=======================
"Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran."
Mencegah lebih baik dari mengobati. Pesan itu selalu disampaikan dokter atau tenaga medis kapanpun dan dimanapun. Pada stadium dini, penyakit-penyakit yang berat sekalipun akan punya kesempatan untuk sembuh jauh lebih besar dibandingkan jika penyakit itu sudah memasuki stadium lanjut. Maka selalu dianjurkan bagi semua orang untuk rajin-rajin memeriksakan kondisi kesehatan alias check up rutin. Masalahnya, mayoritas orang akan terlena dengan pola hidup yang salah dan tidak peduli dengan kesehatannya. Berat sekali rasanya melepaskan kebiasaan buruk, apalagi jika kondisi, situasi dan lingkungan tidak mendukung. Pertemanan yang salah misalnya, seringkali membuat orang sulit berubah. Ketika penyakit menjadi berat, barulah mereka tersadar. Sayangnya seringkali kesadaran itu hadir ketika stadium sudah mencapai tingkat lanjut. Maka alangkah baiknya jika kita mawas diri sejak awal sebelum semuanya terlambat. Sekali lagi, mencegah lebih baik dari mengobati.
6 stadium menuju dosa. Itu reaksi saya ketika bertemu ayat bacaan hari ini. "Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran." (Efesus 4:17-19). Ketiga ayat dari Efesus ini menggambarkan langkah demi langkah perjalanan menuju dosa. Stadium dimulai dari tingkat awal sampai tingkat lanjut atau kronis bahkan kritis. Ijinkan saya merinci satu persatu.
- pikirannya yang sia-sia
- pengertiannya yang gelap
- jauh dari hidup persekutuan dengan Allah
- Perasaan mereka telah tumpul
- menyerahkan diri kepada hawa nafsu
- mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran
Pada kondisi awal, kita mungkin lupa menjaga pikiran kita dengan hal-hal yang baik dari Tuhan, sehingga kita mulai terjebak untuk mengisi pikiran kita pada hal yang sia-sia. Kemana kita seharusnya mengarahkan pikiran kita? Dalam Kolose dikatakan demikian: "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2). Ketika kita memikirkan untuk memperkuat diri kita agar fokus pada hal-hal surgawi, maka kita akan jauh dari memikirkan hal-hal yang sifatnya sia-sia dan hanya terbatas pada kepuasan duniawi saja. Pengertian yang gelap merupakan stadium selanjutnya, dimana kita mulai kehilangan hikmat, menjadi sulit untuk membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan yang salah. Kemudian kita akan semakin jauh dari bersekutu dengan Tuhan. Kita akan lebih tertarik pada segala kenikmatan duniawi dan mulai malas untuk menghampiri Tuhan. Doa mulai jarang, saat teduh atau beribadah bolong-bolong dan semakin lama semakin jarang. Hal ini akan membuat perasaan menjadi tumpul. Tidak ada lagi suara Tuhan yang didengar, hati nurani menjadi kaku sehingga semakin jauh dari kebenaran firman Tuhan. Kemudian stadium selanjutnya adalah menyerah pada hawa nafsu. Semua yang dikejar hanyalah untuk pemuasan nafsu semata, dan sampailah pada stadium kronis, hidup dengan nyaman dalam berbagai macam kecemaran. Yakobus seolah melanjutkan 6 stadium ini hingga sampai pada kesimpulan. "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15).
Bagaimana kita bisa menghindari 6 stadium menuju dosa yang berujung maut ini? Mari kita kembali pada Efesus. Ayat selanjutnya dari 6 stadium itu adalah: "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus." (Efesus 4:20). Ya, bagi yang mengenal Kristus, tidak demikian seharusnya yang terjadi. Dalam Kristus ada kebenaran yang nyata. (ay 21). Selanjutnya dikatakan bahwa kita harus menanggalkan manusia lama dan mengalami perubahan sebagai manusia baru dalam roh dan pikiran. "yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (ay 22-24). Singkatnya, kita harus hidup sepikir dan seperasaan seperti Yesus. Kita harus menaruh pikiran dan perasaan kita selaras dengan Kristus. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5).
Mari kita introspeksi sejenak, ada di stadium manakah kita sekarang? Puji Tuhan jika anda sudah kembali "sehat", terhindar dari penyakit menuju dosa itu. Bagi teman-teman yang masih berada pada salah satu stadium di atas, berubahlah dan kembalilah pada kebenaran Kristus yang nyata. Masih ada kesempatan, masih ada waktu, dan Tuhan hari ini tetap mengulurkan tanganNya untuk menerima kehadiran anda kembali. Dia mengasihi anda lebih dari apapun dan tidak ingin satupun menuju maut. Semakin cepat semakin bagus, sebelum perubahan itu menjadi sangat sulit bahkan terlambat.
Ambil tindakan nyata pada stadium manapun agar anda tidak lagi terseret dalam pusaran menuju maut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar