16-17), demikian kesaksian iman dan peringatan Paulus kepada umat di Galatia, kepada kita semua, yang orang beriman. Kita semua dipanggil hidup oleh Roh, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23). Maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa berusaha menghayati keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di dalam hidup kita sehari-hari demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Jauhkan aneka macam bentuk sikap materialistis atau 'keinginan daging' seperti ": percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21). St.Ignatius Loyola juga dikenal dengan kemahirannya dalam pembedaan roh atau 'spiritual discernment' , maka baiklah kita refleksikan apa itu pembedaan roh.
"Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya" (Ul 30:15-16).
Setiap hari kita menghadapi 'kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan' alias tawaran atau ajakan untuk mengikuti roh baik atau roh jahat, berbuat baik atau berbuat jahat. Sebagai orang-orang beriman kiranya kita semua mendambakan hidup baik alias senantiasa mengikuti dan melaksanakan aneka ajakan, sapaan atau sentuhan untuk berbuat baik. Agar kita mahir dalam membedakan apa yang baik dan jahat hendaknya setiap melakukan pemeriksaan batin setiap hari, yang menjadi bagian dari doa harian, yaitu doa malam. Pemeriksaan batin bukan mencari kesalahan atau dosa-dosa saja, melainkan mencari dan mengenali apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam diri kita dan sebaliknya. Kami percaya dalam diri kita masing-masing pasti lebih banyak apa yang baik daripada apa yang jahat.
Untuk dapat melihat dengan teliti, benar dan tepat kiranya kita butuh 'penerangan' yang baik dan memadai. Jika kita berada di dalam kegelapan kiranya kita tak mungkin membedakan mana yang baik dan yang jahat, mana yang membawa ke kehidupan dan mana yang membawa ke kematian. Maka dinamika pemeriksaan batin kurang lebih secara berurutan atau kronologis terjadi demikian:
1). Mohon terang atau rahmat Roh Kudus
2). Memutar 'film kehidupan kita sendiri' sambil mengenali pengalaman kecenderungan hati untuk berbuat baik maupun aneka perbuatan baik serta kecenderungan hati untuk berbuat jahat dan aneka perbuatan jahat.
3). Bersyukur dan berterima kasih atas kecenderungan untuk berbuat baik serta aneka kebaikan yang telah kita lakukan.
4). Mohon rahmat dan kekuatan untuk pertobatan, memperbaiki apa yang jahat serta menyesali segala perbuatan jahat yang telah kita lakukan artinya niat untuk tidak melakukan kejahatan yang sama.
5). Bersyukur dan berterima kasih atas segala anugerah atau rahmat Tuhan yang telah kita nikmati.
Salah satu cara konkret agar kita semakin trampil dan mahir dalam pembedaan roh adalah seantiasa berusaha hidup dan bertindak 'berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturanNya', artinya dengan rendah hati, pengorbanan dan perjuangan berusaha mentaati dan melaksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Maka marilah kita baca, renungkan, refleksikan dan hayati aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Jika kita terbiasa mentaati dan melaksanakan aturan dan tatanan hidup yang berlaku, maka kita akan terbantu untuk mendengarkan, mentaati dan melaksanakan bisikan roh baik atau Roh Kudus. Marilah kepada anak-anak di dalam keluarga dibiasakan untuk mentaati dan melaksanakan aneka aturan atau kesepakatan atau kebijakan yang telah dibuat.
"Ambillah ya Tuhan kebebasanku, kehendakku budi ingatanku . Pimpinlah diriku dan Kau kuasai. Perintahlah akan kutaati. Hanya rahmat dan kasih dariMu, yang kumohon menjadi milikku. Berikanlah menjadi milikku. Lihatlah semua yang ada padaku, kuhaturkan menjadi milikMu. Pimpinlah diriku dan Kau kuasai, perintahlah akan kutaati" (St. Ignatius Loyola)
Jakarta, 31 Juli 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar