Jumat, 08 Januari 2010

Belajar dari Burung (1)

Ayat bacaan: Ayub 12:7
====================
"Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan."

belajar dari burungPernahkah anda melihat sekelompok angsa terbang membentuk huruf "V" seperti gambar di samping? Apa yang kita lihat mungkin menarik secara visual, namun perilaku angsa-angsa itu terbang dengan membentuk formasi seperti itu bukanlah hanya bertujuan untuk sebuah keindahan visual bagi kita. Angsa membentuk gugus formasi demikian bertujuan untuk mempermudah perjalanan mereka. Angsa yang paling depan bertugas sebagai pembuka jalan yang harus bekerja keras untuk membelah/memecah hambatan udara sehingga angsa-angsa yang terbang dibelakangnya akan lebih mudah untuk melewatinya. Ketika angsa-angsa di depan ini lelah maka tugas mereka digantikan oleh angsa yang dibelakang, dan demikian seterusnya. Sesungguhnya apa yang dipertontonkan oleh angsa ini adalah sebuah sinergi yang positif, dimana mereka bisa menghemat tenaga mereka dalam melakukan perjalanan jauh. Siapa yang mengajarkan angsa-angsa untuk berbuat demikian dari masa ke masa? Jelas bukan manusia. Orang bisa bilang insting, tapi insting pun harus punya dasar. Itu salah satu kebesaran Tuhan yang merancangkan segala sesuatunya baik, yang ternyata bukan hanya untuk manusia tapi untuk segala ciptaanNya di muka bumi ini. Angsa sekali pun ternyata tidak luput dari perhatianNya.

Ayub berkata: "Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan." (Ayub 12:7). Apakah Ayub sudah kehilangan kewarasannya ketika berkata seperti ini? Apakah dia sinis melihat nasib yang menimpanya? Apakah dengan demikian kita harus berbicara kepada setiap binatang yang kita temui? Tidak, tentu tidak seperti itu. Apa yang diingatkan oleh Ayub adalah sebuah pesan bahwa kita bisa belajar banyak dari perilaku dan kebiasaan hewan-hewan, termasuk burung di antaranya yang akan saya jadikan fokus untuk kali ini. Adalah menarik jika melihat kesadaran Ayub bahwa Tuhan telah "memberi kita akal budi melebihi binatang di bumi dan hikmat melebihi burung di udara." (35:11) Itu benar. namun ada kalanya kita harus mau belajar dari mereka.

Saya akan mulai dari kitab pertama, Kitab Kejadian. Lihatlah apa kata Tuhan ketika menciptakan burung-burung beterbangan di udara. "Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik." (Kejadian 1:21). Allah melihat bahwa semua itu baik. Tujuan penciptaanNya dipenuhi segala kebaikan, yang sudah Dia rancangkan jauh sebelum kesadaran dan pengetahuan manusia mampu menyentuhnya. Artinya burung-burung ini diciptakan bukan hanya sekedar untuk dimakan, atau untuk dinikmati keindahan dan kicaunya, bukan sekedar untuk memenuh-menuhi bumi, tapi juga untuk menjadi sumber pelajaran yang mampu mengajarkan banyak hal kepada kita. Agaknya burung ini cukup istimewa pula, karena kita mendapati burung disinggung dalam banyak kesempatan dalam alkitab. Mari kita lihat beberapa di antaranya.

Keperkasaan burung rajawali untuk terbang menembus angin badai untuk dapat terbang mengatasi itu semua menjadi inspirasi berharga bagi Yesaya. Jika kita melihat burung rajawali melayang megah dan indah dengan merentangkan sayapnya lebar-lebar, itu bukanlah tanpa kerja keras, karena untuk bisa mencapai tingkat ketinggian yang memungkinkannya melayang lepas seperti itu, burung rajawali harus terlebih dahulu mengepakkan sayapnya sekuat mungkin agar mampu melewati angin dan badai. Itu bukan tugas ringan. Oleh karena itulah Yesaya terinspirasi dan berkata "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31). Contoh lain? Lihat bagaimana Yesus mengacu kepada burung pipit, yang sangat murah harganya dalam mengajarkan kita agar jangan takut. "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu...Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Matius 10:29,31). Contoh berikut, lihatlah burung merpati yang dipakai sebagai simbol dari Roh Allah (Matius 3:16) dan dalam kesempatan lain dipakai untuk menggambarkan ketulusan. "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." (10:16). Jika alkitab mencatat banyak hal yang berkaitan dengan burung, bagaimana dengan manusia? Mungkin anda ingat kisah Icarus, sebuah karakter dari legenda mitologi Yunani yang sangat terkenal dengan percobaan terbang dengan menggunakan tempelan bulu-bulu sayap yang berakibat pada kematiannya. Bagaimana dengan perkembangan pesawat terbang? Semua itu terinspirasi oleh burung pula. Tidakkah kita pun sering ingin bisa terbang agar kemana-mana bisa gratis dan lebih cepat? Ada banyak negara yang memakai burung sebagai lambang negaranya, termasuk Indonesia. Keindahan wujudnya, cara terbangnya dan kicaunya menginspirasi banyak penyair dari setiap generasi. Selain itu kitapun banyak menemukan kiasan atau kisah-kisah mengenai kebijaksanaan yang mempergunakan burung sebagai modelnya. Khusus bagi penggemar kicau burung, mereka tidak akan pelit mengeluarkan duit berapapun demi menikmati merdunya nyanyian burung. Jelas terlihat bahwa ternyata ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari sifat, perilaku atau kebiasaan berbagai spesies burung yang ada di bumi ini.

Memang manusia diciptakan Tuhan dengan hikmat yang lebih tinggi dari burung. (Ayub 35:11). Memang kita ditetapkan untuk berkuasa atas burung-burung di udara (Kejadian 1:28). Kita istimewa di mata Tuhan, sehingga kita dijadikan menurut gambar dan rupaNya (Kejadian 1:26), tapi tidak demikian dengan burung. Bagaimanapun burung tetaplah hewan yang tidak akan pernah lebih tinggi derajatnya dibandingkan manusia yang dikatakan Tuhan sendiri "berharga di mata-Ku dan mulia" (Yesaya 43:4). Begitu berharganya sehingga Tuhan harus rela turun dari kemuliaanNya mengambil rupa sebagai hamba dan menjalani rangkaian proses menyakitkan demi membebaskan dan memerdekakan kita dari kebinasaan. Itu semua benar adanya. Tapi jangan lupa ada kalanya kita harus belajar dari burung juga, yang telah diciptakan Tuhan bukan hanya untuk memenuhi bumi atau tujuan keindahan semata, tapi juga punya tujuan agar kita bisa belajar dari burung-burung ini. Apa saja hal yang dapat kita pelajari? Besok saya akan memberikan beberapa hal yang bisa kita jadikan pelajaran lewat perilaku dan kehidupan burung.

Manusia memang lebih tinggi dari burung, namun jangan menutup mata untuk belajar dari mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari