"Aku lemah lembut dan rendah hati"
(Yes 26:7-9.12.16-19; Mat 11: 28-30)
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat 11:28-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bonaventura, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau harga diri alias gengsi sering orang harus bekerja keras, tanpa istirahat yang memadai. Ketika mereka berhasil pada umumnya lalu menjadi sombong, namun pada suatu saat pasti akan merasa letih dan lesu serta berbeban berat karena tiada lagi orang yang memuji dan mengaguminya. Kebanyakan orang juga merasa berat dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan sehar-hari. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk belajar dan meneladan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati serta untuk memikul beban yang dipasang oleh Tuhan melalui atasan-atasan, pimpinan atau orangtua kita masing-masing. Dengan kata lain kita semua diharapkan setia pada aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing serta melaksanakannya dengan lemah lembut dan rendah hati, jauh dari kesombongan. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). St Bonaventura yang kita rayakan hari ini kiranya juga dikenang sebagai pimpinan yang lemah lembut dan rendah hati. Hadapi dan sikapi aneka tugas dan pekerjaan dengan lembah lembut dan rendah hati, percayalah bahwa dengan lemah lembut dan rendah hati kita pasti mampu menyelesaikan tugas atau pekerjaan dengan baik dan membahagiakan diri kita sendiri maupun orang lain. Dalam kelemah-lembutan dan kerendahan hati berarti tidak pernah mengeluh atau menggerutu dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan apapun dan dimanapun.
· "Ya TUHAN, dalam kesesakan mereka mencari Engkau; ketika hajaran-Mu menimpa mereka, mereka mengeluh dalam doa. Seperti perempuan yang mengandung yang sudah dekat waktunya untuk melahirkan, menggeliat sakit, mengerang karena sakit beranak, demikianlah tadinya keadaan kami di hadapan-Mu, ya TUHAN" (Yes 26:16-17). Para ibu yang pernah mengandung dan melahirkan kiranya dapat membagikan pengalaman imannya: kesakitan dan derita dalam penyerahan diri total kepada Tuhan, Yang Ilahi, itulah kiranya pengalaman yang terjadi. Memang sudah menjadi kebiasaan umum bahwa orang ingat akan Tuhan ketika dalam kesesakan atau derita, sedangkan dalam keadaan senang atau bahagia sering lupa akan Tuhan. Kesesakan atau derita yang lahir dari kesetiaan pada panggilan atau pelaksanaan tugas pengutusan adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati, maka jika anda mengalaminya hendaknya tidak perlu mengeluh atau menggerutu, melainkan hayati dan nikmati dengan rendah hati dan lemah lembut sebagai kesempatan untuk meneladan Yesus yang telah rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan seluruh dunia. Hidup dan tumbuh berkembang sesuai dengan panggilan kiranya tak akan lepas dari aneka derita, kesesakan, tantangan dan hambatan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan para orangtua dalam mendidik anak-anaknya: hendaknya jangan memanjakan anak-anak dengan berbagai cara apapun, melainkan hayatilah pendampingan dan pendidikan anak-anak sebagai kaderisasi. Seorang kader sejati senantiasa fungsional menyelamatkan lingkungan hidupnya, maka kaderisasi berarti memfungsikan anak-anak demi keselamatan lingkungan atau kebahagiaan bersama. Sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak hendaknya senantiasa diberi fungsi dalam kehidupan bersama, diberi kemungkinan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan hidup bersama-sama. Berilah tugas yang sederhana dan pelan-pelan ditambahkan tugas baru, sehingga semakin lama semakin banyak tugas yang dapat mereka kerjakan dengan baik. Sebagai contoh kecil: tugas menyapu, mematikan lampu/kran air, mengatur tempat tidur, dst…
.
"Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN, sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, TUHAN memandang dari sorga ke bumi, untuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan mati dibunuh" (Mzm 102:19-21)
Jakarta, 15 Juli 2010
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar